Sebuah gedung besar bernamakan Abercio Jaya atau lebih tepatnya perusahaan milik Abercio Robert di atas pimpinan anak pertamanya Anjello Leonder Abercio sangatlah indah. Satu orang pria berjalan dari kolidor sampai pintu masuk lantai satu. Semua orang mengucapkan selamat pagi dengan menundukan kepala, namun pria itu tidak menjawab dan hanya menunjukan wajah dinginnya.
Pria itu memasuki sebuah lift dan berdiri dengan sangat tegak. Semua orang di sana takut menatapnya. Pria itu keluar dari lift dan berjalan menuju tempat kerjanya.
Semua orang menunduk saat pria itu melewatinya. Namun, pria itu tetap diam dan tidak memperdulikannya. Pria itu membuka pintu tempat kerjanya dan menemukan seorang perempuan.
"Harus ya setiap pagi cuek sama semua orang" ucap perempuan yang bisa kalian tebak berusia 37 tahun.
Pria itu tak menjawab dan memilih duduk di kursi kerjanya.
"Kamu denger aku kan Yon?" tanyanya mulai kesal.
"Kamu tahu sendiri kan kenapa aku cuek pagi ini?" tanyanya balik.
"Setahu aku setiap pagi wajah kamu selalu begitu. Menyebalkan," ucapnya.
"Iren, tolong mengerti," ucapnya dengan lembut dan menarik Iren agar duduk di kursinya dan ia berdiri.
"Cerita ke aku. Reon kenapa lagi?" tanya Iren begitu mengerti kondisi dirinya.
"Reon buat masalah lagi di sekolah. Kata wali kelasnya, dia bertengkar dengan perempuan," jawabnya.
"Perempuan?" tanya Iren mengkerutkan dahinya.
Leon mengangguk. "Aku udah gak ngerti lagi sama tuh anak," ucapnya.
"Udah gak usah di pikirin lagi soal Reon," ucap Iren membuat Leon mengangguk kembali.
"Gimana gak di pikirin. Taip hari dia buat masalah."
"Kamu juga harus perhatian sama Reon. Mungkin setelah ayah meninggal dia jadi kurang perhatian gitu," saran Iren.
"Kurang gimana?"
"Apa yang dia mau pasti aku dan mama kabulin."
"Kurang enak apa coba hidupnya."
"Nyelunjak lama-lama tuh anak," kekehnya.
Iren menarik napasnya berat.
"Kamu udah makan?" tanya Iren.
Leon menggeleng "Belum," jawabnya.
"Kita cari makan diluar yuk!" ajaknya
"Kemana?"
"Kemana kek."
"Makan apa?" tanya Leon.
"Terserah kamu."
"Pizza?" tanyanya.
Iren menggeleng.
"Burger?"
Iren menggeleng lagi.
"Terus apa?" tanya Leon bingung.
"Terserah."
"Ya udah spageti," tawar Leon.
Iren menggeleng. "Aku gak suka mie."
"Katanya terserah," ungkap Leon.
"Ya jangan spageti," tutur Iren.
"Tadi pizza gak mau."