I AM HUMAN

Aulia
Chapter #3

Mata-mata

 21 tahun lalu.

 Kegiatan pembedahan berbagai tubuh manusia yang diawetkan masih saja berlangsung,para Profesor telah melakukan kegiatan tersebut hampir 21 jam,namun tidak ada hasil yang memuaskan setelah 21 jam yang mereka lewati,tujuan mereka hanya satu menghidupkan manusia yang menurut mereka berharga seperti para penemu di zaman dahulu. Hanya orang-orang tertentu yang akan mereka hidupkan kembali dengan syarat dan ketentuan yang telah kelompok Ilmuwan tersebut tentukan.

 "Hal ini tidak akan berhasil Rez!" Salah satu rekan Profesor Arez mengeluh,mereka telah melakukan banyak cara untuk mengembalikan kehidupan pada ke 7 jasad manusia tersebut,namun hasilnya hanya setengah dari exspetasi mereka.

 "Mereka harus bisa hidup!" Balas Profesor Ares penuh amarah sambil menggebrak meja bedah mereka.

 "Apapun caranya unit ini harus berhasil!" Ucapnya lagi,tak ingin usahanya sia-sia. Profesor Arez bukan tanpa alasan masih saja meneruskan penelitian ini tapi Dia hanya ingin menghidupkan Istri dan Anaknya kembali yang telah meninggal beberapa tahun yang lalu.

  "Mungkin kita bisa menggunakan cara lain Rez!" Saran salah satu Profesor Perempuan yang telah menjadi sahabat Profesor Arez bertahun-tahun (Profesor Lyra).

 "Tapi,jika kita bisa menghidupkan mereka kembali,apa mungkin ingatannya masih tetap sama?" Tanya Profesor lain yang tengah memeriksa denyut nadi jasad manusia yang belum juga stabil.

 Mereka semua menghela nafas lelah,itulah yang mereka takutkan selama ini,meski mereka berhasil menghidupkan jasad manusia tersebut meski hanya satu, tapi ingatan mereka benar2 baru dan menjadi orang asing,maka itu akn sia-sia saja. Profesor Arez merasa lemah dan berakhir terduduk, mengacak-acak rambutnya. Kenangan yang telah usai begitu lama tiba-tiba terulang di otak Profesor Arez seperti slide film yang memang sengaja di tampilkan.

 "Arez,kita bisa mencobanya lebih dahulu." Profesor Lyra memberi saran sambil menepuk pundak Profesor Arez.

 "Jika percobaan ini benar-benar berhasil," Profesor Lyra membuang nafas, berharap Dia tidak salah langkah mengambil keputusan untuk menasehati Sahabatnya.

 "Kita gunakan cara yang sama untuk menghidupkan Istri dan Anakmu." Lanjut nya lagi.

                     #@@@#

 "Quora." Merasa seperti di panggil, si empunya nama pun menoleh mencari siapa pelakunya.

 "Dave?" Quora bergumam pelan saat Dave tau-tau sudah berada di depannya.

 "Kemarin katanya Kamu mau minjem bukunya Stephen Hawkins,kan?" Tanya Dave memastikan,mata Quora membulat seakan ingat pada suatu hal.

 "Eh iya!" Ucap sambil menepuk dahinya pelan,pantas saja Dia merasa ada sesuatu yang Dia lupakan akhir-akhir ini.

 "Kok bisa lupa? Mikirin apa deh ini otak?" Tanyanya pada Dave yang di balas dengan senyuman oleh Dave.

 "Jadi,kapan mau ngambilnya?" Dave merubah posisinya menjadi duduk,mungkin berdiri terlalu lama membuat kaki Dave merasa pegal.

 Quora pun ikut duduk di bangku yang sama dengan Dave.

 "Sekarang Aku lagi banyak tugas juga!" Keluh Quora sambil menangkupkan kedua telapak tangannya pada pipinya.

 "Baru semester tiga aja udah sibuk ya!" Celetuk Dave,sebenarnya merasa penasan juga dengan jawaban dari Quora,Dave tau Quora pasti menyembunyikan sesuatu.

 "Bukan tugas kuliah aslinya!" Ucap Quora sambil menerawang ke depan,Dia bahkan tidak sadar sendiri dengan ucapannya.

 "Terus?" Dave mencoba memancing,Dave sebenarnya juga bukan orang bodoh yang biasa mengabaikan ilmu pengetahuan.

 "Cuma iseng aja sebenernya!" Quora membuang nafas.

 "Nyari tau soal konspirasi dunia! " Quora memandang kosong ke arah rerumputan lalu membuang nafas lagi. Namun selang beberapa menit kemudian Quora tersadar,tadi Dia baru saja mengatakan sesuatu yang harusnya tidak di ketahui oleh orang lain selain dirinya dan Andro.

 "Eh,Aku duluan ya Dave!" Pamit Quora, sebenarnya Dia juga menghindar dari Dave jika saja nanti Dave bertanya lebih jauh soal konspirasi apa saja yang telah Quora ketahui.

#@@@#

Andro seperti tidak asing dengan kejadian yang baru saja Dia alami,tapi kapan? Andro bertanya-tanya pada dirinya. Andro menyandarkan punggungnya pada tembok kamarnya,kepalanya terasa begitu pusing,Dia mulai berfikir apakah bisa manusia di reinkarnasi, tapi tentu saja kalau di fikir dengan logika akal sehat hal itu tidak mungkin terjadi,itu benar-benar hal tergila bagi Andro.

 "Andro!" Ayah Andro tiba-tiba memanggilnya,kesadaran Andro kembali seperti semula,Andro menggelengkan kepalanya mencoba menetralkan fikirannya.

 "Iya,Pa?" Andro membuka pintu Dia tau Ayahnya tidak akan membuka pintu kamar Anaknya,Dia sangatlah menghargai privasi.

Lihat selengkapnya