I am No King

Ren Igad
Chapter #108

Arc 4 Ch 1 - Artileri

"Target sudah tampak. Mereka baru keluar dari gedung."

"Baik. Aku bersiap."

Aku berkonsentrasi, memunculkan gambar artileri di kepala. Tidak hanya gambar yang sudah jadi, tapi semua bagian mulai dari yang paling besar, selongsong, hingga yang paling kecil, baut. Sekuat tenaga, aku mengubah Krat yang telah siap di belakang kami. Dalam waktu singkat, empat artileri sudah berdiri tegak, siap memecahkan ketenangan dan kegelapan malam.

Di sekolah militer, aku memang diajari untuk mengoperasikan artileri. Namun, sebelum ini, aku tidak pernah mencoba membuatnya. Kenapa? Karena tank sudah lebih dari cukup.

Namun, menurut Lugalgin dan Inanna, di medan perang, artileri jauh lebih bisa diandalkan daripada tank. Kenapa? Karena jarak jangkau tank terlalu dekat, hanya beberapa kilometer. Dengan sudut tembakan yang rendah, setiap tembakan yang kulepaskan akan langsung memberi indikasi mengenai keberadaanku.

Di lain pihak, artileri memiliki jarak tembak hingga beberapa puluh kilometer. Yang satu beberapa, yang satu beberapa puluh. Beda satuan! Dengan jarak jangkau sejauh itu, aku bisa meledakkan siapa pun dan apapun dari kota sebelah tanpa perlu khawatir lawan mengetahui lokasiku. Apa ini berarti artileri adalah serangan efisienku? Yay! Akhirnya aku punya serangan efisien.

Untuk dapat membuat artileri dengan baik, Lugalgin mengantarku ke pangkalan militer terdekat dan membuatku membongkar, membersihkan, dan merakit ulang artileri, berkali-kali. Dia memilih tipe yang umum digunakan, yaitu Hoz-7. Karena aku sudah bisa membuat tank dari Krat, tidak membutuhkan waktu lama untuk bisa membuat artileri. Komponen dasarnya hampir sama. Lima hari sudah cukup.

Orang bilang aku berbakat, tapi aku menolaknya. Aku merasa cukup ahli dalam militer bukan karena berbakat, tapi karena hal ini adalah satu-satunya pelarian dari kehidupan keluarga kerajaan. Sejak kecil, aku tahu, dan mereka juga tahu, kalau aku tidak cocok menjadi bangsawan apalagi keluarga kerajaan. Namun, gelar karena keturunan tidak bisa dilepaskan begitu saja.

Akhirnya, daripada disuruh belajar tata krama dan cara berperilaku sebagai bangsawan, aku lebih memilih terjun di dunia militer. Jadi, aku ahli karena sudah melakukan semua ini sejak lama, sejak kecil. Aku sama sekali tidak berbakat.

Dan, Lugalgin menyadari hal ini. Dia tidak pernah mengatakan kalau aku berbakat di bidang militer. Menurut Lugalgin, aku sebenarnya memiliki bakat lain dan kebetulan militer membutuhkannya. Inanna juga sependapat dengan Lugalgin. Sayangnya, meski aku berkali-kali bertanya, mereka tidak pernah menjelaskan apa bakatku.

Yah, sudahlah.

"Emir, arah N45E, kemiringan 32."

"Baik."

Sesuai arahan Inanna, aku mulai memutar arah laras artileri. Arah N45E memberi indikasi sudut dari utara, North, sebesar 45 derajat ke arah timur, East. Untuk kemiringan, sudut dihitung dari permukaan datar. Walaupun tempat ini tidak datar, indikator sudut pada bagian samping memudahkanku mengatur sudut kemiringannya. Karena kami tidak mengincar jarak terjauh, Inanna tidak memberi sudut maksimal, yaitu 45 derajat.

Untuk dapat memutar dan bahkan memiringkan laras artileri, aku membutuhkan konsentrasi yang amat sangat tinggi. Kepalaku serasa ditekan dari semua arah, benar-benar sakit. Keringat pun mengalir di seluruh tubuh.

Di lain pihak, Inanna duduk rapi dan santai di depan artileri. Dia menggunakan laptop untuk memonitor gerakan target dan melakukan simulasi tembakan.

Karena Lugalgin adalah kepala intelijen, kami memiliki akses ke semua kamera keamanan di kerajaan ini. Aku sempat berharap kami bisa menemukan dan membersihkan tiga organisasi enam pilar dengan mudah karena mendapat akses ke setiap kamera keamanan. Namun, sayangnya, kamera keamanan setiap organisasi tidak terhubung ke internet.

Semua organisasi, termasuk Agade, memiliki server komputer yang berbeda untuk kamera keamanan dan internet. Jadi, kalau mau mengakses kamera keamanan, kami harus langsung masuk ke ruang keamanan dan meretas kameranya dari dalam, langsung menyambungkan kabelnya. Kalau begitu mah, sama saja bohong!

Target kali ini adalah beberapa orang yang dianggap cukup penting di Orion. Mereka sedang bertransaksi senjata dengan organisasi lain. Transaksi yang mereka lakukan hanyalah sebatas negosiasi harga dan waktu serah terima, tidak lebih.

Awalnya, kami berpikir untuk melakukan serangan saat serah terima senjata dilakukan, seperti ketika meringkus Agade palsu. Namun, Lugalgin berpendapat lain. Kalau kami menyerang saat itu, penjagaan mereka akan sangat ketat karena tahu akan diincar.

Di lain pihak, kalau hanya diskusi harga dan waktu, orang-orang organisasi akan melakukan pertemuan di tempat umum, dengan pengamanan minimal. Pertemuan di tempat umum, seperti restoran dan hotel, biasa dilakukan karena pasar gelap memiliki kode etik untuk tidak melibatkan orang non pasar gelap. Dengan kata lain, berusaha tidak menyeret warga sipil.

Kalau kami menyerang lawan, di tengah kota setelah pertemuan dan tanpa melukai atau menyeret warga sipil, sama seperti Lugalgin ingin pamer kekuasaan pada mereka dan seolah mengatakan, "aku bisa menyerang kalian kapan pun dimana pun tanpa menyeret warga sipil,". Jadi, menurut Lugalgin, terkadang mengirim pesan lebih penting daripada memberi kerugian pada lawan.

"Baiklah, mereka berada di rute jalan lurus panjang. Beberapa gang dan persimpangan sudah dikosongkan, memastikan waktu tiba mereka di zona tembakan. Emir, siap?"

"Siap!"

"Tunggu aba-abaku."

Aku menarik dan menahan nafas. Menunggu momen dari Inanna terasa sangat lama, seperti awal lomba lari yang menanti wasit meniup peluit. Padahal, seharusnya, aku hanya menunggu beberapa detik. Namun, mungkin karena adrenalin, beberapa detik ini terasa begitu lama.

"TEMBAK!"

"HAH!"

Aku berteriak, menghembuskan nafas, melepaskan tembakan, dan menutup telinga secara bersamaan.

Lihat selengkapnya