[Kini, militer Bana'an telah memasuki wilayah Mariander. Belum ada respons atau penjelasan dari pihak Mariander. Dan–]
Semua televisi memberitakan hal yang sama, serangan Mariander pada Rahayu dan respons Bana'an. Karena hal itu, sebagian besar pegawai kedutaan Bana'an pun dipulangkan. Namun, sebagian besar pegawai melakukan pengajuan untuk menetap di Bana'an, perpindahan kependudukan, yang salah satunya adalah Selir Filial.
Dan, tentu saja, Rahayu mengizinkannya. Bahkan, dia memberi akomodasi bagi orang-orang ini untuk menerbitkan surat-surat penting baru. Tentu saja hal ini memperburuk hubungan Bana'an dan Mariander. Yah, meski sebenarnya hubungan dua kerajaan sudah terpuruk sejak Mariander menyerang kami sih. Jadi, rasanya, hal ini tidak akan mengubah banyak hal.
Ketika kami kembali, Mari langsung menggeret Maul. Dia bilang ingin melatih dan memberi pembekalan dasar pada Maul agar tidak merepotkan atau membahayakanku lagi. Karena mereka berdua adalah teman masa kecil, aku membiarkannya. Yah, semoga saja Mari tidak kelewatan.
Saat aku pulang, militer kerajaan ini memintaku untuk memberi mereka data-data personel keamanan Mariander yang kumiliki. Belum sempat aku memberi respon, Rahayu sudah menolak. Dia tidak ingin ada oknum yang menarget keluarga personel yang tidak tahu apa-apa.
Di lain pihak, berdasarkan informasi yang kuhimpun dari pasar gelap, keadaan Mariander benar-benar kacau. Setelah serangan itu, angkatan udara Bana'an membombardir pangkalan militer Mariander di sekitar perbatasan. Militer Mariander pun terpaksa mengerahkan militer juga untuk menghalau Bana'an.
Namun, di luar dugaan, organisasi pasar gelap di Mariander tiba-tiba bergerak. Bahkan, tidak sedikit dari organisasi ini yang menyandera Selir atau bangsawan lain dan meminta uang tebusan, seperti yang dilakukan True One dulu. Dan, tentu saja, korban jiwa pun berjatuhan dari kedua belah pihak.
Di luar dugaan publik, True One justru beberapa kali menetralisir beberapa serangan ini. Mereka secara terang-terangan mengklaim Republik Mariander tidak memiliki tempat bagi organisasi pasar gelap yang berpotensi mengacaukan Negara.
Kalau aku menyederhanakannya, saat ini, sedang terjadi perang 4 arah di wilayah Mariander. Pesertanya adalah Mariander, Bana'an, Organisasi Pasar Gelap, dan True One. Sebenarnya, ini terlalu menyederhanakan karena Organisasi Pasar Gelap sendiri juga tidak kompak, saling serang.
Hal ini juga lah yang membuat banyak karyawan kedutaan memilih untuk menetap di Bana'an. Penduduk Mariander, terutama para bangsawan, juga kabur dari Mariander. Mereka tidak ingin tewas. Sebagian penduduk pun memilih untuk mengungsi ke Bana'an. Namun, Rahayu masih belum menerima para pengungsi ini. Oleh karenanya, nasib mereka masih terkatung-katung di perbatasan.
Yah, setidaknya itu di permukaan. Di bawah permukaan, organisasi pasar gelap Bana'an juga bergerak. Kami semua bergerilya, merekrut para pengungsi yang ingin bertahan hidup. Alhasil, pertikaian antar organisasi pasar gelap pun sering pecah di area pengungsian. Agade juga berpartisipasi tentu saja.
"Aku tidak mengira Arid akan berlaku bodoh dengan menyerang Rahayu. Sebenarnya, apa yang dia harapkan?"
Aku berbicara sendiri sambil membaca laporan harian yang dikirim oleh Mulisu melalui email. Sementara itu, Emir dan Inanna sedang memasak, menyiapkan makan siang di dapur.
"Menurutku, Gin, mungkin dia berharap dengan tewasnya Rahayu, Mariander bisa menguasai Bana'an dengan mudah karena tidak memiliki sosok pemimpin," Inanna merespon dari dapur.
"Dan tanpa Mari, mungkin keinginan Arid sudah terwujud. Kamu tidak tahu bagaimana dia bersikeras agar kami segera mengirim bantuan ketika kalian diserang. Dia bilang, 'Maul tidak pernah berpikir panjang! Kalau tidak diawasi, dia akan sangat merepotkan! Atau bahkan membahayakan!'."
Ya, benar. Aku benar-benar harus berterima kasih pada Mari. Aku tahu Maul memang selalu merepotkan. Dan aku berpikir bisa menutupi kesalahan Maul. Namun, sayangnya, aku terlalu naif. Seorang inkompeten tanpa pengendalian sepertiku tidaklah memiliki kekuatan untuk melindungi Maul, melindungi anak-anak dari panti asuhan.
Kukira aku sudah berubah setelah menjadi murid Lacuna. Namun tidak. Aku masih lemah. Aku masih tidak mampu melakukan apapun ketika waktunya benar-benar membutuhkan. Bahkan, saat di Mariander, aku sama sekali tidak berpikir untuk menggunakan benda itu. Tampaknya, tanpa kusadari, aku masih lebih mementingkan rahasiaku daripada keamanan Maul.
Di tengah pikiranku yang berantakan, tiba-tiba kepalaku ditarik ke belakang, mendarat pada sepasang gunung lembut dan empuk.
"Gin, jangan terlalu dipikirkan."
Emir memegang kepalaku, memaksaku melihat ke atas, ke wajahnya.
"Memangnya kamu tahu apa yang kupikirkan?"
"Kamu pasti merasa ini semua salahmu kan?"
Yah, Emir tidak sepenuhnya salah. Namun, tidak sepenuhnya benar juga. Atau sepenuhnya benar? Entahlah, aku sendiri tidak yakin dengan pemikiranku.
"Emir benar, tidak semua hal bisa kamu kendalikan."
Inanna melanjutkan Emir dari depan meja makan. Selain lauk yang dibawa oleh Inanna, tampak beberapa mangkuk sayur di meja. Tampaknya, Emir tidak meninggalkan tugasnya untuk menenangkanku. Dia menyelesaikan tugasnya dulu.
"Jujur, mungkin, mungkin...."
"Jangan! Jangan memikirkannya! Aku tidak membolehkanmu untuk memikirkan apa yang mungkin terjadi kalau kamu melakukan hal lain. Kumohon, jangan..."
Kali ini, bukan hanya Emir, Inanna pun datang. Jika Emir dari belakang, Inanna dari depan. Jadi, kini, kepalaku diapit dada Emir dan Inanna.
"...bisa tolong ceritakan siapa yang mengajari kalian untuk melakukan ini?"
"Hehehe, coba tebak!"
"Aku dan Emir harus belajar banyak hal kalau ingin membantumu. Terutama, menenangkan pikiranmu."
Ketika mereka mengatakan hal itu, satu-satunya sosok yang terpikirkan olehku adalah Rahayu. Namun, mereka berdua hampir tidak pernah berhubungan dengan Rahayu. Apakah ibu? Mungkin saja. Namun, ibu kini lebih sibuk dengan Ninlil dan Ninshubur.
"Tante Filial?"
"Tepat sekali!"
"Ada alasan kenapa ibu bisa menjadi selir!"
"..."
Bukan hanya Rahayu, bahkan selir Filial juga menyimpan sosok yang lain. Tidak! Seharusnya aku sudah menyadarinya sejak dia setuju untuk mengorbankan Papsukkal dan bersekongkol dengan permaisuri Mariander.
Yup! Aku tidak boleh meremehkan keluarga kerajaan. Tampaknya, sebagian besar dari keluarga kerajaan adalah pemain drama. Emir adalah satu-satunya pengecualian. Bagaimana dengan Inanna? Dia masih sedikit bermain drama, tapi tidak terlalu banyak.
Kalau aku ingat baik-baik, Emir mulai aneh-aneh sejak Inanna juga menjadi calon istriku. Apakah ini pengaruh Inanna? Atau justru sifat Emir yang sebenarnya muncul setelah ada teman sekongkol? Di lain pihak, keturunan? Maksudku, baik Rahayu dan tante Filial sama-sama pemain drama ulung. Jadi, bukan tidak mungkin kalau sifat mereka menurun, kan?
Yah, aku harus berhati-hati agar tidak membuat mereka marah atau dendam padaku.
"Baiklah, mari kita mulai–"
Tak tak
Beberapa suara tumpul terdengar. Kami semua melihat ke arah jendela dimana beberapa lingkaran muncul.
Sebenarnya, kami sudah merasakan niat membunuh yang mengarah ke rumah. Namun, kami mengabaikannya karena rumahku sudah diubah total sejak serangan Alhold. Bahkan, laras tank Emir dan proyektil Inanna tidak akan bisa menghancurkan rumah ini.