I am No King

Ren Igad
Chapter #3

Arc 1 Ch 2 - Bertahan Hidup

"Tuan Putri Emir?"

Tuan Putri Emir, putri kerajaan ini yang juga adalah pelanggan setiaku, berdiri di depanku. Tidak, tidak berdiri. Kalau aku harus bilang, lebih tepatnya, tubuhnya sedikit merangkak, bersiap untuk menghindari serangan selanjutnya. Ah, kurasa itu tidak penting untuk sekarang.

"Maaf, kamu siapa?"

Ah, iya, aku mengenakan helm full face. Jadi normal kalau dia tidak mengenaliku.

"Ini saya, Lugalgin."

Aku melepaskan helmku untuk sesaat, menunjukkan wajah. Tuan Putri Emir adalah satu dari sedikit orang yang mengetahui nama asliku, jadi aku tidak memiliki masalah melepas helm dan menunjukkan wajah.

Tuan Putri Emir membuka mulutnya lebar-lebar ketika melihat wajahku.

"Lugalgin? Apa yang kamu lakukan di sini?"

Eh, kok dia tidak mengatakannya? Padahal aku berharap dia akan mengatakannya. Melihat rencanaku tidak terlalu mulus, aku kembali mengenakan helm.

"Maaf jika terkesan lancang, tapi seharusnya saya yang bertanya, Tuan Putri Emir. Saya sedang dalam perjalanan pulang ketika tiba-tiba jalan tol ini berubah menjadi medan perang!"

Sambil menjawab pertanyaannya, aku kembali menyalakan sepeda motor dan melaju, menjauh dari bawah lampu. Tuan Putri Emir juga melakukan hal yang sama. Tidak lama setelah kami pergi, tempatku berdiam sebelumnya hancur, dihantam oleh ledakan.

Tuan putri Emir kembali melepaskan tembakan dari lima kepala tank yang melayang. Dan seperti sebelumnya, beberapa ledakan di udara muncul.

"Ah, iya, maaf, kelihatannya kamu terseret. Tapi ini keadaan genting. Mata-mata dari kerajaan Mariander datang dan berusaha membunuhku."

"Berusaha membunuh Tuan Putri? Apakah mereka bermaksud memulai perang?"

Meski aku menggunakan sepeda motor untuk bergerak, Tuan Putri Emir mampu menyaingi kecepatanku. Sudah kuduga, selendang panjangnya pasti telah dicampur suatu material agar dia bisa mengendalikannya. Bukan hanya selendangnya, ada kemungkinan jaket, celana, dan juga sepatunya sudah dicampur dengan suatu material agar dia bisa mengendalikannya.

Sejauh pengertianku, Tuan Putri Emir adalah orang spesial dengan pengendalian utama silikon. Silikon, tergantung pencampurannya, mampu menjadi lentur seperti karet atau keras seperti batu. Bahkan, dari beberapa informasi yang kudapatkan, Tuan Putri Emir bisa mengubah sebuah kain menjadi pedang dengan kemampuan pengendaliannya, ini bukan kiasan. Jadi bisa disimpulkan kalau pakaian, selendang, dan laras tanknya, memiliki campuran silikon.

Tunggu dulu! Aku mulai keluar jalur. Daripada itu, seharusnya seorang Tuan Putri berada di istana menghabiskan hari-hari dengan penuh kemewahan dan kehidupan yang indah. Setidaknya itulah yang aku bayangkan.

Lalu, kenapa Tuan Putri ini berada di depanku dengan menggunakan pakaian militer? Apa benar dia adalah Tuan Putri Emir yang aku kenal? Bisa saja seseorang menyamar menjadi dirinya. Kalau seperti ini, maka sosok yang sedang menyerangnya adalah tentara kerajaan. Ya, bisa saja. Dan lagi, dia juga tidak mengatakannya saat melihat wajahku.

"Sebenarnya Bana'an dan Mariander sudah berada dalam perang dingin sejak beberapa dekade yang lalu. Informasi ini seharusnya rahasia tapi karena kamu sudah terlibat, kurasa kamu berhak tahu."

Woi, woi, woi, woi! Kalau rahasia kenapa bilang? Aku belum sepenuhnya terlibat kalau seandainya kamu tidak mengatakannya.

"Kalau boleh jujur, aku juga ingin segera mengakhiri mata-mata itu. Tapi sayangnya, dia jauh lebih kuat dari yang kuduga."

Dia terus mengeluarkan informasi yang tidak ingin kudengarkan sambil terus bergerak mengikutiku, menghindari ledakan yang terjadi.

Perempuan ini bodoh atau apa sih? Apa kamu benar-benar merasa menyesal karena sudah menyeretku ke dalam permasalahan ini? Kalau kamu menyesal, harusnya kamu tutup mulut dan segera bunuh mata-mata itu!

Aku tahu kalau Tuan Putri Emir memang tomboi, tapi tidak seekstrem ini juga. Aku semakin ragu kalau perempuan ini adalah Tuan Putri Emir.

"Maaf atas kelancangan saya, tapi daripada Tuan Putri Emir menyia-nyiakan waktu dengan memberi informasi pada saya, saya berharap Tuan Putri Emir segera membunuh mata-mata itu. Kalau begini terus, Tuan Putri Emir dan saya akan kehabisan tempat berpijak. Apa Tuan Putri Emir lupa kalau saya tidak punya pengendalian? Saya tidak bisa melayang."

"Ah, iya, aku lupa."

Oke, fix! Kamu bukan Tuan Putri Emir! Tuan putri Emir yang kukenal hampir tidak pernah melupakan detail-detail kecil semacam itu. Tidak, revisi, ini bukanlah detail kecil untukku.

Apa ini berarti orang yang menyerang kami adalah orang dari kerajaan? Kalau bekerja sama dengan 'Tuan Putri Emir' ini, ada kemungkinan aku dianggap bekerja sama dengan si penyusup istana. Namun, kalau penyerang itu memang orang kerajaan, maka dia teledor karena asal menyerang. Di sini ada warga sipil, rakyat jelata. Kalau aku tidak melawan, maka aku akan tewas.

Namun, kalau memang perempuan ini benar-benar Tuan Putri Emir, aku harus membantunya. Namun, sekali lagi, aku ragu dia adalah Tuan Putri Emir.

Baiklah! Saat ini, yang terpenting adalah aku bertahan hidup. Setelah itu, baru aku pikirkan bagaimana berurusan dengan perempuan yang mengaku sebagai 'Tuan Putri Emir' ini.

"Sekali laga saya meminta maaf kalau dianggap lancang. Namun, apakah Tuan Putri Emir bisa membuat orang itu mendekat?"

Lihat selengkapnya