"Aahhh... bagaimana ini? Aku, menang..."
Aku tiduran di sofa di ruang tunggu yang aku gunakan sebelum pertandingan. Senjataku aku letakkan di ujung ruangan dan aku tutupi dengan kain, lagi. Aku berhasil meyakinkan ayah, ibu, dan Ninlil kalau aku baik-baik saja, hanya kecapekan, dan membuat mereka kembali ke pesta utama tanpaku. Dengan alasan yang sama, aku berhasil kabur dari wawancara setelah pertandingan. Oleh karena itu, Emir lah yang mengambil alih urusan wawancara dan jumpa pers. Aku berharap dia tidak mengatakan apapun yang tidak perlu
"Yay, kamu menang. Aku menang. Selamat untuk kita berdua."
Dan tuan putri cerewet ini pun datang, memperjelas masalah. Aku bangkit dari sofa dan melihat dia masuk seorang diri tanpa pengawal atau apapun. Dia berjalan dengan bahagianya seolah-olah dia melayang di atas tanah hingga akhirnya dia duduk di sampingku.
"Belum lagi, kamu membuat sejarah sebagai orang pertama yang menang battle royale dengan HP utuh, tak berku—uehuehueh"
"Bisa diam tidak nih mulut, heh?"
Aku yang sudah kehabisan kesabaranku menarik kedua pipinya, membuatnya tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Aku tidak peduli meskipun dia meronta-ronta mencoba melepaskan tanganku dari pipinya, aku akan terus menarik pipinya kalau perlu sampai putus.
"Ahaha, tampaknya kalian benar-benar akrab."
Eh? Suara ini, jangan bilang.
Aku menoleh ke arah pintu dan melihat Tuan Putri Yurika mengenakan gaun putih dengan selendang dan garis ungu. Dia mempersilahkan dirinya masuk dan aku reflek langsung melepaskan tanganku dari pipi Emir, berlutut memberikan hormat padanya.
"Berdiri."
Tidak lama, Tuan Putri Yurika pun memberikan ijin untukku bangkit. Jujur, selama dua tahun berhubungan dengan Tuan Putri Yurika, aku tidak pernah bisa merasakan kehadirannya sama sekali, seolah-olah Tuan Putri Yurika tidak memiliki kehadiran atau aura sama sekali. Aku selalu menyadari kehadirannya kalau dia sudah benar-benar di depan mataku atau dia mengucapkan sesuatu.
Ngomong-ngomong, kali ini dia menggunakan gaya rambut twin tailnya. Padahal kalau bukan acara kerajaan, dia membiarkan rambut panjangnya terburai dan dikepang di samping lehernya. Aku selalu menemuinya dalam keadaan seperti itu. Jujur, aku lebih suka pada penampilan yang biasanya. Tapi gaya rambut twin tailnya tidak terlalu buruk.
"Uh, gak adil. Kalau ke kakak kamu sopan dan baik banget. Kok ke aku jahat banget."
Guh. Aku bisa merasakan darah mulai mengumpul di keningku, tapi aku tidak bisa menunjukkan perlakuan kasar karena ada orang lain, Tuan Putri Yurika. Meskipun aku memiliki sedikit perasaan kalau dia akan mengijinkanku berlaku kasar ketika di depannya, tapi aku masih ingin menjaga citraku di depannya.
Berbeda dengan Emir yang tomboi dan tidak mengeluarkan aura tuan putri sama sekali, Tuan Putri Yurika memberikan aura tenang dan elegan, benar-benar sebuah aura yang pantas dimiliki oleh Tuan Putri. Tidak, daripada menjaga citrakuku di depan Tuan Putri, aku lebih peduli untuk menjaga citraku di depan perempuan yang bernama Yurika ini.
Tampaknya Tuan Putri Yurika menyadari kalau aku mulai naik pitam dan mempersilahkanku untuk duduk. Kami pun duduk dengan posisi aku diantara Emir dan Tuan Putri Yurika.
"Jadi, apa kamu benar-benar tidak ingin menjadi bangsawan? Dengan hadiah battle royale, kamu bisa meninggalkan nama Alhold dan menjadi bangsawan di negeri ini."
"Sayangnya saya harus menolaknya."
Tuan Putri Yurika selalu membawa topik yang sama. Dan tentu saja, aku selalu menolaknya.
Seketika itu juga, aku bisa merasakan kehadiran lain datang ke ruangan ini.
"Woh, ini dia sang juara. Kamu benar-benar hebat nak."
Zage akhirnya muncul di depan pintu yang terbuka. Dia terlihat sehat, tidak ada luka sama sekali di tubuhnya. Amulet itu benar-benar hebat. Di lain pihak, aku sedikit penasaran. Kalau benar amulet itu membuat sebuah lapisan pelindung di sekitar tubuh penggunanya, bagaimana tanganku bisa mencapai Ufia dan membuatnya kehilangan kendali? Jujur aku ingin membongkarnya dan mengetahui cara kerjanya, tapi kalau itu menggunakan prinsip pengendalian, dan pastinya, aku pun tidak akan bisa terlalu mengotak-atiknya.
"Terima kasih Pak Zage. Itu tadi hanya keberuntungan saja."
"Kalau itu memang keberuntungan, maka kamu memiliki keberuntungan yang sangat tinggi untuk dapat keluar sebagai pemenang tanpa kehilangan HP sedikitpun."
Ya, aku sadar mengatakannya sebagai sebuah keberuntungan akan menyakiti perasaan orang yang kalah. Namun, aku juga tidak mau menarik perhatian dengan mengucapkan 'ya, itu karena aku berlatih selama bertahun-tahun demi momen ini'. Hell, bahkan aku tidak pernah merencanakan momen ini, bertarung di battle royale, dalam hidupku.
"Sudahlah, terima saja kalau kamu sudah menang."
Emir mengatakannya sambil melingkarkan tangannya ke leherku dari belakang.
Perempuan ini membuatku semakin naik pitam. Kalau keadaan normal, aku akan terdiam dan menikmati kelembutan yang kurasakan di punggungku ini. Tapi saat ini darahku sudah benar-benar diambang mendidih. Aku bisa meledak kapan saja.
Zage yang melihat kelakuan Emir langsung menutup dan berdiri di dekat pintu, memastikan tidak ada seorangpun yang lewat dan melihat kelakukan Emir. Tampaknya Zage sudah mengenal Emir dengan baik. Dia masih berusaha menjaga citra Emir sebagai Tuan Putri.
"Jadi, Lugalgin, apa yang sudah kamu lakukan pada adik kesayanganku, Emir?"
Tiba-tiba saja Tuan Putri Yurika mengeluarkan pertanyaan dengan senyumannya. Senyumannya, entahlah, aku tidak tahu senyuman macam apa itu. Perasaanku bercampur ketika melihat senyumannya. Yang jelas adalah, aku merasa terancam.