Ahh, pagi ini benar-benar indah. Setelah menang battle royale, aku pun mendapatkan uang seratus ribu zenith pertamaku. Dengan uang seratus ribu zenith per bulan, aku bisa mulai mencicil rumah.
Bahkan setelah uang itu dikurangi untuk mencicil rumah dan kebutuhan, hidup, aku masih sangat kaya. Bahkan kalau aku mau, aku bisa saja mencicil mobil, tapi karena aku tidak bisa menggunakan mobil dengan tenaga rotasi, percuma saja. Itu tidak penting.
Rencana hari ini adalah, bersama ayah, ibu, dan Ninlil, kami akan keluar untuk mencari rumah yang dijual. Sebenarnya aku bisa saja pergi sendiri, tapi ibu dan Ninlil khawatir dengan pilihanku. Mereka menganggap pilihanku terkadang tidak memikirkan orang lain, hanya memikirkan diriku sendiri.
Oleh karena itu, Ibu dan Ninlil ikut untuk memastikan pilihanku tidak salah. Ayah? Ayah ikut karena dia tidak mau di rumah sendirian. Sesederhana itu.
Setidaknya, itulah yang kurencanakan, bukan perselisihan dan perdebatan yang memanas antara ibu dan yang mulia paduka raja seperti ini.
Setelah inaugurasi battle royale selesai, kami pulang tanpa ada prasangka apapun. Mungkin lebih tepatnya ayah, ibu, dan Ninlil yang tidak memiliki prasangka. Aku memiliki prasangka buruk karena permintaan Emir dan juga kata-kata hutang yang dikatakan oleh Tuan Putri Yurika.
Setelah inaugurasi selesai, tidak ada kontak sama sekali dari Emir atau Tuan Putri Yurika. Bahkan Emir sama sekali tidak menanyakan pakaiannya. Di saat itu, aku mengira kalau Emir yang telah menjadi warga biasa akan diberi rumah atau suatu akomodasi oleh ayah dan ibunya di suatu tempat.
Beberapa hari kemudian di suatu hari minggu, lebih tepatnya pagi ini, tiba-tiba saja bel pintu rumah berbunyi. Normalnya, di hari minggu, ayah dan ibu tidak akan menemui siapa pun tanpa janji. Dan seingatku, ayah dan ibu mengatakan kalau mereka tidak ada janji hari ini. Karena itulah, kami telah berencana berkeliling mencari rumah baru.
Namun, ternyata, yang datang adalah orang yang tidak perlu membuat janji. Yang muncul di depan rumah adalah Yang Mulia Paduka Raja, Permaisuri Rahayu Falch Exequeror, dan kelima anak mereka. Dan yang lebih mengejutkan lagi, mereka semua mengenakan pakaian kasual.
Permaisuri Rahayu Falch Exequeror adalah seorang wanita dengan rambut merah panjang yang dibiarkan terburai. Rambut merahnya adalah rambut merah muda lembut seperti Tuan Putri Yurika, dengan mata yang lembut juga. Pandangan matanya tidak terlihat tajam, terlihat baik dan lembut, tidak seperti Emir yang ganas atau tuan Putri Yurika yang penuh dengan determinasi.
Fitur yang mencolok dari Permaisuri Rahayu adalah dagu yang lancip. Selain itu, kamu tidak akan bisa menemukan kerut di wajahnya tidak peduli selama apapun kamu berusaha. Wajahnya menunjukkan seolah-olah dia masih belum mencapai angka 30 tahun, padahal usianya sudah kepala lima. Benar-benar perawatan kerajaan yang menakutkan. Hari ini dia mengenakan pakaian one piece panjang berwarna krim, menutup hingga bawah lutut, dengan kardigan berwarna abu-abu.
Anak kedua, putra pertama, adalah Maxwell Falchion Exequeror, sang putra mahkota. Dia memiliki pandangan mata yang ganas dan rambut pendek berdiri yang merah membara. Kalau aku bilang, dia adalah Emir versi laki-laki. Meskipun begitu, dari info yang kudapat, dia belum mampu mengalahkan Emir. Bahkan, dia belum mampu mengalahkan Zage yang lebih lemah dari Emir. Pakaian yang dia kenakan tidak jauh berbeda denganku kalau aku jalan-jalan, sebuah celana jeans hitam dengan kaos putih dan jaket kulit abu-abu. Dia lebih tua setahun dari Emir.
Anak keempat, putra kedua, adalah Lexicon Falchion Exequeror. Dia memiliki pandangan mata yang tegas dan berwibawa, menunjukkan karisma yang berbeda dibandingkan kedua kakaknya. Kalau aku bilang, dia menuruni wibawa dan karisma ayahnya. Bahkan mata hitam dan rambut hitamnya, yang dipotong rapi pendek, adalah fitur dari ayahnya. Dia mengenakan celana jeans biru, kaos abu-abu cerah, dan blazer biru gelap. Dia lebih muda dua tahun dari Emir, lebih muda setahun dariku.
Anak sekaligus putra terakhir adalah Bemmel Falchion Exequeror. Dia adalah anak termuda yang usianya baru sebelas tahun. Dia menuruni fitur ibunya yang memiliki rambut merah muda dan pandangan mata yang lembut. Rambutnya dibiarkan agak sedikit panjang hingga menutupi telinga.
Fitur wajah Bemmel lembut tanpa garis tegas. Kalau seandainya dia mengenakan rok dan pakaian perempuan, aku pasti percaya kalau dia perempuan. Namun, untungnya dia tidak melakukannya. Dia datang ke rumah kami dengan menggunakan celana tiga perempat berwarna biru cerah dan kaos merah dengan garis putih.
Yang Mulia Paduka Raja mengenakan kemeja biru cerah dan celana kain rapi. Tuan Putri Yurika mengenakan rok hitam pendek, flared skirt, dengan kaos ungu lengan panjang berkerah. Sementara itu, Emir mengenakan rok A-line di bawah lutut berwarna putih dan kaos lengan panjang dengan kerah besar berwarna biru langit.
Maxwell, Yurika, Emir, Lexicon, dan Bemmel. Kalau aku boleh bertanya, aku ingin menanyakan motif kenapa nama perempuan dan laki-laki nya begitu berbeda. Anak laki-laki menunjukkan kesan penamaan dari timur sedangkan anak perempuan menunjukkan kesan penamaan dari barat. Yah, aku tidak akan pernah menanyakannya sih.
Ngomong-ngomong, Tuan Putri Yurika mengenakan model rambut favoritku, dibiarkan terburai dengan sedikit rambut di bagian kiri dikepang, side pony tail. Tuan Putri Yurika yang menyadari kalau aku senang ketika melihat model rambutnya pun melempar senyum kecil. Seketika itu juga, semua adik laki-lakinya melemparkan pandangan dingin padaku.
Tampaknya sebelum mereka datang kesini mereka sudah membenciku, meskipun aku tidak tahu kenapa. Apa mereka masih kesal karena aku menang battle royale tanpa memegang teguh kode etik kesatria?
Namun, rasanya bukan. Rasanya ada sesuatu yang lain. Kalau mereka kesal karena hal itu, mereka akan melemparkan pandangan merendahkan. Namun, kali ini pandangan mereka dingin karena sesuatu yang lain. Entahlah, mungkin marah? Tapi aku tidak tahu apa yang membuat mereka marah.
Dan, tidak lama kemudian, aku mengetahui alasan kemarahan mereka. Ketika kami menjamu keluarga kerajaan di ruang tamu, Yang Mulia Paduka Raja menjatuhkan sebuah bom. Dan penyebab jatuhnya bom ini, tidak lain dan tidak bukan, adalah Emir.
Mereka datang bukan sebagai keluarga kerajaan. Mereka datang sebagai keluarga Emir Falch Exesias. Dan tujuan mereka datang adalah agar aku mengambil Emir sebagai istriku.
Ini adalah berita paling mengejutkan ketiga yang pernah aku dengar seumur hidup. Dan di luar dugaanku, ibu yang biasanya lemah lembut dan pengertian, berubah menjadi sangat ganas dan keras, seolah-olah dia adalah reinkarnasi iblis. Sudah lama sekali sejak aku melihat sosok ibu yang seperti ini.
Yang Mulia Paduka Raja yang tidak mau kalah pun terbawa suasana dan akhirnya turun berdebat melawan ibu.
"Ibu, apa ibu sadar kalau ibu mendapatkan permintaan langsung dari Raja Kerajaan ini. Ini adalah sebuah kehormatan yang sangat jarang."
"Ah, benarkah itu? Tapi saat ini posisimu bukan sebagai Raja kerajaan ini, tapi sebagai ayah dari perempuan bernama Emir ini. Dan aku tidak pernah melihat putraku bersama perempuan ini sebelum beberapa hari yang lalu. Jadi tentu saja aku menolaknya."
"Hoo, benarkah demikian? Apa itu berarti saya harus menggunakan posisiku sebagai Raja untuk memerintahkan ibu?"
"Antara keluarga Raja dan keluarga Alhold ada sebuah perjanjian tak tertulis dimana Raja tidak diperkenankan menggunakan posisinya untuk memaksa keluarga Alhold. Apakah ini berarti anda akan menjadi orang pertama di garis keturunan anda yang mengingkari perjanjian tak tertulis ini?"
Bukan hanya ibu, bahkan Yang Mulia Paduka Raja yang sebelumnya aku lihat adalah sosok penuh wibawa dan karisma juga berubah. Kini, dia hanyalah sosok seorang ayah yang tidak terima karena putrinya telah ditolak oleh ibuku.
Apa yang ayah lakukan? Seperti tradisi, jika ada penolakan, hanya sang perempuan yang berhak berbicara. Ayah tidak berhak untuk mengeluarkan pendapat di saat ini. Dia hanya diam sambil meminum teh yang tadi sudah disiapkan oleh Ninlil.