"Bangun! Jangan harap kamu bisa bersanding bersama kami hanya dengan ini!"
"Ba, baik."
Ufia perlahan bangkit, lagi.
Sudah hampir satu jam sejak kami berlatih tanding. Ini adalah hari kedua sejak dia resmi kulatih. Kemarin, kami menghabiskan waktu di pagi dan siang hari untuk latihan fisik, mencoba melihat kemampuan tubuh Ufia. Kalau dari segi kemampuan fisik, dia tidak lemah. Aku bahkan bisa bilang dia cukup hebat karena bisa mengikuti kami bertiga, Emir, Jeanne, dan aku. Dari segi kemampuan fisik, hanya stamina dan kapasitas paru-parunya yang perlu ditambah.
Lalu, di sore harinya, kami melakukan latih tanding selama dua jam lebih. Dengan latih tanding ini, aku bisa melihat kekurangan dan kelebihan Ufia. Setelah seharian menghabiskan waktu berlatih bersamanya, aku melihat ada 2 kekurangan terbesar dari dirinya.
Pertama, sulit sekali untuk Ufia bisa membuang kebiasaan bertarung dengan kode etik kesatria. Bahkan, seolah-olah dia sudah dicuci otak agar terus bertarung dengan kode etik kesatria. Tapi, setidaknya, berkat ucapan Jeanne kemarin yang sudah merusak perempuan ini, dia bisa mulai membuang kode etik kesatrianya lebih cepat.
Kedua, insting Ufia tidak cukup terlatih. Instingnya cukup peka dan mengerikan ketika di tengah pertarungan, tapi ketika di luar pertarungan, atau ketika lawannya tidak menunjukkan niat bertarung, instingnya langsung tidak bekerja.
Dan, hari ini kami menjalani jadwal yang sama. Namun, hari ini, Jeanne mengatakan dia sudah memesan aula berlatih di sekolah kesatria terdekat. Jadi kami pun berlatih di sini.
Setiap kota memiliki satu atau dua sekolah kesatria. Meskipun berbeda kota, semua sekolah kesatria dikelola oleh Kerajaan. Jadi, kalau ada siswa berbakat, dia akan dipindahkan ke ibukota dan bisa mendapatkan beasiswa. Untuk siswa yang berada di sini, mereka adalah orang normal atau siswa baru.
Belum sempat Ufia berdiri sepenuhnya, aku sudah menerjangnya.
Ufia terkejut tapi dia mampu menahan serangan toyaku. Tapi seranganku belum selesai. Aku melepaskan sebuah tendangan rendah ke kaki, membuatnya terjatuh, dan lalu melepaskan tendangan tambahan tepat ke wajahnya. Hampir.
Aku menghentikan kakiku tepat di depan wajahnya.
"Di dunia nyata, lawanmu tidak akan menunggumu berdiri. Mereka akan langsung menyerang bahkan ketika kamu masih terbaring. Mengerti?"
"Menger—"
Tanpa membiarkan Ufia menyelesaikan kalimatnya, aku melepaskan tendangan memutar ke bahu kirinya. Dia pun terjatuh.
Ah... kukira insting Ufia sudah kembali bekerja ketika dia menghadang toyaku. Tapi, tampaknya, aku salah.
Pandangan Ufia sudah tidak fokus, setengah kosong. Baiklah, waktunya istirahat.
"AIR"
Setelah aku berteriak, sebuah ember datang, melayang, dan menuangkan air ke wajah Ufia, memaksanya kembali sadar. Air itu dibawa oleh salah satu pelayan Jeanne yang berdiri di samping ruangan.
"Ahh..." Ufia berteriak.
"Kita istirahat dulu sejenak, tapi kamu harus tetap sadar."
Setelah aku mengatakan istirahat, beberapa pelayan mendekati kami. Mereka membawa handuk basah dan minum. Mereka adalah pelayan Jeanne. Dan, berbeda dari orang lain yang sebelumnya kutemui di pesta inaugurasi, mereka tidak memandangku sebelah mata.
Ada kemungkinan kalau pelayan Jeanne adalah agen Schneider juga, tapi kemungkinannya kecil. Mungkin akan lebih realistis kalau mereka mengetahui bahwa Jeanne adalah agen Schneider. Dan karena caraku bertarung tidak jauh berbeda dengan Jeanne, mereka tidak akan bisa memandangku sebelah mata. Kalau mereka melakukannya, sama saja mereka memandang Jeanne sebelah mata.
Ah, ngomong-ngomong, Emir dan Jeanne berlatih juga di sini, di sisi lain aula. Emir mengenakan pakaian Igni dilapisi pakaian militer, mirip seperti saat kami melawan Aryhace. Di lain pihak, Jeanne mengenakan pakaian kasual berbalut jaket.
Emir besar di militer dan sekolah kesatria, bukanlah hal yang aneh kalau dia mampu menggunakan pedang atau tombak. Namun tentu saja, kemampuan utamanya adalah Krat dengan senjata kaliber besar dan jarak jauh.
Awalnya, kukira latih tanding antara Jeanne dan Emir akan berat sebelah, tapi perkiraanku benar-benar salah. Jeanne mampu bergerak menghindari bombardir Emir dengan mudah.
Jeanne bukanlah orang spesial seperti Emir. Dia memiliki pengendalian utama berupa nikel, tidak seumum kuarsa, tapi masih umum. Tapi, jangan salah. Di pakaiannya, dia memasukkan kepingan-kepingan nikel di beberapa tempat. Dengan kepingan nikel itu, Jeanne mampu bergerak dengan cepat.
Semisal Jeanne ingin melompat jauh, dia akan mengendalikan nikel yang ada di pakaiannya, membuatnya sedikit melayang dan mencapai jarak lebih jauh, atau tinggi. Jika dia melihat peluru datang ke arahnya, dia menggunakan refleks tubuh yang ditambah pengendalian pada pakaiannya. Dengan kombinasi ini, tubuhnya akan mampu bergerak dengan lebih cepat, secepat pikirannya. Konsepnya sama seperti ketika Emir mengenakan Krat sebagai pakaian.
Jeanne mampu menutup jarak antara dirinya dengan Emir dengan mudah, memaksa Emir menghalau Jeanne dengan pedang. Dalam jarak dekat, Jeanne cukup ahli dalam bela diri tangan kosong. Dia mampu menangkis dan menghindari serangan pedang Emir dengan cukup baik.
Bela diri yang digunakan Jeanne adalah aliran bela diri bertahan, bukan menyerang. Untuk menyerang, Jeanne menggunakan pisau lempar. Dengan pisau sekecil itu, dia bisa menyimpan stok belasan pisau di tubuhnya. Meskipun bukan untuk menebas, tapi setidaknya pisau itu sudah cukup untuk menghalau pedang Emir.
Tapi, masih disayangkan, Jeanne sama sekali tidak mampu mendekati Emir ketika Emir serius. Yang aku maksud serius adalah membombardir semua tempat dengan laras tanknya. Kalau dalam kondisi ini, aku tidak yakin bisa mengalahkan Emir tanpa persiapan.
Saat ini, Emir menggunakan empat turret tank. Aku jadi penasaran berapa turret tank yang bisa dia kendalikan dengan Krat? Aku akan menanyakannya lain kali.