I am No King

Ren Igad
Chapter #18

Arc 2 Ch 4 - Paksaan

"Dan, siapa kau?"

Aku bertanya pada sosok laki-laki dengan pakaian mewah dan ekstravagan ini. Dari jumlah ornamen yang tidak fungsional itu, ditambah dengan kata-kata 'regal knightku', sudah jelas kalau dia adalah salah satu putra selir. Laki-laki ini memiliki rambut pirang bergelombang yang menyentuh bahu. Terlalu panjang untuk seorang laki-laki. Menurutku.

Di belakangnya, berdiri beberapa pelayan dan dua orang dengan menggunakan baju zirah ringan. Baju zirah yang mereka kenakan umum digunakan oleh penjaga istana atau pasukan lini belakang. Aku menduga kedua laki-laki berbaju zirah itu adalah regal knightnya.

"Maaf, aku lupa memperkenalkan diriku, namaku adalah Charisma Sabarbian, putra pertama dari Julia Sabarbian. Di kananku adalah Regal Knightku yang sekarang, Nordi Einztatts, dan di kiriku adalah mantan regal knightku yang telah pensiun, Eliot Armstead,"

Sebenarnya, aku sudah mengetahui siapa sosok laki-laki ini. Dia sudah kumasukkan ke dalam daftar hitamku.

Di lain pihak, Nordi Einztatts, aku mengingatnya karena dia adalah salah satu orang yang kukalahkan di Battle Royale. Dia memililiki rambut pirang berdiri dengan mata biru. Tapi laki-laki ini tidak penting. Yang penting adalah laki-laki yang satunya.

Eliot Armstead adalah laki-laki yang sudah cukup tua. Dia sudah tidak memiliki rambut, tapi kumisnya sangat panjang, tanpa janggut, seperti tokoh oriental kuno. Meski terlihat cukup tua, aku bisa merasakan dia cukup sigap dan siap bertarung kapan pun.

"Ah, maaf atas kelancangan hamba, Pangeran Charisma."

Aku meminta maaf, hanya basa-basi.

"Kukira Eliot sudah mengirimkan surat tantangan padamu. Apa kau tidak menerimanya?"

Ya, aku menerimanya. Ada beberapa surat tantangan dari seseorang bernama Eliot. Karena aku tidak tertarik, aku mengabaikan dan membuang surat itu. Tentu saja aku tidak mungkin mengatakannya. Aku membutuhkan alasan.

"Maaf, tapi saat ini hamba lebih fokus untuk membimbing Emir menjadi calon istri yang baik. Menurut hamba, Emir, yang mungkin akan menjadi keluarga hamba, adalah prioritas yang lebih penting daripada tantangan dari seseorang yang tidak hamba kenal."

Setelah aku mengatakannya, aku sedikit melirik ke belakang, melihat reaksi Emir. Dan sesuai dugaanku, wajahnya merona seolah-olah dia mendidih. Bahkan, dia berdiri di balik Jeanne untuk menyembunyikan wajahnya. Tapi, percuma dia berdiri di balik Jeanne kalau wajahnya tetap muncul dari bahu Jeanne.

"Kalau begitu, mumpung saat ini kau sedang melatih regal knight Jeanne, kau tidak keberatan kan untuk bertarung dengan Eliot?"

"Maaf, tapi hamba harus menolak permintaan tersebut."

"Hoh? Dan kenapa itu? Apa kau takut kalah? Apa juara battle royale yang menang tanpa kehilangan HP sedikit pun takut terhadap regal knight yang telah pensiun? Apa kau takut prestasimu dihancurkan karena kamu tidak mampu menggunakan cara licikmu?"

Laki-laki ini mencoba memancing emosiku. Sayangnya, aku tidak memedulikannya. Kalau aku terpancing oleh konfrontasi sesederhana itu, pasti aku sudah lama mati di dunia pasar gelap.

"Bukan maksud hamba. Tapi saat ini, hamba harus melatih Ufia yang minggu depan harus mengawal Tuan Putri Jeanne ke Kerajaan Mariander. Meskipun Kerajaan Bana'an dan Mariander sedang dalam keadaan berdamai, tapi kemungkinan pemberontakan oleh minoritas tak bisa dikesampingkan. Nyawa Tuan Putri Jeanne adalah taruhannya. Hamba memohon agar Pangeran Charisma maklum."

Sebenarnya, aku tidak mau menerima tantangannya hanya karena aku tidak mau repot. Bukan hanya itu, aku tidak melihat untungnya walaupun aku menang. Ini bukan battle royale, permintaanku tidak bisa dikabulkan.

"Huh, ternyata juara battle royale terbaik hanyalah seorang pecundang yang bersembunyi di balik tugas," Charisma kembali mengejekku. "Emir, permintaanmu untuk menjadi rakyat jelata dan menikahi laki-laki pecundang ini memang tepat. Kamu yang pecundang dan juga kakakmu yang meminta permintaan itu sama-sama pecundangnya. Kalian adalah keluarga pecundang."

Ahh, apakah ini adalah drama dan perselisihan antara keluarga selir dan keluarga permaisuri yang sering kudengar? Oh iya, ngomong-ngomong, Charisma ini seumur dengan Tuan Putri Yurika, lebih tua empat tahun dariku, tapi dari cara berbicaranya, aku hanya bisa melihat anak kecil yang kesal karena mainannya diambil oleh orang lain.

"APA KAMU BILANG?!"

Sudah kuduga. Emir tidak akan tinggal diam. Yah, menurutku normal sih dia marah, keluarganya baru saja dihina.

"AKU MENJAMIN ELIOT TIDAK AKAN BISA MENANG! DIA TIDAK AKAN MUNGKIN BISA MENGALAHKAN LUGALGIN YANG MAMPU MENGALAHKAN ZAGE DAN AKU!"

Dan, keadaan semakin runyam.

"Oh, benarkah itu? Lalu kenapa dia tidak mau menerima tantangan dari Eliot? Bukankah itu adalah bukti kalau dia hanya pengecut?"

"KAU—"

Aku langsung menjulurkan tangan kananku ke kanan, menghentikan Emir yang hampir maju melewatiku.

"Lugalgin..."

Ahh, baiklah, saatnya aku menghentikan kelakuan baikku. Tapi, sebelum itu.

"Tuan Putri Jeanne, karena hamba adalah tamumu, hamba meminta izin untuk mengemukakan pendapat kepada Pangeran Charisma tanpa menggunakan bahasa formal."

"Baiklah, aku mengizinkannya."

Jeanne mengangguk, memberikan ijinnya padaku.

Baiklah, saatnya memulai pemerasanku.

"Pangeran Charisma, bisa tolong kau beri alasan kenapa aku harus bertarung melawan Eliot? Karena jujur, meskipun aku menang, aku tidak melihat keuntungannya."

"Apakah kau bukan seorang kesatria? Pertarungan ini adalah sesuatu yang harus kau terima untuk membuktikan kekuatanmu pada semua orang, terutama pada sosok laki-laki itu. Dengan pertarungan ini, kalau kau menang, maka kau akan mendapatkan pengakuan dan penghormatan. Kau tidak akan lagi mendapatkan pandangan mata merendahkan seperti yang sekarang kau alami."

Itu adalah kesalahan terbesarmu.

"Maaf, tapi aku bukanlah seorang kesatria. Aku hanyalah seorang pedagang. Bagi pedagang, pengakuan dan penghormatan tanpa keuntungan bukanlah sesuatu yang kami cari. Dan lagi, tidak peduli setinggi apapun reputasi yang kudapatkan, keluarga Alhold tidak akan menerima orang sepertiku. Itu adalah fakta."

Aku melempar pandangan pada Bastion ketika mengatakan setengah dari ucapanku. Benar saja, dia menggertakkan giginya ketika aku melihatnya dengan pandangan merendahkan.

"Lalu apa yang kau cari?"

"Maaf, aku tidak mau mengatakannya. Ini adalah masalah pribadiku."

"Huh, pada ujungnya kau memang hanyalah seorang pecundang. Kau benar-benar cocok dengan keluarga pecundang itu."

"KAU—"

Emir kembali meledak. Ah, aku mulai bosan dengan rutinitas ini.

"Emir, tenangkan dirimu."

"Tapi..."

"Tenangkan dirimu."

Aku mengulang ucapanku. Emir yang mendengarku pun terpaksa diam. Dia hanya melempar pandangan ganas ke Charisma.

"Kalau aku tidak mengenal beberapa keluarga kerajaan, aku pasti sudah berpendapat kalau semua keluarga kerajaan adalah orang yang hanya bisa menghina orang lain ketika tidak mendapatkan keinginannya."

"Apa kau bilang?"

"Dibandingkan Tuan Putri Jeanne dan Tuan Putri Yurika, kau hanyalah bangsawan rendahan yang menggunakan hinaan untuk memancing lawan. Bahkan, aku mengenal beberapa Baron yang berkelakuan lebih terhormat darimu.

"KAU...."

Aku bisa melihat Charisma mulai naik pitam. Beberapa urat nadi sudah muncul di ubun-ubunnya.

Lihat selengkapnya