I am No King

Ren Igad
Chapter #22

Arc 2 Ch 8 - Pertemuan Bilateral

Akhirnya mereka datang juga. Aku sudah berdiri di landasan pacu bandara bersama petugas. Bandara ini sudah disterilkan sejak pagi dan tidak akan ada pesawat yang berangkat atau datang hingga 2 jam ke depan. Bahkan, tidak ada satu pun pengunjung yang berada di terminal ini. Semua pengunjung dan penumpang dialihkan ke terminal lain. Wartawan pun hanya mampu mengambil gambar dari terminal lain tersebut.

Pengamanan ini sangat ketat, terlalu ketat. Apa pihak Bana'an meminta Mariander melakukan pengamanan ini untuk memperkuat kesan mereka sedang perang dingin? Meski pihak Mariander tidak menyebarkannya, tapi bisa saja Bana'an meminta bantuan mereka.

Ya, aku tidak peduli karena pengamanan ini mempermudah pekerjaanku.

Akhirnya, jet pribadi yang membawa Jeanne dan lain mendarat. Aku melepas penutup telinga dan mendatangi tangga yang turun dari jet itu.

Jeanne muncul diikuti Ufia, Emir, dan personel keamanan lain dari Bana'an.

Baiklah, ada yang aneh. Jeanne mengeluarkan terlalu banyak keringat. Dan meski hampir tidak terlihat, tapi gerakan kaki kirinya lebih kaku dari kaki kanan. Apa dia terluka? Bisa saja. Kalau benar dia terluka, maka aku bisa memperkirakan kalau dia menaruh nikel di sekitar kaki kiri dan mengendalikannya.

Aku melihat ke arah Ufia dan Emir. Ufia sudah bisa memandangku tanpa mengalihkan pandangannya. Tampaknya, dia sudah mengatasi kekhawatiran atas penghinaan yang dia lakukan padaku selama ini.

Di lain pihak, Emir mengalihkan pandangannya dariku. Seperti biasa, dia mudah dibaca.

Apa yang terjadi setelah aku pergi ke sini? Ya, akan aku cari tahu nanti.

Sama sepertiku, Ufia dan Emir mengenakan pakaian militer dan amulet. Di bawah pakaian militer kami, tentu saja terdapat pakaian igni. Perlu dicatat kalau amulet tidak memberi jaminan keamanan. Banyak peluru militer yang didesain mampu menembus amulet. Jadi, amulet hanyalah pengamanan terhadap serangan non militer.

Sebagai catatan, peluru yang kugunakan untuk melatih Ufia dan di battle royale bukanlah peluru kelas militer.

Bagaimana dengan saat ini? Tentu saja aku menggunakan peluru kelas militer. Sementara yang lain hanya membawa pistol atau SMG (Sub Machine Gun), aku membawa kotak arsenalku yang berbentuk peti mati di punggung. Aku sadar kalau aku mencolok. Namun, lebih baik berjaga-jaga lebih daripada menyesal kemudian.

Bersamaku adalah rombongan penyambut dari Kerajaan Mariander, beberapa bangsawan dan satu Pangeran. Pangeran ini adalah Karisma Kai Behequem. Dia adalah putra mahkota Kerajaan Mariander. Berbeda dengan kerajaan Bana'an yang bangsawannya memiliki rambut hitam, bangsawan Mariander didominasi oleh rambut pirang.

Ketika Jeanne turun, Pangeran Karisma merendahkan tubuh dan meraih tangan Jeanne, sebuah gestur yang umum dilakukan terhadap tamu kerajaan.

"Terima kasih telah datang ke Kerajaan Mariander. Adalah sebuah kehormatan untuk menyambut kedatangan Tuan Putri Jeanne."

"Kehormatan adalah milik kami. Terima kasih karena Mariander sudi menerima kunjungan Kerajaan Bana'an."

Mereka bertukar basa-basi tata krama kerajaan.

Jadwal hari ini adalah makan siang bersama bangsawan kerajaan lalu dilanjutkan dengan kunjungan ke fasilitas pemerintah. Di saat kunjungan, Jeanne dan pihak Mariander akan mendiskusikan hubungan dan kerja sama dua negara dan sebagainya.

Untuk besok, kami akan naik pesawat dan pindah kota di pagi hari. Kami akan mengunjungi beberapa panti asuhan, fasilitas kesehatan, dan sekolah. Hari kedua diisi dengan kegiatan sosial. Sesuai permintaan Jeanne, acara sosial akan dilakukan di kota lain.

Di hari ketiga, acaranya adalah liburan kerajaan dan lalu ditutup dengan pesta di malam hari. Hari keempat, kami sudah bisa kembali ke Bana'an.

***

Aku tidak pernah mendatangi pertemuan bilateral antar kerajaan. Namun, tidak kuduga atmosfernya terasa begitu familier bagiku. Kenapa aku bilang familier? Mudah saja. Suasana dan prosesnya mirip ketika dua mafia melakukan perundingan.

Jeanne dan Karisma masing-masing duduk di sebuah kursi, yang tampak mahal, yang dipisahkan oleh sebuah meja bundar. Masing-masing pengawal berdiri di belakang tokoh utama.

"Tidak bisa. Kami tidak bisa memberikan bantuan lebih dari ini tanpa adanya kompensasi yang setara."

"Tapi Kerajaan Bana'an telah memberikan bantuan kepada kota Ernesti yang beberapa bulan lalu mengalami bencana besar kan? Tanpa bantuan kami, aku tidak yakin Ernesti sudah berdiri lagi seperti sekarang."

"Kami tidak meminta bantuan kalian. Kalian sendiri yang datang sendiri dan membawa bantuan. Bahkan tanpa bantuan kalian, kami bisa membangun Ernesti kembali tanpa masalah?"

"Benarkah itu? Apa anda bisa mengatakan itu ke hadapan para penduduk Ernesti?"

Aku tidak akan pernah menduga kalau bantuan terhadap bencana gunung api di Ernesti akan dibawa-bawa ke meja diskusi.

Yup, mereka tidak jauh berbeda dari mafia. Mereka sama-sama menggunakan ancaman dan membawa-bawa jasa yang pernah mereka lakukan.

"Baiklah kalau begitu, kami akan menyanggupi permintaanmu untuk izin ekspor barang ditambah. Namun, hanya untuk produksi kulit. Tidak lebih. Tidak ada pengecualian juga untuk pajak produksinya."

Akhirnya permintaan penambahan volume izin ekspor produksi dan kerajinan kulit disetujui oleh Pangeran Karisma.

"Tapi sebagai gantinya, Kerajaan Bana'an harus mengirimkan beberapa ahli pengrajin kulit untuk mengajar di beberapa sekolah di Mariander."

"Baiklah, kami setuju dengan syarat itu."

Jeanne tidak mengajukan keberatan sama sekali. Tampaknya dia sudah menduga permintaan Karisma.

Lihat selengkapnya