I am No King

Ren Igad
Chapter #23

Arc 2 Ch 9 - Dua Tuan Putri dan Satu ...

"Ka-"

Sebelum Emir merespon dan menunjukkan keterkejutannya, aku sudah meletakkan tangan kiri di pundaknya, meremasnya.

Tidak heran kalau Emir terkejut. Sosok yang menanti kami adalah sosok yang tidak mungkin kami lupakan. Rambut hitam berkilau dengan mata hijau yang tajam... atau tidak.

Ya, berbeda dengan sebelumnya, ketika kami bertemu, kali ini pandangannya benar-benar ramah dan lembut. Seolah-olah dia adalah orang yang berbeda. Namun, aku tidak akan pernah melupakan wajah cantiknya, yang mirip dengan Illuvia, dengan sepasang gunung.

"Perkenalkan, namaku adalah Inanna Arc Spicante, sebuah kehormatan bagi saya untuk menemani Tuan Putri Jeanne dalam acara sosial besok." Inanna sedikit mengangkat gaun dan merendahkan tubuhn, menyapa Jeanne.

"Ka—"

Aku menguatkan remasan tanganku di bahu Emir dan berbisik, "kamu terbiasa menjaga citra di depan publik kan? Jaga citramu sekarang juga. Jangan terlihat kamu terkejut."

"Ba, baik..." Emir balik menjawab dengan bisikan.

Setelah aku mengatakan itu, Emir menjadi tenang. Tidak terlihat lagi ekspresi terkejut atau emosi di wajahnya.

"Sama-sama, Tuan Putri Inanna. Terima kasih sudah bersedia menemani saya." Jeanne membalas sapaan Inanna.

Emir baru tahu hari ini, tapi aku sudah tahu dari kemarin ketika petugas yang mengawal dari Mariander memberiku profil Tuan Putri Inanna. Nama aslinya adalah Inanna, tapi aku, dan Emir, mengenalnya dengan nama Aryhace. Ya, dia adalah perempuan yang hampir merenggut nyawa kami beberapa bulan yang lalu, di jalan tol itu.

Karena Inanna adalah putri Selir, mungkin Emir belum pernah bertemu dengannya. Alasan kenapa Inanna adalah putri yang dipilih untuk menemani kami? Entahlah. Tidak ada yang tahu. Namun ada yang mengatakan kalau hal ini berhubungan dengan Bana'an menyebar isu perang dingin. Dan, tentu saja, informasi ini kudapatkan dari jalur tidak resmi.

Setelah Jeanne dan Tuan Putri Inanna saling bertukar sapa, Pangeran Karisma pun meninggalkan kami. Tuan Putri Inanna memandu kami keluar dari bangunan, dimana beberapa mobil panjang dan militer sudah menunggu kami.

Tentu saja aku sudah memeriksa semua mobil dan personel yang menjemput kami, jadi aku tidak terlalu khawatir. Tuan Putri Inanna dan Jeanne naik di mobil utama, mobil limusin panjang. Sedangkan kami, pengawal, naik di mobil militer.

Pengawal Jeanne, kami, melaju di belakang mobil utama. Pengawal Tuan Putri Inanna melaju di depan mobil utama.

"Lugalgin, bisa tolong temani aku?"

"Eh?"

Tepat sebelum aku masuk ke dalam mobil militer di belakang, Jeanne memanggilku. Aku terdiam sejenak, melihat baik-baik ke arah Jeanne.

Jeanne tersenyum masam, terlalu masam. Mungkin efek obat penahan rasa sakitnya sudah hampir habis, jadi dia membutuhkanku untuk membantunya berdiri dan duduk.

"Baiklah, Tuan Putri."

Meskipun aku sudah terbiasa memanggil Jeanne hanya dengan nama, tanpa gelar, aku masih bisa menunjukkan tata krama di depan publik.

Aku memberikan peti mati arsenal ke Emir. Emir pun membawanya masuk ke mobil militer di belakang. Sebelum itu, aku mengambil sepasang pistol yang terpasang bayonet dari dalam.

Aku berjalan ke mobil panjang yang seharusnya hanya diisi oleh Tuan Putri Inanna dan Jeanne. Aku membukakan pintu dan membiarkan mereka masuk terlebih dahulu. Aku memegang tangan Jeanne sementara dia masuk dan duduk, memastikan beban yang diterima kakinya berpindah ke tanganku.

Interior mobil ini mirip dengan mobil yang digunakan Emir saat menjemputku, dulu. Interiornya mewah dan memiliki sekat yang memisahkan kursi penumpang dan sopir. Di dalam juga ada kulkas kecil dan beberapa minuman.

Meskipun tampak seperti mobil mewah biasa, tapi mobil ini memiliki ketangguhan dan ketahanan yang jauh lebih tinggi daripada mobil militer yang mengawal. Hanya tank dan claymore, bom anti tank, yang mampu menghancurkan mobil ini.

Namun, kalau aku membicarakan tank, ada kemungkinan Emir mampu menghancurkan mobil ini.

Dan, entah bagaimana, aku duduk di antara Jeanne dan Tuan Putri Inanna. Namun, ketika kami duduk, Jeanne meremas tanganku kuat-kuat. Di lain pihak, wajahnya terlihat lebih rileks dibanding sebelumnya. Tampaknya ini adalah alasan utama dia membutuhkanku.

Jeanne bertanya padaku, "Jadi, hotel tempat kita menginap, apa kamu sudah memeriksanya juga?"

"Ya, saya sudah memeriksanya," aku menjawab. "Saat ini, seharusnya, beberapa orang sedang memeriksa ulang semua kamar yang akan digunakan dan memberikan laporan pada saya ketika kita tiba."

Aku menjawab Jeanne dengan cepat dan sigap. Ini adalah kerja, bisnis. Aku harus menunjukkan kalau aku profesional.

"Apakah kamu benar-benar meragukan keamanan di kerajaan kami?" Tuan Putri Inanna masuk ke pembicaraan.

Tunggu dulu. Kamu? Dia tidak menggunakan kata anda ataupun kau, tapi kamu. Dia mencoba untuk langsung menutup celah antara kami, mungkin? Namun, aku tidak bisa ikut ke dalam arus yang dia ciptakan.

"Bukan maksud saya. Tapi, lebih baik berjaga-jaga daripada menyesal kemudian."

"Ah, kamu benar-benar kaku," Inanna mendengus, mengeluh. "Ayolah, aku bosan dengan semua formalitas dan semua hal soal citra."

Ung, entah kenapa, aku mendapatkan atmosfer yang sama dengan Emir dari Tuan Putri Inanna. Dan tampaknya, perlahan-lahan, penilaianku padanya juga berkurang.

"Maaf, kalau saya boleh memastikan, apakah benar Tuan Putri Inanna akan ikut menginap di hotel?"

"Ah! Mendengarmu berbicara membuatku sebal! Terlalu kaku!" Tuan Putri Inanna masih meneruskan keluhannya. "Ya, benar, aku akan menginap di hotel bersama kalian. Aku ingin mengobrol banyak dengan Jeanne. Dan kebetulan dia membawa mantan Tuan Putri, Emir."

Lihat selengkapnya