I am No King

Ren Igad
Chapter #29

Arc 2 Ch 15 - Penutupan

"Lugalgin Alhold? Lugalgin sang Regal—"

"Ya, ya, sang Regal Knight terkuat," aku menyela Shera. "Aku sudah bosan dan muak dengan julukan itu. Siapa sih yang menyebarkannya? Konyol sekali."

"Tidak mungkin! Aku tidak memercayaimu. Kau pasti menyiksa Etana untuk mendapatkan kalimat itu."

Shera mengabaikan komen mengenai julukanku. Ya, tidak penting juga sih komenku. Namun, yang jadi masalah adalah, setiap anggota True One pada tiga lantai pertama mengatakan hal yang sama. Mereka tidak memercayai dengan kalimat yang kudapat dari Etana.

"Kenapa kalian semua berkata seperti itu? Kalau rekan-rekan kalian dari lantai bawah mendengar dan memercayai ucapanku, aku bisa menjamin hanya anggota kalian di lantai satu yang tewas."

Shera masih belum memercayaiku. Dia, dan rekan-rekannya, masih belum menurunkan senjata mereka.

PSSSHHHH

Di saat itu, tiba-tiba saja sebuah bom asap sudah meledak, menyelubungi tempat ini dengan asap. Ayolah, kenapa rencanaku tidak pernah dengan mulus, selalu bergelombang.

Aku menendang Nin dan lalu berlari. Aku harus mengganti sandera agar rencanaku berhasil. Aku sudah mengingat lokasi setiap orang dan juga proporsi tubuh mereka. Setelah memastikan targetku, berdasar tingginya, aku membuatnya pingsan dengan obat bius. Aku selalu membawa pistol syringe kecil di beberapa saku untuk berjaga-jaga.

Aku beruntung tidak ada orang bodoh di ruangan ini. Mereka semua menahan tembakan mereka.

Tidak lama kemudian, akhirnya asap di ruangan menghilang. Di saat itu, aku melihat Nin masih terjatuh, masih sadarkan diri. Tiga orang lain sudah tergeletak tidak sadarkan diri. Shera dan Selir Filial sedang bertikai. Mereka berdua berhadapan dan memegang senjata api, tapi posisi tangan mereka berdua saling mengunci, mencegah pihak lawan melepaskan tembakan.

Sudah kuduga, Selir Filial tidak akan hanya berdiam diri. Satu hal yang tidak disebarluaskan adalah, Yang Mulia Paduka Raja Arid selalu menikahi perempuan dengan latar belakang militer. Ketika dia menikahi perempuan itu, latar belakang palsu disebarkan untuk menutupinya.

Rumor juga mengatakan Yang Mulia Paduka Raja memerintahkan beberapa anak yang terpilih untuk mengikuti latihan militer sejak usia dini. Dan, tampaknya, Inanna adalah salah satu anak yang terpilih itu. Anak yang terpilih biasanya akan digunakan dalam pernikahan politik atau sebagai duta besar yang bisa merangkap sebagai mata-mata.

Ngomong-ngomong, Papsukkal masih dalam posisi terikat, dia hanya melihat ke sosok ibunya. Aku bisa menduga Papsukkal bukanlah anak terpilih seperti kakaknya.

"Lugalgin, sekarang kesempatanmu, lumpuhkan mereka!"

Selir Filial memberi perintah padaku. Normalnya, aku akan dengan senang hati menuruti perintahnya. Namun, aku sudah memiliki rencana dan klien lain.

"Maaf, Yang Terhormat Selir Filial, tolong jatuhkan senjatamu dan segera menyerah."

"Apa?"

Selir Filial membelalakkan matanya ketika melihat ke arahku. Bukan hanya Selir Filial, semua orang yang melihat ke arahku membelalakkan matanya. Mereka tidak mampu memercayai apa yang kulakukan.

Saat ini, aku menggendong Ninshubur, yang pingsan, di tangan kiriku dan mengacungkan pistol ke kepalanya.

Aku benci melakukan hal ini pada anak kecil, tapi aku tidak punya pilihan. Maafkan aku ya, Ninshubur, nanti aku kirim kue dan permen sebanyak yang kamu mau sebagai permintaan maaf.

"Kau pasti bercanda, kan? Lugalgin! Apa maksudmu? Inanna memercayaimu. Kau bermaksud mengkhianatinya?"

Selir Filial masih belum menyerah. Dia masih dalam posisi saling mengunci dengan Shera.

"Aku mencoba mengakhiri konflik ini dengan keuntungan sebesar-besarnya. Dan lagi, kalau Yang Terhormat Selir Filial mau menyalahkan seseorang, salahkan Papsukkal. Dia lah yang berkomplot dengan True One sehingga mereka bisa menyelinap. Nin, perempuan yang masih sadarkan diri itu, yang mengatakannya langsung padaku."

Ketika aku mengatakannya, Selir Filial melempar pandangan tajam ke Papsukkal.

"Apa yang kau katakan! Jangan bicara omong kosong kau!"

"Aku tidak peduli dengan pembelaanmu." Aku mengabaikan Papsukkal. "Jadi, Yang Terhormat Selir Filial, turunkan senjatamu. Atau..."

Selir Filial menggertakkan giginya. Akhirnya, dia pun menurut dan menjatuhkan senjatanya. Di saat itu, tampaknya Selir Filial melepaskan kuncian tangan Shera. Shera tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia menjatuhkan Selir Filial dan menekan tubuhnya lalu menodongkan pistol ke kepala Selir Filial.

Dor

Senjata di tangan Shera pun terpental. Dia terdiam dan melihat ke arah pistolku yang berasap. Masih dalam posisi menduduki Selir Filial, Shera pun berteriak ke arahku.

"Sebenarnya ada di pihak siapa kau?"

"Aku ada d pihakku sendiri. Aku tidak mau kau membunuh Selir Filial karena belum tentu negosiasi kita lancar."

Shera menggertakkan giginya. "Apa yang kau inginkan?"

"Tinggalkan tempat ini, relakan Brau dan uang itu. Lalu, aku akan memastikan kalian pergi dengan aman dari tempat ini. Selain itu, aku akan membebaskan Etana dan mengantarnya pada kalian."

Mata Shera mengecil. Dia melihatku baik-baik, tidak mampu memercayai ucapanku.

Di lain pihak, Selir Filial masih memandangku dingin.

"Kalian pikir laki-laki dari Kerajaan Lain memiliki wewenang untuk melakukan hal itu? Aku bisa bilang dia hanya berbohong."

"Aku benci mengakuinya, tapi Selir Filial benar. Aku tidak bisa memercayai ucapanmu."

Ya, wajar sih mereka meragukanku. Justru aneh kalau mereka langsung menerima ucapanku.

"Daripada wewenang, aku akan bilang kalau aku memiliki koneksi dan uang untuk melakukannya."

Baiklah, posisi ini agak melelahkan. Aku melepaskan kotak Arsenalku dan mengganti posisi Ninshubur. Sekarang, aku menggendongnya dengan tangan kiriku, membiarkannya menyandar badanku. Kini, kalau orang melihat, Ninshubur seolah-olah tertidur di gendonganku. Sementara itu, tangan kananku kembali lurus ke depan, mengarahkan pistol ke Shera dan Selir Filial.

Mereka berempat terdiam, melihat ke arahku dengan mulut setengah terbuka.

"Apa? Aku hanya membiusnya. Aku tidak akan menggunakan kekerasan pada anak-anak."

"Cih, tahu begini aku tidak akan menuruti ucapanmu." Selir Filial menyesal.

"Sudahlah, kembali ke negosiasi. Bagaimana? Shera, apa kau menerima tawaranku?"

"Apa jaminannya kalau kau akan menepati ucapanmu?"

Lihat selengkapnya