I am No King

Ren Igad
Chapter #31

Arc 3 Ch 0 - Interlude

"Jadi? bagaimana?"

"Aku salah paham. Dia memang sepertiku...."

Seorang laki-laki, berambut coklat panjang dikuncir dan dagu lebar, memberi jawaban. Dia adalah Etana. Saat ini, Etana sedang melihat video di ruang utama.

Kelompok pemberontak memiliki markas yang terletak di kota mati, reruntuhan. Kota mati itu disulap sehingga memiliki bangunan bawah tanah. Bangunan bawah tanah inilah yang menjadi markas True One. Desain markas tersebut memiliki banyak pintu masuk dan keluar, memastikan mereka tidak terjebak jika diserang.

Di samping Etana, seorang perempuan dengan warna dan model rambut yang sama, ikut melihat video. Shera melihat ke video yang diputar, tapi belum bisa memahami ucapan rekannya.

"Bisa tolong jelaskan? Maksudku, bagaimana dia seperti kamu? Aku tidak paham jalan pikiran kalian, orang-orang yang rela melakukan operasi demi menghilangkan kekuatan orang lain."

Cerita yang diberikan Etana pada rekan-rekannya adalah dia mampu menghilangkan kekuatan orang ketika orang tersebut berada di pandangannya. Jadi, Etana menyatakan kalau mata yang dimilikinya adalah mata palsu. Namun, hal itu tidak mengganggu penglihatannya.

Meskipun rekan-rekannya ragu, tapi mereka tidak memiliki pilihan selain percaya ketika menyadari ucapan Etana, mengenai kekuatan pengendalian yang hilang, benar. Dan, secara kebetulan, cerita yang diberikan Etana dan Lugalgin, yang diberikan pada Inanna, adalah benar.

"Coba kamu lihat pada bagian ini."

Etana mengambil remote televisi dan memutar balik video yang mereka tonton. Video yang mereka tonton adalah rekaman pertandingan Lugalgin di battle royale, yang tersebar luas di internet. Akhirnya, rekaman berhenti ketika Lugalgin melepaskan sarung tangannya, sebelum menghadapi Ufia.

"Baik, coba lihat baik-baik di sini. Aku akan menjalankannya pelan-pelan."

Video tersebut kembali berjalan maju, tapi hanya seperempat kecepatan normal.

Shera melihat baik-baik rekaman itu, momen ketika Lugalgin menekan Ufia ke tanah dan melepaskan tembakan.

Etana menghentikan rekaman.

"Sudah paham?"

"Uuu...belum..." Shera menggelengkan kepala.

"Ah.... ya sudah, biar aku jelaskan," Etana memutar balik lagi video hingga Lugalgin melepas sarung tangan. "Di sini, apa yang Lugalgin lakukan?"

"Ung, melepas sarung tangan?"

"Ya, melepas sarung tangan. Menurutmu kenapa itu?"

"Um.... karena dia mulai serius? Maksudku, beberapa orang menganggap bertarung dengan sarung tangan adalah tanda ketidakseriusan kan?"

"Setengah benar. Bagian dia mulai serius benar, tapi bukan karena tanda ketidakseriusan. Biar aku jalankan lagi."

Etana menjalankan video tersebut. Kali ini, videonya berhenti ketika Lugalgin menekan Ufia ke tanah.

"Baik, di sini, apa kamu melihat ada yang aneh?"

Shera terdiam. Dia melihat ke rekaman tersebut dengan saksama. Namun, tidak peduli selama apapun dia melihat ke rekaman tersebut, dia tidak bisa menemukan keanehan di rekaman itu.

"Maaf, aku tidak tahu."

"Ahh..." Etana mendengus. "Coba lihat baik-baik ke tangan perempuan itu. Apa kamu tidak merasa aneh ketika pedangnya terjatuh? Sebelumnya, dia tampak mengangkat pedang besar itu dengan mudah. Namun, di sini, kenapa kok seperti pedangnya menjadi begitu berat, seolah-olah dia...."

Etana tidak menyelesaikan kalimatnya. Dia menunggu, berharap Shera mampu melanjutkan ucapannya.

"Tapi, bukankah itu normal? Maksudku, tampaknya, konsentrasi perempuan itu pecah ketika laki-laki itu, Lugalgin, menekan kepalanya hingga ke tanah."

"Tidak, tidak, tidak...." Etana mengoreksi Shera. "Kalau perempuan itu adalah orang yang tidak terbiasa bertarung, mungkin benar. Namun, dia adalah Regal Knight, kesatria elite di Bana'an. Bahkan, dia sudah menjadi juara pertandingan itu satu kali. Kamu sendiri tidak langsung kehilangan konsentrasi ketika lawanmu menerjang kan?"

"Iya juga ya...." Akhirnya, Shera mulai dapat menyamakan pendapat dengan Etana. "Jadi, menurutmu?"

"Berbeda denganku, yang mengganti mataku, tampaknya dia mengganti tangannya. Hal ini lah yang membuat pengendalian perempuan itu menghilang ketika dia menyentuhnya."

"Ah, begitu ya." Shera terdiam sejenak. Dia mencoba mencerna ucapan Etana dengan baik. "Lalu, sekarang, apa yang akan kita lakukan? Dia sudah menggagalkan rencana kita sekali. Dan sekarang, dengan Putri Inanna menjadi calon istrinya, ada kemungkinan dia akan kembali kalau Putri Inanna memintanya, kan?"

"Ah, iya. Soal itu..."

***

Seorang laki-laki tua terduduk di balkon. Dia melihat ke pemandangan laut yang tersebar di belakang mansion bergaya klasik. Dengan sebuah cerutu, laki-laki tua itu menambah kenikmatan kopi yang baru diminum. Meski tidak terlihat sehelai rambut di kepalanya, tapi janggut dan kumisnya menjalar panjang, tidak menyambung, menunjukkan kalau dia memiliki nenek moyang dari barat. Laki-laki tua itu adalah Enlil Alhold, kepala keluarga Alhold saat ini.

Umurnya sudah hampir mencapai 70 tahun, tapi belum terlihat tanda-tanda dia akan melepaskan posisi kepala keluarga pada Barun, yang di masa depan akan diteruskan pada Ninlil. Untuk laki-laki dengan usia lanjut, badannya terlihat cukup fit, bahkan atletik.

"Paman,"

Seorang laki-laki datang dari dalam mansion, menuju ke Enlil.

"Ada apa?"

"Inkompeten itu kembali masuk berita."

Lihat selengkapnya