"Jadi, ada pertanyaan?"
Setelah makan malam, kami duduk di ruang keluarga. Aku duduk di ujung sedangkan Emir dan Inanna duduk di sofa panjang, di sebelah kiriku.
Aku menceritakan ulang apa yang dikatakan Raja Fahren dan Raja Arid. Saat ini, setelah selesai, Emir membuang pandangan sementara Inanna masih memandangku dengan mulut setengah terbuka.
Kesimpulannya, tampaknya, Emir merasa bersalah sedangkan Inanna terkejut.
"Apa itu berarti, tidak peduli apa yang terjadi, Paduka Raja akan tetap memberikanku padamu?"
Jadi, Inanna tidak terkejut pada kemampuanku, tapi lebih kepada keputusan Raja Arid?
"Kemungkinan besar."
Aku tidak berani memberi konfirmasi pada dugaan Inanna. Kenapa? Karena ada kemungkinan Raja Arid akan memberi putrinya yang lain padaku, bukan Inanna.
"Inanna, kalau kamu tidak keberatan, bagaimana kalau kamu menceritakan bagaimana kamu bisa bertarung melawan Emir, di jalan tol, saat itu?"
"Saat itu–"
"Inanna, apa kamu akan menceritakan misimu pada Lugalgin?" Emir memotong. "Kamu adalah agen Gugalanna, misimu adalah rahasia kerajaan kan?"
"Aku tidak peduli!" Inanna membalas. "Aku tidak peduli dengan kerajaan yang telah menipu dan memperdayaku seumur hidupku!"
Dan, sebuah pertikaian kecil muncul.
"Emir."
Emir sontak menoleh ke arahku. Aku melihat matanya sudah sedikit berkaca-kaca. Bahkan dia menggigit bibirnya.
"Kamu sudah mendengar ceritaku kan. Bisa dibilang Raja Arid dan Raja Fahren berbeda pendapat denganku, dan aku tidak ada niatan untuk menerima pendapat mereka."
Aku tidak akan mengatakan musuh. Risikonya terlalu besar kalau aku blak-blakan mengklaim Raja Fahren dan Raja Arid adalah musuh.
"Tapi, Gin..."
Emir tidak mampu menyelesaikan kalimatnya. Dia menundukkan kepalanya dan meremas tangannya.
"Ke depannya, akan banyak konflik dan perselisihan antara aku dan keluargamu. Saat ini, kamu memiliki tiga pilihan. Pertama, berada di pihakku. Kedua, berada di pihak keluargamu. Atau ketiga, kamu tidak berada di pihak siapa pun tapi aku melarangmu untuk ikut campur."
"Itu..." Emir tidak mampu memberi konfirmasi. "Aku butuh waktu untuk memikirkannya."
Tanpa aku minta, Emir sudah berdiri dan meninggalkan kami. Dia pergi ke lantai dua, mungkin kembali ke kamar.
"Baiklah, Inanna, bagaimana kalau kamu jelaskan bagaimana kamu bisa bertikai dengan Emir saat itu."
Inanna pun menceritakan semuanya. Beberapa minggu sebelum pertemuan itu, Inanna sudah diutus untuk menjadi mata-mata di Bana'an. Tujuan utamanya adalah mencari informasi personal seluruh keluarga kerajaan dan orang-orang bukan bangsawan yang berhubungan dengan Kerajaan. Di saat itu lah, namaku muncul dalam laporan.
Namun, informasi yang bisa didapat Inanna hanyalah aku adalah pedagang barang antik dan aktif di pasar gelap. Dia tidak mampu mendapatkan informasi lain.
Tidak lama kemudian, Inanna mendapatkan perintah untuk mengeliminasi Emir, yang saat itu juga memiliki misi di kota Haria, kota ini. Raja Arid menyatakan kalau Emir adalah ancaman bagi misi dan agen Gugalanna yang lain, oleh karena itu dia harus dieliminasi.
Meski sebenarnya Inanna memiliki beberapa pertanyaan, tapi dia tidak memiliki hak untuk berpendapat atau bersuara. Dia hanya ingin mendapatkan pengakuan dan keinginannya dikabulkan. Oleh karena itu, dia pun menyerang Emir.
Setelah gagal, Inanna pun mundur dan mendapatkan informasi baru. Dia diminta mengumpulkan informasi mengenaiku. Dan, sayangnya, tidak ada informasi tambahan selain yang sudah dia kumpulkan sebelumnya. Inanna pun dipanggil pulang, untuk menemani Jeanne.
"Dan, begitulah cerita lengkapnya."
Hmm... begitu ya. Kalau dari cerita Inanna, ada kemungkinan Raja Arid sudah mengetahui kalau aku memiliki hubungan bisnis dengan beberapa keluarga kerajaan. Oleh karena itu, dia pun menyuruh Inanna menyerang Emir, yang berujung pada aku ikut diserang.
Tanpa informasi dari Emir, aku hanya bisa menerka-nerka langkah Raja Fahren. Seperti misal apa yang dilakukan Emir di kota ini, dan kenapa Emir berada di jalan tol itu tepat di saat aku pulang. Menurutku, Raja Fahren sudah mengetahui jadwal dan kebiasaanku. Dan, dengan alasan ada agen Gugalanna yang menyelinap, dan adanya perang dingin, Emir pun diperintahkan untuk mencari agen Gugalanna itu.
Kalau orang luar sepertiku mendengar informasi ini, sudah pasti kami akan berpikir kalau ini adalah konspirasi atau setidaknya ada pihak lain yang membuat semua rencana ini. Namun, dari sisi pandang orang dalam, mereka tidak akan mengetahuinya.
"Apa ini berarti, ibu dan Ninshubur tidak memiliki wilayah lagi karena rencana Paduka Raja?"
"Sebentar," aku menghentikan Inanna. "Yang itu adalah saranku."
"Eh? Kenapa?"
Pandangan Inanna kosong. Aku bisa merasa kalau dia bingung antara marah atau kecewa.
"Hukuman yang dijatuhkan pada ibumu gara-gara adikmu sudah tidak terhindarkan. Jadi, daripada menjadi selir dengan kekuatan militer yang kecil dan berada di zona musuh, aku berpikir akan lebih aman bagi ibumu untuk dipindah ke Bana'an.
"Dengan ibumu menjadi Duta Besar, maka Bana'an, mau tidak mau, harus memberi sedikit pengamanan. Selain itu, akan sulit bagi bangsawan dan selir Mariander jika ingin mencelakai ibumu karena mereka harus pergi ke Bana'an dulu. Untuk adikmu, aku bersyukur karena ibumu mau menitipkannya pada keluargaku. Dengan begitu, keamanan adikmu pun terjamin."
"Ah, begitu ya."