I am No King

Ren Igad
Chapter #37

Arc 3 Ch 6 - Pilihan Emir

"I, ibu, kakak, sebenarnya..."

Aku menceritakan kembali penjelasan yang aku dengar dari Lugalgin. Meski aku ragu apakah ibu dan Kak Yurika boleh mengetahuinya, tapi aku ingin mereka tahu. Aku tidak tahu harus berbuat apa dan aku butuh masukan mereka. Ini adalah pertama kalinya juga ibu dan kak Yurika mengetahui kalau aku adalah agen schneider.

Aku menjelaskan kalau keluarga Alhold adalah keluarga inkompeten, tapi aku tidak bercerita kalau inkompeten memiliki kemampuan menghilangkan pengendalian orang lain.

Beberapa kali, Inanna masuk, mencoba menutupi penjelasanku yang lemah karena berusaha menghindari topik inkompeten. Tidak lama kemudian, ceritaku pun selesai. Aku hanya bisa berharap mereka bisa menerima cerita yang tampak dipaksakan ini.

"Apa Lugalgin serius? Apa ayah benar-benar melakukan semua itu?"

Aku mengangguk, memberi konfirmasi pada ucapan Kak Yurika.

Kak Yurika membuka mulutnya, tapi aku tidak mendengar sepatah kata pun. Bibirnya hanya bergerak tak karuan.

Di lain pihak, ibu tidak memberi respon. Dia tampak begitu tenang. Apa ini berarti ibu sudah mengetahuinya? Tapi kata Lugalgin, baru aku, Jeanne, dan beberapa agen schneider yang mengetahui kalau dia adalah kandidat raja.

"Jujur, meski aku marah pada ayah, tapi aku tidak punya hak." Kak Yurika memegangi pelipisnya. "Kita adalah putri ayah, Raja Bana'an. Sejak lahir, kita diberi hak atas kemewahan dan keistimewaan, tapi sebagai gantinya kita tidak memiliki hak untuk memilih pasangan hidup kita."

"Yurika," ibu masuk. "Saat ini, yang Emir butuhkan adalah saran apa yang sebaiknya dia lakukan. Dia tidak perlu mendengar itu darimu."

"Tapi bu–"

"Dan lagi," ibu menyela. "Apa kamu lupa kalau status Emir bukan lagi keluarga kerajaan, melainkan rakyat jelata?"

"I, itu...." Kak Yurika terdiam sejenak. Dia melihat ke arahku lalu melanjutkan ucapannya. "Apa menurut ibu, ayah akan menerima alasan itu? Maksudku, ayah adalah seorang Raja. Dia bisa saja langsung menarik Emir kembali.

"Atau, kalau dia mau, dia akan bersekongkol dengan salah satu putra putri selir lain agar mereka menang battle royale. Dengan demikian, ayah bisa menarik Emir kembali menjadi tuan putri dengan mulus. Ditambah lagi, Emir adalah agen schneider. Dia tidak bisa menolak perintah ayah begitu saja."

Setelah mendengar semua ucapan Kak Yurika, aku merasa gravitasi menjadi semakin berat.

Kak Yurika benar, ayah tidak akan tinggal diam begitu saja. Bisa saja ada putra putri selir lain yang akan menang dua battle royale selanjutnya dan membuatku kembali menjadi tuan putri. Ketika hal itu terjadi, kalau Lugalgin menepati ucapannya, dia akan langsung menceraikanku.

Tidak. Aku tidak mau hal itu terjadi. Aku tidak mau.

"Yurika, apa menurutmu Lugalgin akan membiarkan ayahmu melakukan hal itu?"

"Eh?"

Tidak. Lugalgin tidak akan membiarkannya begitu saja. Tapi, tapi....

"Apa ibu tidak salah? Kalau Lugalgin melakukan hal itu, sama saja dia menentang Raja kan? Apa dia bersedia menjadi musuh kerajaan ini hanya untuk Emir? Sejauh yang aku kenal, Lugalgin orangnya tenang dan logis. Aku ragu dia akan melakukannya."

"Huhuhu," ibu tertawa pelan. "Ibu tidak yakin," Ibu melempar pandangan padaku dan Inanna. "Emir, Inanna, kalian adalah agen schneider dan gugalanna. Informasi apa yang kalian miliki mengenai rekam jejak Lugalgin di pasar gelap?"

"Eh?"

Aku dan Inanna menjawab hampir bersamaan. Kami saling memandang, memastikan kalau kami tidak salah dengar. Aku juga melihat keraguan di mata Inanna. Berarti, kami tidak salah dengar.

"Informasi yang kumiliki," aku mulai duluan. "Lugalgin adalah penjual barang antik."

"Sama, aku juga mendapatkan informasi yang sama."

Ibu masih menyeringai. "Lalu?"

"Lalu?" aku memiringkan kepalaku. "Apanya yang lalu?"

"Sayangnya, hanya itu." Inanna menjawab dengan tegas.

Ibu melihat ke Inanna. "Inanna, tampaknya kamu sudah paham."

Inanna mengangguk.

Eh? Apa? Apa? Apa yang sudah kamu pahami tapi aku belum?

Lihat selengkapnya