"Tampaknya, bukan hanya agen schneidernya yang tidak kompeten. Raja yang menyimpulkan kalau aku adalah pedagang kelas teri pun juga sama tidak kompetennya."
Aku memberi respon enteng.
"Aku tanya sekali lagi, siapa kamu?"
Fahren meninggikan nadanya. Saat itu juga, beberapa orang dengan senjata jarak dekat, pistol, dan sub-machine gun muncul, mengelilingi kami.
Aku, yang masih duduk santai, melihat ke sekitar. Total ada sepuluh orang yang muncul.
"Bisa kita akhiri saja pembicaraan mengenai identitasku?" Aku meletakkan dokumen di tangan kembali ke meja. "Intinya, aku kembalikan dokumen ini padamu karena ini bukanlah dokumen yang kuinginkan."
Raja Fahren terdiam dan melihat ke dokumen di atas meja. Dia beberapa kali mengganti pandangan antara dokumen dan aku.
Tiba-tiba saja, tanpa aba-aba, Emir dan Inanna sudah berdiri di sampingku. Emir menodongkan pistol sedangkan Inanna sudah membuat beberapa peluru pistol melayang.
"Apa kau baik-baik saja, Lugalgin?"
"Ayah belum melakukan apa-apa, kan?"
Inanna dan Emir menanyaiku bergantian.
Belum sempat aku menjawab, Permaisuri Rahayu dan Putri Yurika sudah muncul.
"Sayang, ada apa? Kenapa semua tentara ini muncul?"
"Eh?"
Tiba-tiba, Raja Fahren melihat ke sekitar. Keringat mengalir di pelipisnya. Tampaknya, dia termakan emosinya.
"Maaf, semuanya. Aku tidak sengaja meninggikan suara. Kalian bisa pergi."
"SIAP!"
Dalam waktu singkat, tentara yang mengelilingi kami sudah pergi. Kini, keadaan sudah kembali normal.
"Kalian juga. Emir, Inanna, turunkan senjata kalian."
Emir dan Inanna menuruti ucapanku. Mereka kembali meletakkan pistol dan peluru yang sudah dikeluarkan kembali ke dalam tas selempang.
"Jadi, kembali ke masalah utama." Aku mencoba menyetir perbincangan. "Raja Fahren, aku mengembalikan dokumen ini karena ini bukan dokumen yang kuinginkan."
"Hmm...."
Raja Fahren berjalan mendekat. Dia mengambil dan melihat baik-baik dokumen yang ada di atas meja.
"Lalu, apa yang akan kamu lakukan setelah mendapatkan dokumen itu? Jangan bilang kamu berencana membeli kembali mereka semua dan mengembalikan mereka ke masyarakat?"
"Antara ya dan tidak. Kau tidak perlu mengetahuinya."
Tiba-tiba saja, aku melihat sebuah senyum di wajah raja ini. Aku yakin sesuatu yang konyol, dan merepotkanku, terlintas di kepala laki-laki ini.
Raja Fahren kembali duduk, melihat ke arah Emir. "Jadi, Emir, apa kamu memutuskan untuk berada di pihak Lugalgin? Apa kamu sadar kalau aku bisa saja memaksamu menjadi putri kembali hanya dengan sebuah titah?"
Emir melihat ke arahku.
Aku pun melihat ke arah Emir. Dia tidak mengatakan apapun. Dia hanya melihat ke arahku dan mengangguk.
"Maafkan aku, ayah. Tapi aku memutuskan untuk bersama Lugalgin."
Raja ini masih belum menghilangkan senyumnya padahal dia baru mendengar putrinya lebih memilihku daripada dirinya.
"Raja Fahren, apa yang ada di benak pikiranmu?"
"Lugalgin," Raja Fahren menjawab. "Aku resmi menjadikanmu sebagai penanggung jawab dan pemimpin intelijen kerajaan. Dengan kata lain, agen schneider akan menjadi bawahanku dan bawahanmu."
"Hah?"
Aku sontak meninggikan suaraku. Bukan hanya instruktur, tapi penanggung jawab dan pemimpin? Tawaran ini jauh lebih merepotkan dari sebelumnya.
"Sebelum kamu menolak, biar aku jelaskan keuntungan yang akan kamu dapat."
Sebelum aku protes, Raja Fahren sudah mencoba menggoda dengan keuntungan. Dia sudah menebak tabiat dan kebiasaanku.
Beberapa tentara datang. Mereka membawa kursi untuk Permaisuri Rahayu dan yang lain. Setelah selesai, mereka pun para tentara itu kembali menghilang dari pandangan. Jadi, sekarang, ada enam orang terlibat dalam perbincangan di teras ini.
"Aku tidak akan menanyakan identitasmu di pasar gelap. Yang jelas, kamu memiliki kuasa dan kekuatan yang besar."
"Langsung saja," Aku memotong ucapan Raja Fahren.