"Sebelum kalian berdua bertanya lebih lanjut, tampaknya," aku terdiam sejenak, melihat ke sekitar. Aku mengalihkan pembicaraan ke kawan-kawanku ini. "Kalian ingin aku mengetes mereka dulu sebelum aku mengenalkan mereka pada kalian, kan?"
"Menurutmu?" Mari menjawabku dengan nada ketusnya. Kalau orang pertama kali bertemu dengan Mari, mereka pasti akan mengira dia ketus. Tapi, itu hanya nadanya. Sebenarnya, tidak.
Umma menambahkan. "Sudah jelas kan kenapa kami tidak menyediakan kursi."
"Kalau terlalu lama, kasihan Ibla." Yarmuti masih menggoda Ibla.
"Hehe, ya, begitulah." Ninmar menyimpulkan, yang sebenarnya tidak benar-benar memberi kesimpulan.
Grup cewek menjawabku dengan cepat. Di lain pihak, para cowok hanya tertawa.
Aku merendahkan badan, berjongkok.
"Ada yang ingin kalian tambahkan? Hai para cowok?"
"Apa itu perintah?" Ur bertanya kembali.
"Tidak, aku hanya bertanya."
"Kalau begitu, bisakah kamu tidak memintanya terlalu mendadak? Kan aku ada agenda lain."
Ur, kalau kamu mau berkomentar, tidak usah mengatakan 'kalau begitu'.
"Halah, Ur, kali kamu cuma main Frontliners, kan?" Elam menyanggah.
"Lalu kenapa? Ada event penting sekarang! Kamu mau menyuruhku membayar tagihan handphone hanya untuk internet? Lalu apa gunanya aku membayar tagihan wi-fi di apartemen?"
"Ur, kalau kamu mau, ini kamu pegang handphoneku untuk wi-fi. Sekalian aku titip sementara aku menguji mereka."
Aku melempar handphoneku yang layar sentuh.
Ur menerima handphone yang kulempar dan wajahnya pun menjadi berbinar. Setelah menerima handphone itu, dia langsung mengeluarkan handphonenya dan fokus pada game.
"Simurrum, Urua'a, bagaimana dengan kalian?"
"Ah, tidak, kami tidak ada komentar."
"Iya, kami tidak ada komentar. Kami tidak iri karena kamu bisa mendapatkan dua calon istri cantik sementara kami masih tidak mampu mendapatkan satu pun kekasih."
Ung, kalau kalian mau mencari kekasih, bagaimana kalau kalian mengganti cara berpakaian kalian? Sudah berapa kali aku bilang pakaian kalian itu mengusir cewek, secara tidak langsung. Bahkan cewek pasar gelap juga tidak akan sudi dengan cowok yang tampak seperti berandal jalanan kelas teri.
"Ibla?" Aku bertanya pada Ibla.
"Aku hanya time keeper."
"Jadi, kesimpulannya, langsung dimulai saja?" Mulisu mengakhiri percakapan kecil kami.
"Ya, baiklah. Mana shotgunku? Di lemari hanya ada tombak ini. Aku tidak melihatnya."
"Ini..."
Dari dalam tanah, sebuah lipan besar muncul. Lipan itu terbuat dari puluhan pisau yang dihubungkan oleh kawat baja. Di atasnya, terlihat sebuah shotgun yang disarungkan. Aku pun mengambilnya. Sudah lama sekali aku tidak memegang senjata tipe ini, shotgun lever-action 18 inci.
Aku terdiam sejenak, apa kamu harus memunculkan lipan ini? Apa kamu tidak bisa memberikannya normal saja?
Namun, aku terdiam ketika melihat reaksi Emir. Dia terdiam. aku bisa melihat kakinya gemetaran. Mungkin Mulisu ingin menunjukkan pada Emir kalau dia memang benar Kinum.
"Seperti biasa, untuk tes hanya 5 peluru karet." Mulisu memberi penjelasan
"Oke, terima kasih."
Mulisu berjalan menuju Emir dan Inanna sementara aku mengikat sarung berisi shotgun di bahu, melintang dari bahu kiri ke pinggang kanan.
"Jadi, begini aturan mainnya." Mulisu memberi penjelasan. "Kalian akan berlari ke belakang, pergi ke dalam pegunungan dan hutan. Kalian tidak boleh pergi lebih dari 1 Km. Kalian akan menemui pagar pada jarak 1 Km tersebut. Setelah satu menit berlalu, Lugalgin akan mengejar kalian. Kalau kalian sudah terkena peluru atau ditodong atau mendapati tombak Lugalgin di depan organ vital, maka tes dianggap selesai.
"Kami tidak membatasi cara yang harus kalian tempuh untuk memperpanjang waktu. Mau kalian kabur, bersembunyi, atau melawan Lugalgin terus-terusan. Terserah, yang penting tidak lebih dari 1 Km. Dan, kalau kalian menyerang Lugalgin, lakukan dengan niat membunuh. Jangan khawatir, dia tidak akan tewas."
Hei! Kamu bercanda kan? Aku masih bisa tewas.
"Hingga saat ini, waktu tersingkat dipegang oleh Ibla yaitu 5 menit 28 detik."
"Dan waktu terlama dipegang oleh Mulisu dengan waktu 1 jam 57 menit 11 detik." Aku menambahkan ucapan Mulisu.
Aku sudah berdiri di samping Mulisu, melihat ke arah Emir dan Inanna.
Inanna mengangguk-angguk. "Maaf, apa aku boleh bertanya."
"Kalau kamu meminta penjelasan kenapa kami melakukan semua ini atau penjelasan identitas Lugalgin, kami tidak akan menjawab. Tapi kalau seputar tes ini, aku akan menjawabnya."
"Yang namanya Simurrum yang mana?"
Inanna bertanya menggebu-gebu. Entah kenapa, tampaknya, dia begitu bersemangat.
"Simurrum adalah laki-laki berambut merah ini," Yarmuti menjawab dengan cepat sambil menunjuk dengan jempol. "Waktu Simurrum adalah 30 menit 21 detik. Menurutku, mungkin kamu berada di menit 30 atau 29. Kalau kamu berusaha, mungkin kamu bisa mendapatkan angka 31 menit. Sebagai referensi, Simurrum adalah tipe orang yang hit and run. Well, sebagian besar dari kami menggunakan hit and run sih ketika menjalani tes ini."
"Eh? Yarmuti, menurutmu perempuan berambut hitam ini memiliki potensi untuk mengalahkanku? Tidak! Sebelum itu, bahkan, kamu mengatakan dia lebih baik daripada kamu dan Uru'a?"