I am No King

Ren Igad
Chapter #44

Arc 3 Ch 12,5 - Tes, Sudut Pandang Lugalgin

Wow, Emir benar-benar gegabah. Dia pasti berpikir sumber niat membunuh adalah lokasiku. Sayangnya, dia Salah. Sumber niat membunuh yang dia rasakan adalah lokasiku beberapa detik yang lalu. Ayolah, aku tidak berjalan, tapi berlari. Beberapa detik sudah lebih dari cukup untuk membuatku pergi dari tempat yang kamu tembak. Bahkan, sesekali, aku menggunakan tombak ini sebagai galah, melontarkan tubuhku lebih cepat dan jauh.

Kalau aku langsung berlari lurus, Emir akan menyadari tempat yang dia tembak adalah posisi yang sudah kulewati. Tidak seru. Aku akan sedikit bergerak zig-zag, memberi impresi menghindar. Kalau dia bisa mengetahuinya, akan bagus. Kalau tidak, dia butuh latihan lebih lanjut.

Aku terus melihat ke langit, ke arah sumber tembakan. Karena sumber tembakan dan suaranya berpindah-pindah, aku menduga Emir selalu mengendalikan turret dari jarak dekat.

Ung? Intensitas tembakan Emir berkurang? Apa dia sudah capek? Bagus. Ini kesempatanku.

Aku meningkatkan kecepatan. Kini, aku lebih sering melompat dari pohon ke pohon. Dengan tombak ini, aku bisa tetap berada di atas pohon, menambah jarak dan kecepatan yang bisa ditempuh.

Tembakan Emir terhenti. Apa yang terjadi padanya? Apa dia terlalu memaksakan diri dan pingsan? Semoga tidak.

Aku bergegas, menggunakan kecepatan maksimal. Ketika Emir mencapai pandanganku, dia melayang di udara. Tangan dan kakinya tampak menggantung. Tampaknya dia benar-benar kelelahan.

Aku tidak akan membiarkan Emir pingsan. Kalau dia tidak sadarkan diri, tubuhnya tidak akan mampu mengingat tes ini dengan baik. Semuanya akan sia-sia. Namun, aku juga tidak mau langsung mengakhirinya. Aku tidak bisa terlalu memanjakan Emir. Aku harus mendorong Emir benar-benar sampai batas, tapi tidak sampai pingsan.

Baiklah, aku akan sedikit memberinya dorongan.

Dor

Aku melepas tembakan ke suatu arah. Emir terlihat siaga setelah mendengar suara tembakan. Tapi, hanya itu, tidak lebih. Aku melompat, menggunakan tombak sebagai tumpuan, dan menendang pohon tempat Emir berada.

Dugg

Akhirnya, Emir melihat ke bawah, ke arahku. Aku langsung melepas tembakan ketika dia melihat ke sini. Refleksnya cukup cepat. Dia bisa menghindar. Namun, sayangnya, instingnya kurang. Dia baru bergerak setelah melihatku melepas tembakan. Ini bisa membunuhnya. Kalau aku adalah musuh, aku sudah melepas tembakan sebelum dia menoleh.

Aku kembali mengejar Emir. Dia memang masih cepat, tapi gerakannya tidak teratur. Dia benar-benar kelelahan. Baik, sudah waktunya aku mengakhiri tes ini.

Karena di tangan kiriku memegang tombak, untuk mengganti selongsong peluru aku harus memutarnya.

Kali ini, aku melepas tembakan tanpa membiarkan dia melihat. Tapi, berbeda dari sebelumnya, kini dia sudah berhenti dan menghindari tembakanku tanpa perlu melihat. Apa instingnya sudah terlatih hanya dari satu serangan itu? Kalau benar, calon istriku ini benar-benar berbakat dalam bertarung.

Namun, tembakanku membuatnya terhenti. Kini, jarak antara kami hanyalah dua pohon.

Aku mengganti selongsong peluru lagi, bersiap melepas tembakan lain.

Blarr blarr blarr

Lihat selengkapnya