I am No King

Ren Igad
Chapter #47

Arc 3 Ch 15 - Agade pt 3

Di saat itu, belum ada sehari setelah Lacuna menyampaikan target pembersihan selanjutnya, Mulisu murung. Bahkan dia sempat menangis, merengek, tidak mau Agade menjadi target pembersihan, tapi juga tidak mau menjadi musuh Lacuna. Aku bahkan harus merengkuhnya hanya untuk menenangkannya. Benar-benar merepotkan.

"Mau bagaimana lagi? Kamu tahu sendiri kan kemampuan bertarung Lacuna?"

Ya, aku tidak menyalahkan keraguannya, sih. Aku sendiri juga sempat ragu akan bisa menang melawan Lacuna atau tidak.

Di saat itu, aku melihat Inanna dan Emir memandang tajam ke arah Mulisu.

"Eh? Kenapa? Aku tidak ada apa-apa kok dengan Lugalgin, sumpah deh..."

Kembali ke cerita. Intinya, aku dan Mulisu memutuskan untuk mempertahankan Agade. Berarti, tentu saja kami harus melawan Lacuna.

Meskipun anggota Agade sudah memiliki cukup pengalaman, tapi terlalu awal untuk mereka berhadapan dengan Lacuna dan Ukin. Jadi, aku membuat rencana, untuk menjebak Lacuna dan Ukin, tanpa melibatkan mereka semua.

Sebelum melakukan pembersihan, tugas mencari informasi selalu digilir. Aku selalu bertugas setelah Mulisu. Dan, kebetulan, saat itu adalah tugasku mengumpulkan informasi.

Aku memberi informasi kalau dua orang anggota Agade, Sarru dan Kinum, selalu bertemu pada satu gedung apartemen setengah jadi pada hari dan jam yang sama.

Di hari yang telah ditentukan, aku tentukan, kami pun bergerak, bermaksud melakukan pembersihan. Seperti biasa, Lacuna bersama dengan Ukin dan aku bersama dengan Mulisu. Rencananya adalah aku menghadapi Lacuna dan Mulisu menghadapi Ukin.

"Apa saat itu kamu berpikir bisa mengalahkan Lacuna, Gin?"

Tidak. Tentu saja tidak. Kalau bertarung terang-terangan, aku tidak memiliki kemungkinan menang. Kalau menggunakan akal bulus dan strategi, aku mungkin bisa memaksa Lacuna untuk bernegosiasi. Lebih tepatnya, memaksa Lacuna untuk menuruti semua syarat negosiasiku.

Untuk Mulisu melawan Ukin, Mulisu mungkin lebih lemah dari Ukin, tapi setidaknya dia lebih ahli dalam menggunakan strategi dan bergerilya. Ya, tidak seahli aku sih.

"Iya, iya, Lugalgin adalah master strategi dan gerilya."

Mulisu menyela cerita.

"Hahaha, kamu bilang aku master?Kamu tahu sendiri guru kita, Lacuna, seperti apa."

"Iya sih..."

Kembali ke cerita.

Setelah kami berpisah, aku dan Mulisu pun berganti pakaian, menjadi Sarru dan Kinum. Lalu, kami muncul di depan mereka. Sebenarnya kami tidak perlu berganti pakaian sih, tapi, ya, agar memberi efek lebih.

Aku masih ingat bagaimana Ukin tertawa, mengatakan kami bodoh karena mau keluar begitu saja. Namun, begitu kami membuka topeng kami, tawa Ukin terhenti. Di saat itu, dia benar-benar murka dan berkali-kali berteriak pengkhianat. Di lain pihak, Lacuna masih tenang, tidak memberi respon apapun.

Sebelum aku melanjutkan cerita, aku merasa perlu memberi sedikit penjelasan mengenai gaya bertarung masing-masing orang. Mulisu lebih suka menggunakan pisau yang saling berhubungan, membentuk seperti lipan. Ukin lebih sering menggunakan senjata tajam seperti pisau dan pedang sebagai proyektil. Dan, mereka berdua menggunakan senjata tersebut sebagai homing. Dengan kata lain, senjata mereka akan terus mengejarmu. Tidak perlu aku sebutkan juga, senjata api adalah senjata sekunder kami semua.

"Jangan lupa ditambahkan. Aku bukanlah orang yang berbakat atau spesial, jadi aku harus berpikir keras untuk mengulur waktu Ukin."

Ya, seperti ucapan Mulisu, dia bukanlah orang yang berbakat apalagi spesial. Dia memiliki pengendalian yang cukup umum, yaitu tembaga. Namun, justru dengan pengendaliannya ini, dia bisa menyaingi Ukin.

Ukin adalah orang yang berbakat. Dia lahir dengan pengendalian utama berupa besi. Besi adalah benda yang bisa ditemukan dimana pun dan memiliki banyak fungsi. Oleh karena itu, dia bisa mendapatkan senjata kapan pun dan dimana pun.

Lihat selengkapnya