"Wah, kamu benar, Mulisu. Mereka lemah sekali."
Sebuah suara cuek yang sangat familier terdengar.
"Ya kan?"
"Mereka semua berani menentang Lugalgin padahal selemah ini? Mereka bercanda, kan? Aku yang hebat ini saja sama sekali tidak punya nyali untuk menentang Lugalgin."
Suara balasan Mulisu dan Ur pun terdengar.
Mereka belum memasuki ruangan, tapi masih berjalan menuju ke sini. Aku bisa mendengar karena mereka berbicara dengan keras, seolah ingin didengar oleh semua orang.
"Kalian bisa pergi," aku membubarkan agen-agen yang berlutut di ruangan ini. "Shu En, Jeanne, aku ingin kalian tetap di sini."
"Baik,"
Semua orang menjawab bersamaan. Setelah mengatakan itu, mereka pun keluar dari ruangan, menyisakan Jeanne, Shu En, dan aku.
"Shu En, orang-orang yang baru masuk memang kebetulan sedang bertugas di kota ini atau sedang cuti?"
"Ya, sebagian sedang cuti dan kota ini adalah tempat tinggal mereka. Sebagian lagi kebetulan bertugas di sini," Jawab ibu-ibu berambut pirang panjang ini.
"Kalau kamu?"
"Aku kebetulan sedang bertugas di sini. Belum ada dua bulan sejak aku pindah tugas."
Sistem kerja intelijen Bana'an ini adalah satu dari sedikit hal yang tidak berubah. Setiap anggota akan ditugaskan di suatu tempat selama beberapa waktu untuk misi tertentu, lalu setelah itu diberi cuti beberapa minggu untuk pulang ke kota asal.
Setelah itu, kembali bertugas di tempat lain. Waktu bertugas mereka tidak tentu, terkadang beberapa minggu, bulan, atau bahkan tahun, tergantung tugasnya.
"Dan tugasmu adalah..."
"Hanya mengumpulkan informasi dan mengawasi keadaan kota ini, melaporkan kondisi pasar gelap di kota ini dan apa pun yang di luar kebiasaan. Tidak lebih. Tugasku tidak spesifik seperti Jeanne." Shu melirik ke kirinya, ke arah Jeanne.
Lirikan Shu membuatku ikut melirik ke Jeanne.
"Ah, hahahaha," Jeanne mengalihkan pandangan sejenak. "Aku ditugaskan di kota ini sejak beberapa bulan yang lalu, sejak aku memintamu menjadi pengawalku."
"Hah, sudah kuduga."
Kami berhenti ketika orang-orang berisik itu tiba. Mereka mengenakan pakaian kasual. Semua mengenakan celana, hanya Mari yang mengenakan rok pendek berkibar.
Orang yang kupilih untuk membantu mengorganisir Intelijen Kerajaan ini adalah Mulisu, Ur, Mari, Simurrum, dan Uru'a. Emir dan Inanna juga di sini karena mereka belum bisa aku lepas ke pasar gelap. Masih terlalu berbahaya untuk mereka.
"Inanna, kamu cepat belajar ya," Simurrum memuji Inanna.
"Benarkah?"
"Ya, benar," Simurrum mengonfirmasi. "Meskipun kamu tidak memilik bakat dan insting dalam bertarung yang hebat, seperti Emir, kamu mengimbanginya dengan kemampuan belajar yang tinggi."
"Hehe, terima kasih." Inanna mengusap-usap rambutnya.
"Di lain pihak, Emir," Uru'a berbicara pada Emir. "Kemampuan belajarmu benar-benar payah. Padahal kami sudah menjelaskan berkali-kali, tapi kamu tidak mengerti juga. Bahkan, aku tidak bisa merasakan sedikit pun aura haus darah atau niat membunuh darimu."
"Ma-maaf."
Di lain pihak, Emir malah menunduk.
Aku tersenyum melihat mereka yang tampaknya sudah akrab.
"Halo, bu. Kita ketemu lagi."
"Halo juga."
Mulisu dan Shu En saling melempar sapa.
"Jadi, apa yang baru saja kalian lakukan?"
Aku memecah perbincangan yang mengalir. Mereka semua pun melihat ke arahku, sebagian dengan senyum, sebagian membuang muka, sebagian lagi menghela nafas.
Reaksi mereka beragam juga.
Sebelum berbicara, Shu En menggunakan pengendalian pada sofa di ujung ruangan dan memindahkannya ke depan mejaku. Mereka semua duduk di sofa. Shu En, Mulisu, Mari, dan Ur berada di sisi kananku. Simurrum, Inanna, Uru'a, dan Emir di sisi kiriku. Jeanne masih duduk di kursi di depan meja.
"Jadi, saat perjalan, Gin," Mulisu memulai jawaban. "Aku mengatakan pada mereka kalau anggota yang menentangmu, sebagian besar, adalah anggota baru yang kelewat lemah, bahkan menahan aura haus darah dan membunuh saja tidak kuat."
"Dan," Ur menyambung, setelah menghela nafas. "Awalnya, aku kira dia hanya bercanda. Kamu tidak tahu betapa terkejutnya aku ketika menemukan ucapan Mulisu adalah benar. Maksudku, aku hanya memancarkan, mungkin setengah dari yang biasa kugunakan, dan mereka sudah tidak mampu bergerak. Bahkan ada beberapa yang roboh. Ya, setidaknya mereka belum pingsan."
Mari, yang membuang muka, menunjukkan kekecewaannya menambahkan, "Padahal mereka selemah itu tapi berani menentang Ka–Lugalgin. Mereka pikir mereka siapa?"
Mari, kamu hampir mengatakan Kak, kan?
"Dan, maaf ya, bu," Mulisu masuk kembali. "Kami meminta agen yang kebetulan papasan untuk menyadarkan dan membawa mereka. Padahal, baru hari pertama kami di sini, tapi sudah merepotkan."
"Hahaha, tidak apa kok." Shu En menanggapi. "Justru aku berterima kasih karena kalian sudah melakukannya. Supaya mereka sedikit sadar betapa buruknya manajemen keluarga Azzaha."
Perbincangan mengalir tanpa perlu aku menimbrung. Namun, ada beberapa orang yang masih belum berbicara.
"Simurrum, Uru'a, bisa tolong kalian beritahu aku apa yang kalian ajarkan ke Emir dan Inanna?"
"Ah, tentu saja," Uru'a merespon. "Mereka bilang ingin tahu cara memancarkan aura haus darah dan niat membunuh."