Melalui teropong, aku melihat lipan raksasa yang dikendalikan oleh Mulisu memorak-porandakan pertemuan itu. Melalui sepiker yang disediakan oleh Ibla, aku mendengar teriakan demi teriakan terdengar.
"Kalian tahu, Inanna, Emir, di saat seperti ini aku selalu iri dengan orang-orang yang memiliki kekuatan pengendalian."
"Kenapa?" Emir bertanya balik.
"Maksudku, impian setiap laki-laki adalah mengendarai dan mengendalikan raksasa, entah itu hewan, naga, atau robot. Dan, aku masih menginginkannya."
"Gin...." Inanna memanggil.
"Ya?"
Aku melepaskan pandangan dari teropong dan menoleh ke Inanna. Inanna juga melakukan hal yang sama.
Inanna tidak segera merespon. Dia terdiam sejenak. Setelah sedikit waktu berlalu, akhirnya dia memberi respon.
"... tidak kuduga kamu masih ada sisi kekanak-kanakan."
"Ah... i, itu...."
"Kenapa kamu berpendapat begitu, Inanna?" Emir meminta penjelasan.
"Ucapan Lugalgin adalah ucapan yang akan dikatakan oleh anak-anak laki-laki. Di SD atau TK, kamu akan sering melihat anak laki-laki mencoba membuat hewan atau robot besar dengan pengendalian mereka."
"Ah, jadi ini maksud ucapan 'boys will always be boys'."
"Ya, tepat sekali."
Uhh.... aku tidak memiliki sanggahan untuk itu.
"Lalu, Ibla, apa kamu juga seperti itu?"
Emir mengalihkan pembicaraan ke Ibla.
"Ah, tidak, aku tidak terlalu suka dengan hal seperti itu. Sedari kecil, aku lebih suka mengendalikan benda-benda yang kecil."
"Ah," Inanna kembali merespon. "Jadi, kamu seperti cewek ya."
"Ya, begitulah. Aku tidak memungkirinya."
Inanna, kok kepribadianmu sudah berubah? Kita belum mulai bertarung, kan? Atau bersiaga seperti ini sudah termasuk bertarung untukmu?
"Hei, Lugalgin, kembali ke Mulisu, tampaknya Kinum palsu itu masih berusaha mempertahankan identitasnya sebagai Kinum."
Aku kembali meletakkan mata ke teropong dan melihat sebuah lipan panjang yang terbuat dari pedang muncul. Jika lipan yang dibuat oleh Mulisu memiliki tubuh yang proporsional antara besar dan panjang, lipan pedang milik Kinum palsu itu sama sekali tidak proporsional. Untuk tubuh yang lebarnya hanya satu meter, panjangnya mencapai puluhan meter.
Lipan itu berusaha melilit lipan yang ditunggangi oleh Mulisu. Namun, lipan yang ditunggangi Mulisu tidak tinggal diam begitu saja. Sebuah gerakan mencambuk berhasil menghancurkan lipan itu, memisahkannya menjadi pedang-pedang yang berserakan.
Sayangnya, Kinum palsu itu hanya mampu membuat satu lipan. Tiga lipan lain, yang dikendalikan oleh Mulisu, masih mengamuk dengan leluasa.
Di lain pihak, orang-orang yang tidak ingin terlibat berusaha kabur. Organisasi Apollo pun mengambil emasnya dan berusaha kabur. Namun, satu orang dari Agade palsu menodongnya. Sayangnya, mereka berdua tewas di tempat, terkena amukan lipan milik Mulisu.
"Inanna, Emir, ada hal yang harus kukatakan pada kalian. Lacuna, guru kami, menyarankan setiap orang memiliki beberapa teknik andalan ketika bertarung. Beberapa teknik andalan ini pun dibagi menjadi dua kategori, mencolok dan efisien."
"Mencolok dan Efisien, ya." Inanna merespon pelan.
"Kenapa harus dibedakan menjadi dua. Apa tidak bisa mencolok dan efisien?" Emir melanjutkan pertanyaan Emir.
Ibla mengambil alih penjelasan, "tentu saja tidak bisa. Dalam teknik menyerang, mencolok dan efisien itu saling berbalikan. Ambil saja teknik menyerang kalian."
Ibla mulai menjelaskan dengan mengambil contoh teknik menyerang Emir dan Inanna. Teknik menyerang Emir adalah contoh yang mencolok sedangkan Inanna adalah contoh yang efisien.
Ketika orang melihat ada beberapa turret tank melayang, mereka akan terintimidasi. Apalagi dengan ledakan yang dihasilkan. Kalau bicara efisiensi, kenapa Emir harus membuat turret tank? Kenapa tidak larasnya saja? Atau bahkan, cukup pelurunya saja? Dengan demikian, tenaga yang digunakan untuk pengendalian akan lebih sedikit, kan?
Di lain pihak, serangan Inanna yang hanya menggunakan proyektil memiliki tingkat efisiensi tinggi. Pengendalian yang dibutuhkan untuk meluncurkan proyektil relatif lebih kecil. Dan lagi, lawan tidak akan bisa menyadari dari mana dan kapan serangan akan muncul. Hanya orang-orang yang amat sangat jeli yang mampu melihat proyektil di langit.
Namun, sayangnya, kalau lawan tiba-tiba tewas, mereka tidak akan terintimidasi sama sekali. Efek teror dan psikologi tidak akan menerpa mereka. Hal ini membuat mereka lebih diremehkan oleh orang umum. Jadi, lebih repot karena akan banyak lawan mencoba menantang.
Oleh karena itu, ada baiknya setiap orang memiliki beberapa teknik, baik mencolok maupun efisien. Ketika mereka butuh pekerjaan cepat selesai, mereka akan menggunakan teknik menyerang efisien. Jika membutuhkan nama dan deklarasi, teknik menyerang mencolok lebih diutamakan.
"Sudah mengerti?" Ibla menutup penjelasan.
"Tch, jadi aku harus segera menciptakan teknik yang mencolok ya. Merepotkan juga."
"Ah, dan aku harus memikirkan teknik yang efisien, ya."
"Kembali ke pertarungan."
Aku menyuruh mereka kembali fokus pada pertarungan yang terjadi.
Baru saja aku berkata seperti itu, tiba-tiba sebuah titik api muncul, membuat pandangan kami menjadi lebih jelas.
"Ibla, meski aku bilang penyergapan ini hanya untuk menunjukkan Inanna dan Emir bagaimana kalau kalian bertarung, aku juga perlu mengingatkan kalau aku sudah dua tahun pensiun. Selama dua tahun ini, aku juga ingin melihat sejauh mana perkembangan kalian. Jadi, aku harap, kalian tidak mengecewakanku."
"Tentu saja. Kami juga tahu itu."