I am No King

Ren Igad
Chapter #60

Arc 3-2 Ch 11 - Perubahan Rencana

<Dugaanmu benar, Ukin datang dengan mengenakan topeng kepala serigala, menyamar menjadi anggota kita.>

Aku tersenyum simpul setelah membaca pesan Ibla.

Saat ini, aku sedang duduk di balkon hotel. Meskipun tante Filial adalah selir, dia sudah tidak memiliki harta lagi. Tempat tinggalnya sebagai kedutaan pun tidak terlalu besar. Maksimal, dia bisa menampungku, Emir, dan Inanna. Namun, kalau dengan ayah, ibu, dan Ninlil, tidak cukup.

Jadi, keputusan akhirnya, Ninlil menginap di rumah tante Filial karena dia masih ingin bermain dengan Ninshubur. Kami, sisanya, menginap di hotel. Ibu dengan Emir sedangkan aku dengan ayah.

Kembali ke Ukin. Aku belum tahu pasti motif Ukin mencempungkan Illuvia ke pasar gelap. Daripada Ukin, aku berpikir ada orang lain di belakangnya. Ukin adalah tipe yang tidak suka berpikir. Dulu, dia hanya bergantung pada insting atau perintah Lacuna. Namun, hanya dengan instingnya saja dia sudah bisa menjadi ancaman terbesar bagi kami.

Kalau sampai Ukin repot-repot menyamar menjadi anggota Agade, ada kemungkinan suatu hari nanti dia akan menyebut namaku sebagai pembunuh Illuvia Nerras, menghancurkan image dan kredibilitasku.

Pertanyaan lain yang muncul di kepalaku adalah kenapa baru sekarang dia muncul? Kenapa tidak dari dulu? Dan kenapa melalui Illuvia? Dan kenapa menggunakan identitas Sarru? Begitu banyak pertanyaan tapi belum ada jawaban.

Kalaupun Ukin mengetahui aku adalah Sarru dan pendiri Agade, dia seharusnya tidak tahu kalau Illuvia memiliki hubungan denganku. Dengan kata lain, otak di belakang Ukin adalah orang yang mengetahui atau mengenalku dengan baik.... atau tidak.

Sejak aku menang battle royale, Emir datang, pergi ke Mariander, dan Inanna datang, informasi mengenai kehidupanku pasti sudah tersebar. Wartawan bahkan sempat mempublikasikan rekam jejak pendidikan dan mewawancarai teman-temanku, mulai dari SD hingga SMA.

Kalau orang itu dan Ukin bekerja sama, hanya tinggal masalah waktu hingga identitasku sebagai Sarru terbeber. Kalau semua itu terbeber, termasuk semua yang telah kulakukan di pasar gelap, aku penasaran bagaimana hidupku nanti.

Ya, kalau benar terjadi, aku hanya tinggal menjalaninya. Tidak ada gunanya dipikirkan sekarang.

"Gin."

"Ya?"

Aku merespon panggilan ayah yang muncul ke beranda. Dia duduk di sampingku. Kami hanya dipisahkan oleh sebuah meja bundar kecil. Ayah meletakkan dua kaleng bir di atas meja.

"Ayah yakin memberi bir padaku? Ibu nanti marah loh."

"Hahaha, tidak apa. Tinggal besok pagi sikat gigi saja dan makan permen mint yang banyak."

Aku menerima tawaran ayah dan menenggak satu kaleng bir.

"Gin, aku ingin berbicara denganmu, serius."

"....ya?"

***

"Halo, Ukin, lama tidak berjumpa."

"Halo juga, Mulisu. Aku kira kau sudah pensiun, seperti Lugalgin."

"Tidak juga. Aku hanya bergerak di bawah radar. Dan lagi, Lugalgin sudah kembali."

Saat ini, kami berdua berhadapan di depan kamar tempat Illuvia dirawat. Jarak yang memisahkan kami hanyalah beberapa langkah. Pakaian kami pun mirip, jubah hitam dengan garis merah. Hanya bagian topeng yang berbeda. Ukin mengenakan topeng kepala anjing sedangkan aku mengenakan topeng rubah.

Saat ini, Lugalgin menjadikan Illuvia sebagai umpan. Ketika aku bilang sebagai Umpan, keamanan Illuvia benar-benar tidak dijaga. Kalau Lugalgin benar-benar peduli pada Illuvia, dia akan memindahkannya ke suatu tempat yang tersembunyi, atau bahkan memberinya selter di markas Agade. Tapi tidak. Lugalgin khawatir kalau Illuvia dipindahkan, Ukin tidak akan menyerang.

Sebagai gantinya, Lugalgin menyuruhku menghadapi Ukin. Dengan mudahnya, bahkan melalui telepon, dia bilang "aku ingin kamu menghadapi Ukin, gali informasi sebanyak mungkin darinya. Aku ingin tahu dia bekerja dengan siapa". Tambahan lain, dia mengatakan "Kalau sudah berhadapan denganmu, aku ragu Ukin masih ingin membunuh Illuvia. Ya, mungkin sih. Haha,".

Sebagai persiapan, aku meletakkan satu lipan di dalam kamar Illuvia dan menunggu di kamar samping. Meski Ukin tidak memancarkan niat membunuh atau aura haus darah, aku bisa mengetahui kalau dia dekat, sama seperti jika Lugalgin sudah dekat.

Kami bertiga dilatih oleh Lacuna dan telah bersama-sama melewati puluhan pekerjaan. Tentu saja kami mampu mengenali keberadaan satu sama lain.

"Jadi, apa kita akan bertarung di sini?"

"Aku tidak keberatan."

Lihat selengkapnya