I am No King

Ren Igad
Chapter #61

Arc 3-2 Ch 12 - Kabur dan Konfrontasi

"Hahaha! Ayo, Mulisu! Hibur aku! Apa hanya segini kemampuanmu? Dalam beberapa tahun ini, tampaknya, hanya aku yang bertambah kuat. Kalian tidak ada perubahan."

"Benarkah?"

Aku melepas jubahku dan melemparkannya ke arah Ukin. Pada beberapa tempat, jubahku terpasang logam sehingga lebih mudah untukku melemparnya. Dan, karena jubah itu terbuat dari kevlar, dia tidak bisa memotong dengan mudah. Jubah itu tersangkut di pedangnya.

Kini, aku hanya mengenakan celana pendek di atas pakaian igni.

"Kita pergi dari sini!"

Beberapa lipan datang melalui jendela, memecahkan kaca. Sementara dua lipan melilit Illuvia dan Nerva, aku menaiki satu lipan.

"AAHHH."

Maaf, Illuvia. Aku tahu bahumu sakit, tapi aku tidak ada waktu untuk memperlakukanmu dengan lembut.

Lipan yang melilit mereka berdua tidak memiliki bagian tajam, hanya bagian tumpul. Sementara kami pergi, beberapa lipan menuju ke arah Ukin.

"Dasar bodoh!"

Ukin mengangkat tangan kanannya, meluncurkan beberapa pedang yang menembus lipan-lipan logam itu, menancapkan mereka di lantai dan langit-langit.

"Berapa kali kamu mau mencoba, lipan-lipan ini tidak akan bisa menghentikanku."

"Tapi, jubah itu bisa."

"Hah?"

Aku mengambil sebuah tombol dari saku dan menekannya.

Blarr.

Aku meletakkan beberapa granat dengan kekuatan ledakan yang kukecilkan. Aku tidak mau menghancurkan rumah sakit ini. Alasan lain adalah, meskipun aku menggunakan granat dengan ledakan normal, ledakan itu tidak akan cukup untuk membunuh Ukin.

Dan, dugaanku benar. Sebuah sosok muncul dari dalam asap. Jubah dan topengnya sudah hancur, menunjukkan sosok dengan celana kargo dan jaket pilot. Akhirnya, sudah lama sekali aku tidak melihat wajah itu. Sebuah rambut pirang bergelombang dengan mata biru setajam silet. Walaupun baru menerima ledakan, senyum tidak kunjung hilang dari wajahnya.

"Hahahaha. Sudah sekian lama aku tidak merasakan sensasi ini! Di kota ini, di negeri ini, memang hanya kamu dan Lugalgin yang mampu memberikan sensasi ini padaku!"

Ketika mendengar nama Lugalgin, Nerva dan Illuvia langsung melempar pandangan ke arahku. Tadi, kami mengobrol di luar, jadi aku yakin mereka tidak mendengar percakapan kami. Namun, kini, ya sudahlah. Maafkan aku Lugalgin. Aku membuat identitasmu terungkap pada dua orang ini.

Kami pergi menaiki lipan yang melayang. Namun, Ukin terus mengejar kami. Di pakaian dan sepatunya, pasti dia meletakkan logam yang bisa dikendalikan. Saat ini, kami bergerak lebih cepat dari mobil.

Aku mengambil dua pedang dari kaki lipan yang kunaiki sementara pedang ular aku pasang di salah satu kaki. Beberapa kali Ukin mencapaiku dan pedang kami saling bertukar serangan. Ketika dia mundur, beberapa pedang dan pisau langsung meluncur ke arahku. Aku mampu menangkis senjata yang mengarah padaku, tapi sebagai gantinya pedang yang kugunakan pun hancur bersama pedang yang dia luncurkan.

Aku pun mengambil pedang lain dan menghadapi Ukin lagi. Kalau begini terus, aku akan kehabisan pedang. Di lain pihak, Ukin hanya perlu menggunakan patahan pedang atau pisau untuk menyerangku.

Bagiku, sulit untuk bisa menahan Ukin sambil mengendalikan tiga lipan yang membawa kami.

Namun, aku selalu mencamkan ucapan Lacuna.

"Dalam keadaan normal, kamu memang lebih lemah dari Ukin dan tidak sepintar Lugalgin. Tapi, kamu lebih kuat dari Lugalgin dan lebih pintar dari Ukin. Jadi, kamu tidak perlu berkecil hati."

Aku tidak peduli kalau aku lebih bodoh atau lebih kuat dari Lugalgin. Yang menjadi targetku selalu Ukin. Dia bisa memorak-porandakan semua usahaku selama bertahun-tahun ini. Aku tidak akan mengecewakan Tasha.

Akhirnya, kami pun memasuki jalan tol. Aku menekan tombol di dekat leherku dan berbicara.

"Ibla, sekarang!"

[Baik!]

Dar

Beton jalan di samping Ukin meledak.

[APA? DIA BISA MENGHINDARI SENAPAN ANTI TANK? PADAHAL AKU TIDAK MENGGUNAKAN LASER ATAU APAPUN!]

Jangan berteriak. Telingaku sakit mendengar teriakanmu.

Ukin kembali mencapaiku dan kami kembali bertukar serangan.

"Kamu sudah mempelajari pengendalian timah, ya?"

"Meski aku tidak bisa menghentikan peluru atau memantulkannya, setidaknya aku bisa merasakannya datang."

"Ukin yang dulu tidak akan pernah mau mengendalikan material lain."

"Sayangnya, Ukin itu sudah berubah."

"Kalau kita masih rekan, mungkin aku akan senang. Sayangnya, sekarang kita bukan rekan."

"Benar sekali!"

Ukin melompat ke belakang dan meluncurkan dua pedang. Dua pedang yang kupegang pun hancur bersama dengan pedang yang dia luncurkan.

Lihat selengkapnya