I am No King

Ren Igad
Chapter #63

Arc 3-2 Ch 14 - Keraguan Illuvia

"Untuk keluarga Alhold, aku berharap ayah saja yang mengurus mereka."

"Hah? Aku?"

Ayah tampak sedikit terkejut dengan ucapanku. Menurutku, seharusnya, ini sudah cukup jelas. Apa ayah pura-pura tidak tahu karena ingin mendengar alasanku secara gamblang? Bisa jadi.

"Aku tidak memiliki ingatan indah kalau berkaitan dengan keluarga Alhold. Ketika Om Ian menyerangku beberapa bulan lalu, saat kakek tua itu ingin bertemu, aku mengirim Om Ian ke rumah sakit. Kalau aku mau, saat itu, aku sudah menancapkan pisauku ke kepala Om Ian. Apa ayah menginginkan hal itu."

"Ah, iya juga ya..." Ayah menyetujui ucapanku. "Meski aku tidak bisa membenarkan perlakuan mereka padamu, aku juga tidak bisa menyisihkan mereka begitu saja. Bagaimanapun, mereka masih keluargaku."

"Kalau begitu, semangat ya, Ayah. Jangan sampai aku menghancurkan keluarga Alhold hanya karena ayah tidak bisa mengurus mereka."

"Kalau kamu memang terpaksa menghancurkan keluarga Alhold, ibu tidak akan melarangmu kok Gin. Bahkan, ibu akan dengan senang hati membantumu."

"Ah, Gin, tolong bersabar dulu ya."

Berbeda dengan ayah yang mencoba netral, ibu jelas-jelas berada di pihakku. Sejak keluarga besar memperlakukanku dengan buruk, perlakuan ibu pada mereka juga ikut dingin. Tidak terhitung berapa kali ibu berkonfrontasi dengan keluarga Alhold, mulai dari lempar caci maki sampai berhadapan di bidang pekerjaan.

Ada momen ketika tanganku patah gara-gara perbuatan salah satu anggota keluarga. Hal ini membuat ibu kesal dan dari yang kudengar, di pasar gelap, Akadia merebut semua pekerjaan yang akan didapatkan oleh perusahaan itu, membuatnya bangkrut.

"Ngomong-ngomong bu,"

"Ya, sayang?"

"Seberapa aktif keluarga Alhold di pasar gelap?"

"Dulu mereka sempat aktif, bahkan mencapai tingkat enam pilar. Namun, ketika Akadia naik, mereka turun. Meski mereka menyerang kami, mereka gagal. Ya, itu semua terjadi sebelum kamu terjun ke pasar gelap sih. Dan, sejak saat itu, perlahan-lahan transaksi mereka berkurang. Akhirnya, organisasi mereka dihancurkan oleh mercenary."

"Mercenary? Siapa?"

"Hah? Kamu tidak ingat? Kan kamu dan gurumu yang menghancurkan mereka."

Benarkah? Aku tidak ingat. Kalau aku tidak ingat, berarti organisasi mereka sudah menjadi sangat kecil. Ah, tunggu dulu.

"Apa nama organisasi itu Amber?"

"Nah, itu, kamu ingat."

Ah, ternyata Amber. Saat itu, aku masih setengah acuh tidak acuh dengan informasi pasar gelap, tidak seperti sekarang. Kalau aku tidak tahu, berarti saat itu yang mencari informasi bukan giliranku, mungkin Mulisu atau Ukin. Aku mengingat Amber karena hal lain.

"Ayah, ibu, apa kalian mengetahui identitas anggota Agade?"

"Ibu tidak tahu pasti, tapi kami sudah bisa mempersempit kemungkinannya dari beberapa orang yang dekat denganmu."

Kalau ibu belum tahu pasti, berarti ibu tidak memiliki akses ke Intelijen Kerajaan. Kalau ibu mendapatkan info mengenai "kenalan" yang kubawa sebagai instruktur, ibu pasti sudah mengetahui kalau mereka adalah anggota Agade.

"Kalau begitu, ayah perlu bekerja lebih keras."

"Hah? Apa maksudmu?" Ayah bertanya.

"Ada orang yang memiliki dendam pada keluarga Alhold jauh lebih besar dariku. Dan, kalau dia ingin membalas dendam, aku akan senantiasa membantunya."

***

Akhir minggu sudah berlalu dan hari senin pun datang. Aneh, tidak ada satu pun anggota Agade yang menghubungiku. Yang menghubungiku malah agen schneider yang menyatakan kalau pesan sudah disampaikan pada semua agen yang aktif maupun sedang cuti.

Pagi ini, sebelum sarapan, aku menelepon Ibla untuk mencari informasi. Saat itu, tampaknya dengan sedikit penyesalan, Ibla menceritakan semua yang terjadi di Sabtu malam. Dia bercerita mengenai Mulisu yang mengubah rencana dan hampir tewas.

Mulisu berhasil kabur dari maut. Namun, sayangnya, dia kehilangan darah terlalu lama, mengalami Hypovolemic Shock. Karena hal ini, jaringan di tangan dan kakinya rusak. Sementara tangan Mulisu mengalami penurunan motorik, yang bisa diperbaiki dengan terapi, kakinya lumpuh total. Selain itu, dokter memperkirakan ada sebagian dari otak Mulisu yang rusak karena kehilangan darah. Jadi, ada kemungkinan pengendalian Mulisu akan hilang, menjadikannya inkompeten.

Ibla sama sekali tidak berani mengabariku karena khawatir aku akan marah. Dia bilang, kalau seandainya Mulisu mundur dan mengikuti perintahku, semua ini tidak akan terjadi.

Kalau Illuvia adalah kenalan Mulisu, aku bisa paham kenapa dia mengubah rencana. Namun, Illuvia adalah temanku. Aku lah yang membuat keputusan untuk meninggalkan Illuvia. Jadi, aku belum bisa paham kenapa Mulisu memutuskan untuk menyelamatkan Illuvia. Mungkin ini berhubungan dengan masa lalu Mulisu. Ya, aku akan menanyakannya lain kali.

Pagi ini, aku pergi ke pelabuhan. Karena butuh cepat, kami mengendarai mobil. Sejak aku pindah, baru satu kali aku menaiki mobil antik model MPV ini, saat awal mengajari Emir cara menyalakan mobil antik. Setelah itu, Emir terkadang keluar mengendarai mobil kalau ada perlu. Lalu, Emir mengajari Inanna. setelah itu, Inanna sering mengendaranya untuk belanja.

Mobil antik tenaga listrik sangat tidak efisien. Isi ulang selama 8 jam hanya bisa untuk jarak 50 Km. Jarak ke pelabuhan sejauh 30 kilometer. Kalau aku menggunakan mobil yang jaraknya lebih dari 25 Km, aku tidak akan bisa pulang. Efisiensi sepeda motor jauh lebih tinggi, lima kali lipat. Isi ulang daya selama 8 jam dapat membawaku hingga 250 Km. Karena itu, aku lebih suka mengendarai sepeda motor.

Namun, untukku, pilihan favorit jatuh pada kendaraan umum. Secara perhitungan ekonomi, kendaraan umum jauh lebih murah. Selain itu, aku bisa mencapai tempat yang jauh sekalipun tanpa perlu mengkhawatirkan kehabisan daya. Yah, semua ini tidak akan menjadi pertimbangan kalau aku bukan inkompeten sih. Namun, tidak ada gunanya juga mempertanyakan hal itu.

Kali ini, Emir yang berada di belakang kemudi. Emir pun melarang Inanna duduk di belakang, jadi, Inanna duduk di depan. Aku duduk di belakang sendiri.

Sebelum ke kantor pelabuhan, kami mampir di gudang karena aku ingin mengambil peti arsenal.

Akhirnya, kami pun tiba di kantor.

"Selamat datang, Pak Lugalgin."

"Kamu bisa mengendarai mobil antik?"

"Ah, maaf saya tidak bisa."

Lihat selengkapnya