"Hanya memar. Tulang tanganmu tidak patah atau pun retak."
Ah, tidak jadi retak ya ternyata.
Seorang laki-laki dengan menggunakan pakaian dan jaket kasual menyingkirkan rontgen portabel yang dia pegang. Karena tanganku diperban dengan karet sebelum dirontgen, aku tidak perlu khawatir alat itu menyentuh kulitku.
Laki-laki ini membereskan alat-alat yang dia bawa. Dia adalah satu dari lima ahli kesehatan intelijen kerajaan yang ditempatkan di kota ini. Kebetulan, dia yang paling dekat dari mal ini ketika aku menelepon.
Tidak ada faktor yang mencolok dari laki-laki ini. Rambut dan mata coklat yang generik, kaca mata, dan rambut pendek. Benar-benar mudah dilupakan. Namun, aku tidak melupakan sosok dan namanya begitu saja. Namanya adalah Julius Narcis dari keluarga Narcis. Ketika mendengar nama keluarganya aku teringat pada bunga bernama Narcissu. Ya, itu tidak penting.
Tanpa mengatakan hal lain, Julius langsung pergi dari ruangan ini.
"Terima kasih ya."
Julius hanya melambaikan satu tangan tanpa jawaban. Dia bahkan tidak membalikkan badan. Sok keren sekali.
"Hah, kamu itu ada-ada saja, Gin. Tiba-tiba saja datang meminta pemeriksaan. Pakai ngomong hanya ingin lihat-lihat lagi. Ngomong-ngomong, kamu belum cerita kok tanganmu sampai seperti itu."
"Hah? Apa kamu tidak bisa melihatnya?" aku mengangkat tangan kiri.
"Aku tahu itu bekas gigitan. Tapi kamu digigit siapa, atau apa?"
"Oh, itu," aku kira dia tidak tahu kalau ini bekas gigitan.
Aku pun menceritakan tentang Mulisu yang kehilangan pengendalian dan aku yang membangkitkannya. Tentu saja, aku tidak mengatakan kalau Mulisu melakukan aktivitasnya sebagai anggota Agade. Aku hanya bilang dia tiba-tiba diserang oleh Ukin.
"Ukin? Apa yang kamu maksud Ukin yang dulu adalah murid Lacuna?"
"Ya, benar sekali. Ukin yang itu."
Aku membenarkan pertanyaan Shu En. Sejak Lacuna pergi, hanya Ukin yang menyebarkan nama sebagai penerus Lacuna. Orang-orang pun mengenalnya sebagai murid Lacuna.
Di lain pihak, aku sempat hiatus selama dua tahun. Dan Mulisu pun aktif sebagai anggota Agade. Meski rumor beredar kalau Lacuna memiliki tiga murid di kerajaan ini, tapi, tidak ada yang tahu identitasnya. Hanya identitas Ukin yang muncul ke permukaan.
Bagi agen schneider, Ukin adalah berita terburuk yang mungkin terdengar. Banyak agen dan orang pasar gelap yang tewas karena berhadapan dengan Ukin. Tanpa adanya Lacuna atau dua murid Lacuna yang identitasnya tidak diketahui, secara praktik, Ukin adalah orang paling liar.
Shu En menggunakan kata liar, bukan kuat. Hal ini karena Ukin memang bukan orang terkuat di kerajaan ini. Namun, permasalahannya adalah, Ukin tidak tergabung dalam mafia atau organisasi apapun. Jadi, Ukin bagaikan anjing liar yang akan menggigit siapa saja.
"Ya, sudahlah, tidak usah dibahas lagi." Aku membawa topik baru. "Jadi, Shu En, bagaimana? Sudah ada orang yang melayangkan protes?"
"Daripada menanyakan sudah ada yang melayangkan protes, mungkin akan lebih cocok kalau kamu bertanya ada yang tidak melayangkan protes atau tidak."
"Eh? Ada yang tidak melayangkan protes?"
Shu En terdiam sambil memijat kening.
Hahaha, aku berani bertaruh dia pasti ingin mengeluh, mengatakan "kenapa tidak tanya itu dari awal?".
"Jadi, ada yang tidak melayangkan protes?" Aku mengganti pertanyaan, sambil menahan tawa.
"Sebentar.... aku cari dulu. Print out nya tercampur dengan dokumen yang lain."
Shu En berjalan ke meja pendek, di antara sofa, dimana ada banyak sekali dokumen dan map. Dia meminta Ur dan yang lain membantunya mencari satu map. Emir dan Inanna pun ikut membantu. Di lain pihak aku terdiam, mencoba memikirkan hal lain.
"Shu En, sambil kamu mencari itu, aku ingin bertanya."
"Ya?"
"Kamu dari sekolah militer kan? Bukan sekolah kesatria."
"Bukankah kamu sudah mengecek latar belakangku? Tapi, ya, sudahlah, biar aku jawab. Iya, aku dari sekolah militer."
Sebagai catatan, sekolah militer dan sekolah kesatria berada di bawah manajemen yang berbeda. Sekolah kesatria berada di manajemen keamanan internal. Dengan kata lain, kepolisian dan prajurit. Di lain pihak, sekolah militer berada di bawah manajemen keamanan eksternal kerajaan. Dengan kata lain, tentara.
Selain menegakkan hukum, kepolisian juga harus menjaga citra. Oleh karena itu, kode etik kesatria harus dipegang teguh. Di lain pihak, militer hanya bertugas melaksanakan perintah untuk menjaga pertahanan kerajaan. Cara apapun diperbolehkan.
Hal ini pun juga memiliki efek yang besar di masyarakat. Masyarakat menjadi memandang kepolisian dan sekolah kesatria sebagai sesuatu yang terhormat sedangkan militer sebagai tempatnya orang licik dan penuh akal bulus. Dan, tentu saja, bangsawan lebih memilih sekolah kesatria karena mereka harus menjaga citra.
Selain itu, alumni dan siswa sekolah kesatria dan militer juga selalu berselisih. Bahkan, aku cukup terkejut melihat ekspresi Shu En yang bisa memberi jawaban dengan santai. Normalnya, kalau mereka disamakan atau kamu bingung mereka lulusan mana, mereka akan langsung menjawab "jangan samakan aku dengan sekolah itu!".