I am No King

Ren Igad
Chapter #70

Arc 3-2 Ch 21 - Kencan

"Inanna, bagaimana kalau ferris wheel?'

"Itu nanti sore saja. Kata internet, kalau siang, pemandangannya kurang bagus. Kalau rumah hantu bagaimana?"

"Umm, tapi kita berdua bukan tipe yang takut hantu. Ga seru juga kan jadinya?"

"Iya, juga sih..."

Sementara Emir dan Inanna berdiskusi, aku makan kembang gula.

Pagi ini, setelah pulang dari kantor, aku menuruti saran Inanna untuk mengajak mereka kencan. Jujur, karena aku belum pernah punya pacar, aku tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika kencan.

Ketika mereka berdua mendengar aku belum pernah punya pacar, mereka terheran-heran. Mereka bahkan berkata "bukankah kencan adalah hal yang normal untuk rakyat jelata?". Namun, tanpa perlu aku mengatakan hal lain, mereka sudah diam dan menyadari kalau kata normal tidak cocok untukku.

Sayangnya, mereka berdua juga tidak memiliki pengalaman. Maksudku, mereka tuan putri. Selain tuan putri, mereka sama-sama terjun di dunia militer dan intelijen. Akan sangat aneh kalau mereka memiliki pengalaman berkencan. Namun, setidaknya, mereka beberapa kali mengikuti orang kencan untuk pengumpulan intelijen atau membaca referensi dari novel dan komik.

Untuk referensi ketika mengikuti orang kencan, aku bisa cukup menerimanya. Untuk referensi dari novel dan komik? Aku ragu.

Daripada terlalu pusing memikirkannya, kami langsung eksekusi. Sebelum pergi, mereka berdua mengubah penampilan. Yang aku maksud mengubah penampilan bukan sekadar cara berpakaian, tapi juga ciri fisik mereka.

Emir dan Inanna sama-sama mengenakan lensa kontak coklat. Selain itu, mereka juga menggunakan semir rambut temporer untuk mengubah warna rambut menjadi coklat. Emir mengepang rambutnya dan mengenakan kacamata. Rok panjang dan sweter rajut memberi kesan kalau dia kutu buku. Untuk memperkuat kesan kutu buku, dia memberi sedikit bercak di kedua pipi.

Di lain pihak, Inanna mengubah model rambut yang biasanya panjang terburai menjadi twin tail tinggi. Pakaian yang dia gunakan adalah jaket dengan rok pink pendek berenda. Di bawah rok pendek, dia mengenakan stoking. Untuk memperkuat kesan kekanak-kanakan, Inanna menggunakan pita sebagai ikat twin tail.

Karena sekarang musim dingin, penampilan mereka dengan jaket termasuk normal. Yang tidak normal adalah kesan yang dipancarkan dari mereka berdua tampak begitu berbeda. Jika Emir biasanya memberi kesan tomboi dan kekanak-kanakan, kini dia memancarkan aura seorang kakak yang bisa diandalkan. Sebaliknya, Inanna yang biasanya memancarkan aura dewasa justru terasa kekanak-kanakan.

Ketika melihat transformasi yang mereka lakukan, aku benar-benar terkejut. Bahkan, kalau tidak mengenal aura keberadaan Emir dan Inanna, aku mungkin sudah mengira kalau mereka orang lain.

Mereka bilang, make up adalah hal yang wajib dikuasai oleh seorang tuan putri. Selain tampil sempurna, make up juga bisa digunakan untuk mengubah penampilan dan menyusup untuk mendapatkan informasi dari rakyat jelata. Apalagi, mereka juga bekerja di bidang intelijen.

Di lain pihak, aku mengenakan pakaian normal, jaket kulit dengan celana jeans. Namun, yang tidak tampak adalah aku mengenakan pakaian igni yang ketat dan sarung tangan. Baik pakaian igni dan sarung tangan kugunakan memiliki warna kulit. Semua wahana di taman bermain digerakkan dengan mesin rotasi. Kalau aku tidak sengaja menyentuhnya dan menghentikan pengendalian yang berlangsung, orang-orang di sekitar akan panik.

Maksudku, coba bayangkan kalau roller coaster yang kunaiki tiba-tiba berhenti di tengah jalan. Tidak lucu kan?

Kembali ke kencan. Sejak datang, Inanna dan Emir bergantian memilih wahana yang ingin mereka datangi. Kalau aku bilang, wahana yang mereka pilih cukup acak. Contoh adalah Emir memilih rumah boneka dan tornado sedangkan Inanna memilih komidi putar dan rumah cermin. Benar-benar acak. Aku mulai berpikir mereka tidak peduli wahana apa yang kita datangi.

Ketika istirahat makan siang, aku bisa mendengar cerita mereka berdua dengan tenang. Meskipun mereka pernah mengikuti seseorang kencan, mereka tidak pernah menikmati wahana yang ada. Kencan ini adalah pertama kalinya mereka bisa menikmati wahana sebagai pengunjung.

Mereka benar-benar bersemangat menceritakan semuanya. Melihat senyum lebar dan tawa mereka, aku merasa benar-benar puas.

Sebenarnya, aku mulai bertanya-tanya. Apakah ini bisa disebut sebagai kencan? Maksudku, kami hanya bermain-main. Namun, pada akhirnya, aku tidak memedulikan hal trivial seperti itu.

Ngomong-ngomong, aku mendapati satu hal yang agak aneh dari mereka berdua. Hal ini kuperhatikan ketika tadi mereka membahas satu hal.

"Bagaimana kalau kita ke rumah hantu?"

"Eh? Ga mau ah. ga seru. Iya kan Emir?"

"Iya, ga seru."

Kalian mungkin bilang tidak seru, tapi aku bisa melihat sedikit kedutan di ujung bibir kalian. Kalau Emir yang dulu, dia tidak akan bisa berbohong seperti ini. Di lain pihak, kalau aku belum terlalu mengenal Inanna, seperti dulu, aku tidak akan menyadari kedutan di wajah Inanna.

"Oke, kita ke rumah hantu. Aku benar-benar penasaran."

"Eh? Gin? Tunggu!"

"Tunggu.... Gin. Tidak bisa yang lain saja?"

Emir dan Inanna menarik kedua tanganku sekuat tenaga.

Haha, sudah kuduga. Mungkin mereka memang tidak sepenuhnya takut, tapi ketakutan itu masih ada.

"Santai saja. Kan ada aku. Ayo kita masuk!"

Lihat selengkapnya