"Hah, hah, hah, hah,"
"Hah..... hah....."
Ninlil dan Shinar tersengal-sengal. Namun, terdengar nafas Shinar lebih stabil dan teratur dari Ninlil. Nafasnya yang relatif lebih stabil menunjukkan kalau dia memiliki stamina lebih tinggi.
Nafas Ninlil sudah hampir habis meski hanya menjalani setengah menu latihan pagi. Bahkan, Ninlil belum mendapatkan menu latih tanding, tidak seperti Shinar.
Shinar membutuhkan waktu satu bulan untuk berada ke tingkat ini. Untuk Ninlil, mungkin bisa lebih cepat, mengingat di awal bahkan Shinar tidak bisa menyelesaikan setengah menu.
"Shinar, untuk teknik, kamu masih terlalu kaku. Dari awal, kamu hanya menggunakan beberapa teknik bela diri, jadi mudah dibaca. Jika lawanmu fleksibel seperti aku, mereka dapat membuat rencana untuk menyerang kekurangan teknikmu. Dan, seperti tadi, kamu pun akan panik dan gerakanmu jadi lebih berantakan, memberi lebih banyak peluang untuk diserang. Mengerti?"
"Ya, mengerti. Tapi," Shinar menjawab. "Aku masih bingung bagaimana cara berpindah dari satu teknik ke teknik lain. Beberapa teknik itu adalah teknik terbaik yang bisa kugunakan. Apa guru tidak bisa mengajarkanku?"
"Kamu di sekolah kesatria sudah diajari teknik bertarung tangan kosong, kan?"
"Ung..." Shinar mengangguk.
"Seingatku ada 72 teknik bertarung yang diajarkan di sekolah kesatria. Kalau kamu bisa menguasainya dengan baik, dan membuang kode etik kesatria, maka semua itu sudah cukup. Ufia adalah bukti nyata. Namun, jangan hanya fokus pada teknik. Fokus juga ke transisinya. Kombinasi dan perpindahan dari 72 teknik itu akan memberi sebuah senjata yang cukup ampuh."
"Ah, transisi? Perpindahan?"
"Kalau kamu tidak bisa berpindah dari 1 teknik ke teknik lain dengan halus, akan ada jeda dalam seranganmu. Jeda ini bisa dieksploitasi. Aku tidak akan mengajari cara transisi yang baik. Aku hanya akan menunjukkan beberapa transisi teknik. Lihat baik-baik."
Shinar terdiam. Matanya fokus ke tubuhku.
Aku berdiri tegak, lalu beberapa kali bergerak ke depan sambil melepaskan tinju. Setelah beberapa kali, aku mengganti tinju dengan serangan siku sambil memutar tubuh dan melepaskan tendangan memutar. Setelah tendangan memutar, merendahkan tubuh lalu maju dengan tinju lurus ke depan.
Aku kembali berdiri tegak dan melihat ke Shinar.
"Teknik pertama adalah tinju normal, teknik kedua pukulan siku, teknik ketiga tendangan memutar, teknik keempat tinju lurus ke depan. Namun, di antara tinju dan siku, aku langsung mengubah gerakan tangan. Dari siku ke tendangan, aku meneruskan siku untuk memutar tubuh.
"Masih dalam kondisi setengah berputar, aku merendahkan tubuh dan menyerang. Perputaran itu memberi transisi yang halus. Selain itu, tenaga dan kecepatan serangan pun akan terus bertambah karena putaran itu."
"Jadi, aku harus menggunakan putaran juga?"
"Tidak." Aku menjawab dengan cepat. "Itu hanyalah contoh. Untuk transisi yang cocok untukmu, kamu harus mencari dan memikirkannya. Kalau kamu sudah menemukannya, tunjukkan padaku dan aku akan beri saran dan koreksi untuk menyempurnakannya. Aku tidak mau mendiktemu. Oke?"
"Oke."
Urusan Ninlil sudah selesai. Shinar juga sudah selesai. Sekarang, tinggal Inanna dan Emir.
Berbeda dengan Ninlil dan Shinar yang terlihat kehabisan nafas, nafas Emir dan Inanna terlihat normal. Kemampuan fisik Inanna dan Emir sudah tinggi, jadi mereka bisa menormalkan nafas setelah latihan berat itu hanya dengan istirahat beberapa menit.
Emir mengenakan set pakaian gim berwarna hitam berupa legging dan atasan. Legging yang dia kenakan hanya hingga atas lutut sedangkan atasannya hanya menutupi dada dan bagian depan leher. Dia membiarkan perut, bahu, dan punggungnya terekspos. Sepasang gunung yang lembut dengan proporsi tepat terlihat di dada Emir. Tekanan pakaian gim justru membuat kedua gunung itu terlihat semakin menggoda.
Ah, aku ingin membenamkan wajahku ke antara dua gunung itu.
Rambut merah Emir dikuncir atas, memberi sebuah pemandangan tekuk leher yang tampak bercahaya oleh keringat. Kini, penampilan Emir menyerupai petarung fantasi di game. Tambahkan baju zirah di bahu, dada, dan pinggang, lengkap sudah.
Inanna juga mengenakan set pakaian gim yang mirip dengan warna hitam dan hijau. Namun, dia tidak membiarkan bagian atas tubuhnya terekspos begitu saja. Dia mengenakan jaket sport yang juga berwarna hijau. Inanna membiarkan rambut hitam panjangnya terburai, tanpa ikat atau apa pun, memberi kesan elegan.
Berkat jaket hijaunya, pandanganku jadi lebih fokus pada bagian bawah Inanna. Legging yang dia kenakan menunjukkan lekuk pinggang dan paha yang begitu menggoda. Kombinasi dengan atasan jaket yang tampak kebesaran memberi nilai lebih. Selain itu, garis celana dalamnya yang menyembul menambah kesan erotis.
Ah, aku ingin wajahku diapit oleh kedua paha itu.
Damn! Aku jadi ingin melakukannya ketika mereka mengenakan pakaian latihan ini, tidak serta merta telanjang bulat.
Oke! Stop! Sudah cukup sampai situ aku berpikiran liarnya. Sekarang, saatnya latihan.
Aku tidak memberi dasar latihan atau bertarung pada Inanna dan Emir karena mereka sudah mempelajarinya sebelum menjadi istriku. Yang kini mereka lakukan hanyalah mencoba meningkatkan kemampuan fisik dan menyempurnakan teknik bertarung.