I am No King

Ren Igad
Chapter #80

Arc 3-3 Ch 7 - Mulut Buaya atau Mulut Harimau

"Kami ingin membicarakan soal beberapa bangsawan yang melakukan pembunuhan rakyat beberapa hari yang lalu."

Yang berbicara denganku bukanlah Fahren, melainkan Permaisuri Rahayu. Fahren hanya terdiam, membuang pandangan keluar jendela.

Rekan-rekanku juga terdiam, duduk di kanan dan kiri. Namun, mereka tidak melihat ke luar jendela seperti Fahren. Mereka menundukkan kepala. Sesekali, Inanna atau Shinar mencium bau tubuh mereka. Emir pun sudah mengenakan jaket, seperti Inanna.

Berbeda dengan mobil Emir yang dulu, dimana kursinya hanya ada satu di belakang. Mobil ini memiliki dua kursi panjang di bagian kanan dan kiri.

Jadi, saat ini, yang berbincang hanyalah aku dan permaisuri Rahayu.

"Biar kutebak. kalian tidak akan menghukum mereka, kan?"

"...apa ada yang memberi tahumu?"

"Tidak. Tidak ada yang memberi tahuku." aku menolak dugaan permaisuri Rahayu. "Aku sudah bisa memperkirakannya. Kalau kalian menghukum semua bangsawan itu secara bersamaan, maka mereka akan membuat aliansi dan mencoba melakukan kudeta. Dengan kata lain, perang saudara."

Ayolah. Kalian sudah mengenalku cukup lama. Kenapa hal kecil seperti itu saja masih terkejut?

Permaisuri Rahayu cemberut. Dia bahkan tidak repot-repot memberi senyum masam. Tampaknya, masalah ini adalah masalah yang serius bagi kerajaan.

"Namun, kalau dibiarkan begitu saja, ini bisa memberi indikasi kalau keluarga kerajaan tidak lagi memiliki kekuatan. Iya, kan?"

"Yah. Kami juga menghawatirkan hal yang sama. Karena itu, kami membutuhkanmu."

"Untuk?"

"Saat ini, meski status mereka adalah agen yang dirumahkan, status mereka masih agen di bawahmu. Jadi, aku ingin kamu yang memberi hukuman pada mereka."

"Kamu mau aku melakukan pembersi–"

"Tidak! Aku minta kamu menjatuhkan hukuman selain pembersihan!"

Permaisuri Rahayu memotongku dengan cepat. Tampaknya, dia benar-benar membenci kata itu.

"Apa kamu pernah memikirkan kehidupan anak-anak yang keluarganya telah kamu bersihkan? Seperti anak-anak keluarga Menia yang baru saja kamu bersihkan hanya karena satu orang berkhianat?"

"Dia sendiri yang menandatangani pernyataan kesetiaan itu. Dan, menurutku, aku masih cukup baik, mengingat aku membiarkan mereka tinggal di panti asuhan yang dikelola langsung oleh ibuku, bukan keluarga kerajaan yang tidak becus. Seperti misal, yang dikelola Pangeran Charisma."

"Kamu bilang itu baik?"

"Aku bilang cukup baik. Kalau aku benar-benar berbaik hati, mereka sudah aku bersihkan juga. Dengan begitu, setidaknya, mereka tidak akan menderita. Atau aku harus meniru keluarga Cleinhad?"

"Lugalgin! Jangan bicarakan itu di sini!"

Akhirnya Fahren membuka mulut. Dia tidak lagi membuang pandangan ke luar, tapi melihat ke arahku. Dan, hal pertama yang muncul dari mulutnya adalah sebuah bentakan.

"Melihat reaksimu, tampaknya Permaisuri Rahayu tidak tahu banyak soal keluarga Cleinhad. Di ruangan ini..."

Aku melihat ke arah Ninlil. Jujur, aku tidak tahu gerak-gerik Ninlil. Kemungkinan besar dia sudah mendengar ceritanya dari Inanna dan Emir. Dan, anggukan Ninlil, membenarkan dugaanku.

"Berarti, di ruangan ini, hanya Permaisuri Rahayu yang tidak tahu mengenai fakta dibalik keluarga Cleinhad."

"Kau menceritakan rahasia kerajaan pada orang luar?"

"Ha...Ha..." aku tertawa sinis. "Kenapa tidak? Inanna adalah calon istriku. Bahkan, ibuku lebih memilih Inanna daripada Emir. Dan lagi, sudah hampir tiga tahun aku memperjual-belikan informasi ini. Maksudku, banyak relasi dari anak-anak itu yang masih mencari. Aku pun masih mencari beberapa anak yang menjadi korban keluarga Cleinhad."

"Anak-anak?"

Fahren tidak berkata apa-apa. Dia hanya terdiam, menggertakkan gigi.

Di lain pihak, meski tampaknya penasaran, Permaisuri Rahayu tidak melanjutkan pembahasan keluarga Cleinhad. Justru sebaliknya, dia berusaha mengembalikan topik pembicaraan.

"Intinya, Gin, kami ingin kamu yang menjatuhkan hukuman selain pembersihan."

"Kalau aku tidak boleh membersihkan mereka, beri aku solusi hukuman apa yang harus kujatuhkan."

"Kamu bisa–"

"Sebelum Permaisuri menjawab, aku ingin mengatakan sesuatu." Aku menyela Permaisuri. "Apa permaisuri sadar jika hukuman dijatuhkan dengan menyisakan anak-anak, atau hanya ditegakkan pada satu dua orang, risiko yang ditimbulkan sangatlah besar?"

Lihat selengkapnya