I am No King

Ren Igad
Chapter #81

Arc 3-3 Ch 8 - Kesalahan?

Sekali lagi, tempat yang seharusnya ruang kerjaku di Agade, menjadi ruang perawatan. Aku tidak terlalu peduli karena aku jarang menggunakannya. Aku lebih peduli pada fakta anggota Agade terluka parah.

Saat ini, sebagian anggota Agade dan aku, menunggu di luar. Menanti perawatan Yarmuti selesai. Untuk memastikan tidak terjadi apa-apa, aku meletakkan Mulisu dan Ur di dalam, mengawasi dokter yang bekerja. Aku tidak mau kalau tiba-tiba ternyata dokter itu sudah dibayar untuk membunuh anggota Agade.

Tadi, setelah menemukan Yarmuti, aku memerintahkan Shinar pulang lalu pergi ke kantor intelijen. Aku mau dia memberi info pada Shu En kalau hari ini aku terlambat ke kantor. Alasannya adalah masalah dengan Keluarga Alhold dan Agade.

Aku langsung naik mobil bersama Emir ke tempat ini. Sementara aku mengemudi, Emir mengikat kedua tangan dan kaki Yarmuti agar pendarahannya berhenti. Selain itu, dia juga menelepon Mulisu untuk meminta dokter bersiap.

Sementara kami mengantar Yarmuti, aku meminta Inanna tetap di rumah bersama Ninlil. Aku meminta agar mereka membersihkan rumah dan mencari tahu identitas orang yang menyerang. Aku perlu tahu siapa dari keluarga Alhold yang telah menyakiti Yarmuti. Agar tidak kerepotan, aku meminta pada Jeanne dan Ufia untuk membantu mereka.

Jadi, saat ini, aku dan Emir masih belum mandi pagi setelah latihan. Kami masih mengenakan pakaian penuh dengan keringat.

Aku beruntung Illuvia dan pelayannya sudah tidak ada di sini. Dengan bersusah payah, aku dan Mulisu berhasil meyakinkan Illuvia agar melanjutkan kuliah. Kalau mereka masih di sini, satu-satunya yang akan mereka bawa adalah masalah. Tentu saja, aku mengizinkan Illuvia dan Nevia pergi setelah mereka bersumpah untuk tidak pernah mengatakan apa pun yang terjadi di sini.

Untuk pengawasan Illuvia dan Nevia, Ibla yang mengambil alih.

Ngomong-ngomong soal Ibla, dia masih belum menampakkan wajahnya. Namun, tidak untuk waktu yang lama.

Aku mendengar langkah kaki dari tangga dan berbalik, melihat sosok laki-laki sipit dengan rambut coklat panjang dikepang ekor. Tidak semua rambutnya diikat. Terlihat dia masih menyisakan poni.

"Yar–"

"Ibla," aku menyela Ibla. "Apa kamu yang mengirim Yarmuti untuk berjaga di rumahku."

"Hah? Iya. Aku yang–"

Sekali lagi, aku tidak membiarkan Ibla menyelesaikan ucapannya. Namun, aku tidak menyelanya dengan ucapan. Kali ini aku melemparkan sebuah pukulan tepat ke pipi Ibla.

"Gin?"

Aku mendengar suara beberapa orang yang tersentak.

Ibla terlempar. Bahkan, dia terjatuh kembali ke tangga.

Aku berjalan ke tangga, melihat sosok Ibla yang tergeletak di platform antar tangga. Terlihat darah berceceran di tangga dan sekitar kepala Ibla. Ceceran darah itu tidak disebabkan oleh luka di kepala dia menghantam tangga, tapi dari mulutnya yang kutinju.

"Buh..." Ibla duduk dan meludah.

Yang keluar dari dalam mulut Ibla bukanlah ludah, melainkan darah dan satu buah gigi geraham.

Aku duduk di anak tangga paling atas. "Sejak awal. Sejak awal aku kembali aktif sebagai Sarru, aku tidak pernah memerintahkan Yarmuti untuk menjaga rumahku. Bahkan, aku terus menjauhkan dia dari rumahku.

"Yarmuti tahu dan paham kenapa aku tidak pernah memperbolehkannya mendekati rumahku. Jadi, dia menurut. Namun, sekarang, tiba-tiba saja kamu memerintahkan dia untuk menjaga rumahku? Apa yang ada di kepalamu?"

"Maafkan aku. Aku tidak tahu kalau keluarga Alhold sekuat itu."

"Keluarga Alhold tidak kuat. Mereka lemah." Aku menolak pernyataan Ibla mentah-mentah. "Apa kamu tidak ada niat untuk bertanya kenapa aku tidak memperbolehkan Yarmuti menjaga rumahku?"

Ibla tidak menjawab. Dia hanya menundukkan kepala.

Aku meneruskan ceramahku. Pada dasarnya, Ibla mulai congkak dan arogan dengan kemampuannya mengumpulkan informasi. Ketika aku tinggalkan, hingga beberapa bulan yang lalu, Ibla adalah yang bertanggung jawab mengarahkan Agade. Bahkan, sampai sekarang, banyak hal yang masih dia urus.

Meski sebenarnya anggota Agade yang lain juga memiliki peran besar, Ibla pasti berpikir kalau dia adalah alasan utama Agade dapat menjadi seperti sekarang. Dia mempercayai hal itu.

Satu-satunya hal yang membuat Ibla ingin memercayai hal itu adalah karena dia anggota Agade yang paling lemah. Bahkan lebih lemah dari Emir. Ibla membohongi dirinya sendiri dengan menyatakan, "aku memang paling lemah, tapi aku lah alasan Agade bisa sebesar ini,". Dan, tanpa Ibla sadari, Inferiority complexnya berubah menjadi superiority complex.

Aku beberapa kali mendapati Ibla bergerak sebelum dia memastikan kredibilitas informasi yang dia dapatkan. Dia berpikir, 80 persen informasi tidak akan mungkin dikalahkan oleh 20 persen informasi. Dan, hal ini juga lah yang membuat Ibla berani meletakkan Yarmuti berjaga di rumahku.

"Jadi, apa pembelaanmu?"

"Tapi, kamu juga sering maju walaupun informasinya yang didapat belum 100 persen, kan?" Ibla melihat dalam-dalam ke arahku.

Lihat selengkapnya