I am No King

Ren Igad
Chapter #83

Arc 3-3 Ch 10 - Ironi

"Lugalgin adalah Sarru?"

Tanpa aku sadari, aku sudah mengucapkan kalimat tersebut. Bukan hanya aku, semua orang di ruangan ini juga mengatakan hal yang sama. Tidak terkecuali anak buah yang kami bawa.

"Kalian percaya pada rumor itu? Biar aku bilang sesuatu pada kalian." Ukin memberi penjelasan. "Lugalgin dan Sarru menggunakan peti mati sebagai kotak senjata. Mereka sama-sama menggunakan berbagai macam senjata. Dan yang terpenting, mereka tidak pernah menggunakan pengendalian."

"Tunggu dulu!" Karla menyela. "Sarru adalah inkompeten?"

"Kalian tidak tahu? Ah..." Ukin membuka mulutnya sejenak. "Iya, iya. Aku paham. Selama ini, orang yang berhadapan dengan Sarru pasti tewas. Ditambah lagi, kami juga diajari oleh Lacuna agar tidak terlalu bergantung pada pengendalian. Jadi, yah.... maaf ya. Aku lupa. Ahahaha."

Ukin mengatakan semua itu dengan enteng dan santai, seolah-olah dia tidak peduli dengan informasi yang baru saja diberinya.

Di lain pihak, bagi kami, setidaknya perwakilan Apollo dan Orion, informasi ini sangatlah penting. Jadi, rumor yang menyatakan Lugalgin adalah murid Lacuna adalah benar. Namun, rumor yang menyatakan Sarru adalah murid Lugalgin adalah salah.

Kalau dipikir baik-baik, seharusnya, kesimpulan dari informasi yang beredar merujuk ke situ. Namun, entah kenapa, rumor yang beredar justru menyatakan Sarru adalah murid Lugalgin. Apa ini berarti ada orang yang mengatur persebaran rumor tersebut?

Kalau pun ada yang mengatur persebaran rumor dan informasi, satu-satunya orang yang terlintas di benak adalah Lugalgin. Dia pasti tidak mau identitasnya diketahui oleh orang lain. Aku paham karena aku sendiri mengenakan topeng wajah yang terbuat dari silikon.

"Hah? Jadi kepala intelijen Kerajaan adalah pemimpin satu dari enam pilar? Kalau Yang Mulia Paduka Raja mengetahui hal ini, berakhir sudah kariernya di intelijen negara."

"Hahaha, cukup ironis kalau aku bilang," Ukin merespon. "Kalian bangsawan yang sekarang menentang Lugalgin, memiliki kekuatan dan posisi, berkat Lugalgin. Tidak. Bukan hanya bangsawan. Bahkan, organisasi pasar gelap mampu menguasai kerajaan ini, tidak ada perubahan posisi di enam pilar, dan juga banyak hal lain yang menguntungkan pasar gelap, adalah berkat Lugalgin."

"Apa maksudmu?" Aku bertanya.

"Kalian masih belum paham? Atau kalian menolak paham? Sekarang, aku tanya balik. Kejadian apa yang membuat intelijen kerajaan ini hancur, lalu keluarga Azzaha mengambil alih yang membuatnya menjadi sarana mencari pangkat? Di pasar gelap, kehancuran intelijen membuat kalian bebas, tidak terkekang kuota bulanan lagi."

Kejadian yang membuat semua itu terjadi adalah 1, tragedi keluarga Cleinhad. Ketika keluarga Cleinhad dibantai, semua hal itu terjadi secara beruntun. Tunggu dulu! Apa ini berarti–

"Ya," Ukin menegaskan. "Lugalgin, seorang diri, adalah pelaku di balik pembantaian keluarga Cleinhad, yang menyebabkan kalian semua bisa berada di sini. Jadi, ironis saja ketika kalian memusuhi orang yang telah banyak berjasa untuk kalian."

Kalau ucapan Ukin memang benar, ini bisa menjelaskan kenapa Akadia mau menerima tawaran Lugalgin dengan begitu cepat. Kemungkinan, Akadia tidak termakan rumor dan menarik kesimpulan Lugalgin adalah Sarru. Mungkin mereka sadar tidak bijaksana menjadikan orang yang membantai keluarga Cleinhad seorang diri sebagai musuh.

Apa ini juga yang membuat Quetzal dan Guan masih belum membuat keputusan? Apa mereka juga mengetahui hal ini? Mungkin. Namun, bisa saja mereka tidak mengetahuinya dan hanya bimbang.

Di lain pihak, laki-laki ini, Ukin, adalah sebuah wild card. Dia bisa membalikkan dan mengacaukan keadaan yang sudah ada. Dan, repotnya lagi, aku masih belum tahu motif Ukin bergabung dengan aliansi ini. Apa dia hanya ingin mengacaukan aliansi? Atau dia memang ingin melawan Lugalgin? Atau dia memiliki alasan lain?

"Karena dari itu, kalau kalian mau menyerang salah satu organisasi, aku sarankan Agade, bukan Akadia. Yah, meski aku tidak bisa menjamin kalian bisa menang sih."

"Ukin," Karla masuk. "Berdasar informasi yang kau berikan, dan caramu berbicara, apa Lugalgin benar-benar sekuat itu?"

"Dia sangat cerdik. Dia akan menghalalkan segala cara untuk mampu menang. Strategi yang dia buat dapat menghancurkan segala rintangan di hadapannya. Jadi, sebenarnya, dia tidak kuat, hanya licik. Ada alasan kenapa dia membawa banyak senjata. Itu adalah kesan yang dulu kudapatkan saat pertama dipertemukan dengannya."

Dulu?

"Namun, setelah satu atau dua tahun bersamanya, ternyata dia tidak sesimpel itu. Jujur, aku tidak menghitung berapa kali berlatih tanding menghadapinya. Dan, dalam semua latihan itu, dia tidak pernah sekalipun tampak terdesak. Sebuah senyum selalu terkembang di wajahnya.

"Aku sama sekali tidak pernah melihatnya menggertakkan gigi. Ekspresi paling terdesak yang pernah dia tunjukkan adalah datar, tanpa ekspresi."

This is not good. Tujuan kami membuat aliansi ini adalah untuk mengalahkan Lugalgin. Memang sih mendapatkan informasi seperti ini bisa berguna. Namun, di lain pihak, informasi ini bisa menakuti orang awam, seperti dua bawahan yang kubawa di belakang.

"Jadi," Enlil menyela. "Apa kau memiliki solusi? Apa kau sudah memiliki cara untuk mengalahkannya?"

Ketika Enlil bertanya, Ukin langsung menghentikan ceritanya. Dia menggaruk kepala dan menyandarkan punggung ke kursi. Tampaknya, Enlil juga belum memiliki solusi.

"Aku tidak peduli dengan apa yang telah dia lakukan atau hubungan kalian di masa lalu. Aku hanya ingin inkompeten itu tewas, titik!"

Lihat selengkapnya