I am No King

Ren Igad
Chapter #84

Arc 3-3 Ch 11 - Serangan?

Brrrt

"Hah?" aku menggumam.

Apa itu? Baru saja, aku merasakan sebuah getaran yang cukup kuat. Apa ada gempa? Namun, Bana'an tidak terletak di daerah aktif gempa. Bahkan, sejak lahir, aku belum pernah merasakan gempa. Atau ada barang besar roboh di dekat sini? Bisa jadi. Ah, sudahlah. Abaikan saja.

"Sampai mana ceritaku tadi?" Aku bertanya pada Ufia yang memeras kain pel.

"Orang dengan pengendalian normal juga terlahir di keluarga Alhold."

Kami sudah hampir selesai membersihkan rumah. Sebelumnya, aku baru menjelaskan mengenai praktik suplai anak-anak ke organisasi para gelap yang dilakukan oleh keluarga Cleinhad. Awalnya, aku mengira Ufia sudah tahu. Namun, ternyata belum. Jadi, aku terpaksa memulai cerita dari situ.

Ketika bercerita, beberapa kali aku mendapati wajah Ufia menjadi masam. Bukan hanya Ufia, orang lain di tempat ini yang mendengar juga masam.

Aku hanya menceritakan sistem yang diberlakukan oleh keluarga Cleinhad secara umum. Aku sama sekali tidak membahas masalah Tasha. Nope. Sama sekali tidak.

"Ah, ya. Itu. Jadi, sebenarnya, keluarga Alho–"

Belum sempat aku mencapai topik utama, sebuah alunan musik terdengar.

"Sebentar,"

Aku mengambil handphone dari saku celana dan mengaktifkan proyektor, menampilkannya ke udara. Terlihat ibu-ibu berambut pirang panjang, Shu En, di hadapan.

"Ada apa?"

[Urgen! Kita kehilangan kontak dengan agen yang bertugas memonitor keluarga Alhold, Apollo, dan Orion.]

"Ung, semuanya?"

[Semuanya! Dan, informasi visual baru masuk.]

Tanpa aku minta, gambar yang ditayangkan oleh proyektor telah berganti. Kini, semua orang di dekatku berhenti bersih-bersih. Mereka melihat panggilan video juga.

Di proyeksi terlihat sebuah bangunan penuh dengan debu. Bangunan itu hancur total. Bahkan aku tidak bisa menerka bentuk asal bangunan itu. Dari ketinggian dinding, seharusnya, bangunan itu memiliki tinggi tiga lantai.

Belum sempat debu menghilang, muncul beberapa titik cahaya, tembakan. Pelak, beberapa orang pun tergeletak di lantai. Namun, masih ada empat atau lima orang yang masih hidup.

"Kok rasanya kenal ya dengan bangunan itu?"

Aku mengabaikan Ufia. Saat ini, pandanganku fokus pada laki-laki berambut pirang. Berbeda dengan beberapa sosok lain yang penuh luka, laki-laki berambut pirang itu sama sekali tidak terluka.

"Shu En, jelaskan keadaan."

[Ya, baik,] Shu En mulai memberi penjelasan tanpa mengganti gambar. [Beberapa menit yang lalu, kami mendapati sebuah gedung melayang lalu menerjang bangunan itu. Pelakunya adalah beberapa orang dengan helm full face yang tadi melepas tembakan.]

Helm full face ya. Berarti yang beraksi adalah Akadia, Ibu. Namun, siapa target ibu?

Belum sempat aku membiarkan pertanyaan itu muncul dari bibir, sebuah jawaban muncul.

[Tempat itu adalah salah satu aula milik keluarga Alhold, yang terletak di distrik Kainama, kota satelit. Karena daerah ini distrik bisnis, populasi di siang hari cukup banyak. Proses evakuasi sedang berlangsung. Lalu, sinyal pelacak dari agen yang mengawasi Keluarga Alhold, Apollo, dan Orion, juga terakhir kali terdeteksi di distrik ini.]

"Ah, iya, itu aula kedua."

Ufia berbisik. Meski ingin menanyakan aula apa itu, aku menahannya untuk sekarang.

Tampaknya, ibu menyerang Enlil. Aku hampir tidak menyadari kalau Enlil ada di tempat itu. Perhatianku terlalu fokus pada satu laki-laki.

"Agen yang mengawasi mereka tidak usah kau cari. Aku bisa pastikan mereka sudah tewas."

[Tewas?]

"Pelakunya adalah laki-laki berambut pirang itu, Ukin. Dia adalah satu dari tiga murid Lacuna di Bana'an. Aku yakin dia lah yang melakukannya."

"[Hah]"

Ketika aku memberi penjelasan, semua orang pun tersentak. Tidak hanya orang-orang di sekitarku, aku juga bisa mendengar suara Shu En tersentak. Namun, keterkejutan mereka tidaklah penting untukku. Saat ini, mengumpulkan informasi mengenai Ukin jauh lebih penting. Bahkan, jauh lebih penting daripada kakek tua itu.

"Shu En, ada berapa orang yang saat ini mengawasi tempat itu?"

[Yang sudah berada di lokasi baru satu. Enam dalam perjalanan.]

"Apa mereka semua membawa senapan?"

[Yang berjaga tidak. Yang perjalanan sudah membawa.]

"Ketika sampai sana, kalian tidak usah menyiapkan senapan. Siapkan saja kamera agar bisa mengirim visual ke sini. Aku mau mereka tersebar, memberi pandangan dari semua arah. Pastikan mereka tidak mendekat ke area pertarungan. Jangan memegang perlengkapan rekaman, kalian pasang saja pada tripod. Kalau Ukin menyerang, tinggalkan semua barang, selamatkan diri."

[Ah, tidak usah menyiapkan senapan?]

"Ya. Tidak usah. Percaya lah. Kalian tidak mau menyinggung Ukin."

[Baiklah kalau begitu.]

Aku ingin melihat sejauh apa kekuatan Ukin saat ini. Kalau dia bisa lolos dari gedung yang dilempar tanpa luka, bahkan melindungi orang di belakangnya itu, maka kekuatannya benar-benar jauh lebih mengerikan dibandingkan dulu.

Aku meletakkan kain pel di lantai dan duduk di sofa. Yang lain pun berhenti dan duduk di dekatku. Emir dan Inanna duduk di kanan kiri. Ninlil duduk di pangkuan. Jeanne dan Ufia mengambil kursi dan duduk di belakang sofa.

Lihat selengkapnya