[Yang Mulia Paduka Raja, semuanya berjalan sesuai rencana. Sekarang, keluarga Alhold sedang melawan Lugalgin.]
[Bagus. Bagus sekali.]
Aku mendengarkan suara telepon dari salah satu agen schneider dengan Yang Mulia Paduka Raja. Mereka tidak berbicara padaku, tapi aku menyadap telepon Yang Mulia Paduka Raja.
Siang tadi, Lugalgin mengontak dan meminta agar aku memonitor semua pergerakan Akadia, Agade, intelijen kerajaan, dan juga Yang Mulia Paduka Raja. Aku tidak menerima pekerjaan ini sebagai Guan, tapi sebagai Jin. Sebelum menjadi pemimpin Guan, aku adalah informan sekaligus mercenary. Jadi, hal seperti ini normal bagiku. Dari enam pilar, mungkin, pemimpin yang bisa melakukan hal ini tanpa mengandalkan anak buahnya hanya aku dan Lugalgin.
Saat ini, aku yakin, gerak-gerikku dan Guan juga diawasi oleh aliansi di bawah Lugalgin. Aku berani bertaruh Lugalgin menyuruh semua anggota di bawahnya untuk mengawasi satu sama lain. Bahkan, dia sendiri tidak sepenuhnya percaya pada Agade, organisasi yang dia pimpin sendiri.
Lugalgin menciptakan sistem tidak berdasarkan kepercayaan, tapi lebih kepada pengawasan. Dengan setiap organisasi saling mengawasi, tidak akan ada yang berani macam-macam. Kalau pun ada yang macam-macam, organisasi yang lain akan melaporkannya.
Sistem saling mengawasi cukup sempurna kalau organisasi yang terlibat tidak akur satu sama lain. Namun, kalau akur, maka organisasi yang terlibat bisa bersekongkol memberi informasi palsu pada Lugalgin.
Ini mengindikasikan Lugalgin memang benar-benar susah percaya pada orang lain. Saat ini, aku merasa dia mempercayaiku. Namun, aku tidak tahu apakah dia benar-benar memercayaiku atau tidak menganggapku sebagai ancaman. Dan, sayangnya, kejadian seperti ini akan semakin membuat Lugalgin sulit mempercayai orang lain. Namun, di dunia pasar gelap, pilihan Lugalgin adalah yang rasional.
Sambil mendengarkan percakapan agen ini dan Yang Mulia Paduka Raja, aku mengontak orang lain, informan pasar gelap, langgananku. Aku tidak menelepon, tapi mengirim pesan. Tentu saja, pesan ini adalah kode. Jadi, kalaupun ada orang atau pemerintah yang membaca pesan ini, mereka tidak akan tahu apa maksud ucapanku.
Saat menerima pekerjaan dari Lugalgin, aku sama sekali tidak mengira kalau akan mendapatkan hasil secepat ini. Dan, mungkin bukan hanya aku, tapi Agade dan Akadia juga akan melaporkan temuan ini pada Lugalgin.
***
[Gin! Kita memiliki masalah! Tolong segera pulang!]
Masih belum selesai juga masalah malam ini? Apakah keluarga Alhold ingin punah? Kalau mereka terus menerus mengirimkan serangan seperti ini, bisa-bisa kami membasmi semua anggota keluarga.
"Aku akan pulang sekarang juga."
Aku menaiki sepeda motor dan kembali. Berbeda dengan sebelumnya dimana aku harus bermanuver untuk menghindari peluru yang terbang, sekarang aku bisa melaju dengan normal.
Aku akhirnya sampai di rumah. Setelah mengembalikan sepeda motor di garasi, aku pergi ke ruang utama dengan peti arsenal masih terpasang di punggung.
Di ruang utama, aku tidak melihat Ninlil, Emir, dan Suen, hanya ada Nanna dan Inanna. Inanna memegangi bahu Nanna yang menempelkan smartphone di telinga.
Aku punya firasat buruk.
"Ada apa?"
"Kak.....anu......ini......rumah,"
Nanna tidak bisa menjawabku. Kata-katanya tidak tertata dengan rapi.
"Keadaannya," Inanna menyela. "Nanna tidak bisa menjangkau ayah, ibu, dan kakaknya. Hal yang sama juga terjadi dengan Suen. Kini, Emir dan Ninlil berusaha mengejar Suen yang terbang pulang."
Aku ke Inanna dan mengambil handphonenya lalu berbisik, "jangan biarkan Nanna mendengar komunikasiku dengan Agade."
Tanpa banyak bertanya, Inanna mengangguk dan memutus telepon. Dia paham kalau komunikasiku mungkin adalah berita buruk bagi Suen.
Aku pergi ke lantai dua, memastikan suaraku tidak terdengar kalau berbicara.
"Agade, apakah ada informasi mengenai keluarga Nanna dan Suen?"
[Sebenarnya, kami memiliki informasi ini sejak tadi, tapi kami tidak berani membicarakannya lewat telepon karena tadi Nanna dan Suen mendengarkan.]
Meski yang menjawab adalah Elam, aku yakin semua anggota berpikiran hal yang sama. Dan, karena mereka tidak mau mengatakannya ketika Inanna masih menelepon, maka, berarti, hanya ada satu kemungkinan.
"Biar kutebak, keluarga Nanna dan Suen tewas?"
Elam melanjutkan laporan, [Seluruh keluarga Nanna, ayah, ibu, dan kakaknya. Ayah dan Ibu Suen tertimpa hal yang sama. Satu-satunya yang selamat adalah adik Suen yang masih kelas 6 SD karena kebetulan sedang studi tur keluar kota, Iris.]
Aku duduk di atas kasur dan mengelus kening. Apa perintah yang kuberi pada Shu En terlambat?
"Ur,"
[Ya, Gin?]
"Saat ini, kamu adalah anggota elite Agade peringkat 2, setelah Mulisu, sekaligus anggota intelijen Kerajaan. Aku kamu mau pergi dan melindungi adik Suen, Iris. Tidak usah melindunginya dari bayangan, langsung saja terang-terangan. Datangi pihak sekolah dan gunakan nama intelijen."