"Aku kira hanya akan bertemu denganmu, Jin."
"Awalnya aku juga mengira demikian. Tapi, tanpa aku ketahui, mereka sudah ada di sini ketika aku datang."
"Bagaimana kami, Akadia, bisa diam saja ketika kau tiba-tiba menelepon kantor dan mengatakan akan memberi informasi pada Lugalgin di sini?"
"Hoo, jadi kau menelepon Akadia juga ya."
Bukan hanya Jin yang berada di tempat ini, Marlien dan Ibla juga. Kami berempat mengenakan pakaian kasual yang hampir sama, kaos, jaket, celana jeans, dan sepatu. Yang membedakan hanyalah kombinasi warna pakaian dan jenis jaket. Aku mengenakan jaket kulit, Jin mengenakan jaket overcoat, Ibla mengenakan hoodie, Marlien mengenakan jaket pilot.
Aku akan mengabaikan sense fashion kami yang normal. Saat ini, kami berada di sebuah sekolah. Sekolah ini sudah tidak aktif dan menjadi bangunan yang ditinggalkan. Dulu, tempat ini adalah desa yang normal. Namun, entah bagaimana, pemberontak muncul di desa ini. Pasukan pemberontak pun ditekan oleh kerajaan, berujung pada kehancuran desa. Sejak saat itu, entah kenapa, desa ini ditinggalkan.
Aku menaiki sepeda motor yang kuparkir di depan bangunan. Sementara itu, aku tidak melihat ada kendaraan lain. Mereka memiliki pengendalian, jadi mereka bisa terbang ke halte terdekat dengan mudah.
"Siapa duluan?"
"Aku!"
Jin, Marlien, dan Ibla menjawab bersamaan. Mereka saling melempar pandangan.
"Hei, hei, yang meminta Lugalgin kesini adalah aku. Jadi, aku berhak duluan."
"Omong kosong," Ibla menanggapi. "Kami, Agade, sebagai bawahan langsung Lugalgin memiliki hak untuk duluan."
Marlien masuk, "Tidak. Aku rasa Akadia memiliki hak untuk duluan, mengingat kami adalah organisasi pasar gelap terbesar di Bana'an."
"Hanya kalian yang menyatakan hal itu," Jin dan Ibla protes.
Kalau aku tidak menghentikan mereka, bukan tidak mungkin sebuah pertarungan akan pecah. Kalau terjadi, aku berani menjamin Jin yang akan menang.
"Oke, berhenti," Aku bertepuk tangan pelan. "Karena yang meneleponku adalah Jin, maka dia berhak duluan. Ibla, Marlien, kalian tentukan dengan pingsuit."
Jin tersenyum lebar mendengar ucapanku sementara Ibla dan Marlien hanya menggertakkan gigi.
Aku menerima file dari Jin, lalu Marlien, dan terakhir Ibla. Mereka memberi file melalui sebuah flash drive dan aku menerimanya melalui tablet kecil ukuran 5 inci. Tablet ini tidak memiliki jaringan internet atau nirkabel lain, jadi tidak bisa disadap atau diretas.
File yang mereka beri adalah laporan mengenai aktivitas organisasi pasar gelap dan intelijen dalam bentuk dokumen, audio, dan video. Sementara aku menerima dan mengecek file secara acak, mereka bertiga saling melempar pandangan tajam. Kalau ini adalah film atau komik, mungkin aku sudah melihat percikan listrik dari pandangan mereka.
Tidak ada yang benar-benar mencurigakan dari aktivitas organisasi pasar gelap. Namun, yang cukup membuatku jengkel adalah aktivitas intelijen kerajaan. Ah, revisi, lebih tepatnya aktivitas agen schneider. Karyawan dan pekerja intelijen bebas dari kejengkelanku.
Aku sudah membersihkan satu keluarga agen schneider. Apa mereka tidak belajar? Apa mereka menganggap aku tidak akan melakukannya lagi karena khawatir kekurangan tenaga kerja? Hah! Kalau mau, aku bisa saja meleburkan Agade dengan intelijen kerajaan dan permasalahan tenaga kerja akan teratasi saat itu juga.
Namun, yang paling membuatku jengkel adalah keluarga kerajaan, bahkan Fahren, melakukan kontak dengan agen schneider di luar sepengetahuanku. Mungkin agen schneider tidak menganggap hal ini sebagai pengkhianatan. Namun, dokumen yang mereka tandatangani adalah kesetiaan padaku, bukan pada kerajaan ini, apalagi keluarga kerajaan. Jadi, aku menganggap ini sebagai pengkhianatan.
"Tampaknya akan ada perombakan intelijen kerajaan besar-besaran." Aku bersiul pelan. "Ibla, Marlien, kalau kalian ingin mengirimkan orang untuk ditaruh di intelijen kerajaan, aku akan menerima dengan senang hati."
"A-"
"Siap!"
Belum sempat Marlien memberi respon, Ibla sudah merespon dengan cepat. Marlien melihat Ibla sengit. Di lain pihak, Ibla hanya tersenyum dan meninggikan dagu.
"Ya, aku akan mengirimkan nama."
Marlien terbawa suasana yang diciptakan Ibla.
"Hey Gin, apa aku bisa memasukkan orang juga ke intelijen kerajaan?"
Tiba-tiba, Jin mengatakan hal yang tidak kuduga.
"Bukannya Guan tidak ingin memihak? Netral?"
"Orang yang kumasukkan bukan dari Guan, tapi kenalanku sendiri. Dia adalah informan yang sangat kurekomendasikan. Selain sebagai informan, dia juga berbakat dalam membuat keputusan dan perencanaan. Yah, meski belum sehebat kamu sih. Masih kurang pengalaman, tapi aku bisa jamin dia mau belajar."
"Informan bergabung ke intelijen? Tidak salah? Dia bisa mendapatkan uang yang jauh lebih besar di pasar gelap daripada intelijen, kan?"
"Memang benar. Namun, sayangnya, dia membuat masalah dengan organisasi yang salah. Jadi, aku berpikir, dengan masuk intelijen kerajaan, dia akan mendapat perlindungan dariku dan darimu."
Perlindungan dari dua orang sekaligus?
"Pacarmu?"
"Anggap demikian."