I am No King

Ren Igad
Chapter #95

Arc 3-3 Ch 22 - Kepercayaan

"Jadi, Yuan, kamu bisa mulai kerja sekarang juga?"

"Ah.... apa kau yakin?" Perempuan berambut putih di depanku, Yuan, bertanya.

Saat ini, aku berada di kafe Ease dengan seorang perempuan di depanku. Namanya adalah Yuan, tanpa nama belakang atau nama keluarga. Yuan memiliki rambut putih panjang dengan poni. Bukan hanya rambut, kulitnya juga putih. Dia memiliki mata berwarna ungu, entah memang mata aslinya atau mengenakan kontak lensa. Menurutku, wajahnya tampak begitu polos, seolah dia bukan orang yang berkecimpung di pasar gelap.

Sebuah pin rambut berwarna ungu cerah menempel di kepala kirinya, serasi dengan warna mata. Yuan mengenakan pakaian kasual yang menunjukkan belahan dada. Ukuran dada standar, tapi tampak lebih kecil dibanding Emir dan Inanna.

Ngomong-ngomong, Emir dan Inanna tidak berada di sini. Aku menemui perempuan ini dulu sebelum ke kantor.

"Kenapa?" Aku balik bertanya.

"Well... kata Jin, kau adalah salah satu orang paling strict dan disiplin yang pernah dia temui. Aku pikir, setidaknya, kau akan mewawancarai atau bahkan menginterogasiku."

"Anggap saja kekuatan orang dalam," aku menjawab enteng. "Dan lagi, kalaupun kamu membuat masalah, yang akan aku serang dan permasalahkan adalah Jin. Dia yang merekomendasikanmu."

"Ah...itu..."

Ya benar. Kalau perempuan ini membuat masalah, yang akan aku serang adalah Jin. Bahkan kalau Yuan adalah agen ganda organisasi pasar gelap yang memang ingin merusak hubunganku dengan Jin, yang salah tetap Jin karena dia sudah mempercayai perempuan ini.

Alasan lain adalah aku membutuhkan sekretaris. Aku tidak akan meletakkan Emir atau Inanna sebagai sekretaris. Jika Emir atau Inanna menjadi sekretaris, aku khawatir tidak bisa obyektif kalau mereka membuat kesalahan. Aku akan merasa bersalah kalau memarahi mereka. Di lain pihak, kalau yang menjadi sekretaris adalah orang lain, aku bisa obyektif kalau dia membuat kesalahan.

"Jadi?" Aku kembali meminta konfirmasi.

"Ya, aku bisa mulai bekerja sekarang juga."

"Karena kue dan pesananmu sudah habis, ayo ikut aku."

"Ah, sebentar, biar aku bayar dulu pesananku."

"Tidak usah, langsung saja ikut aku."

Yuan berdiri dan mengikutiku keluar dari kafe Ease. Kami pergi tanpa mampir ke kasir. Kisu tidak tampak di toko, jadi aku langsung keluar. Beberapa pelayan menyapa ketika aku keluar. Yuan sempat penasaran ketika dia melihatku yang langsung keluar tanpa membayar tapi masih disapa oleh pelayan.

Sebelum Yuan bertanya, aku memberi sebuah penjelasan singkat.

"Aku adalah pemilik Kafe Ease. Makanan yang kamu pesan akan langsung dimasukkan ke tagihanku. Kalau seandainya kamu pergi ke situ, sebutkan saja namaku, jadi tidak perlu bayar."

"Ah... um... aku tidak yakin bisa mengemban kepercayaan sebesar ini."

"Itu hanya tagihan makanan dan minuman di kafe. Tidak ada urusannya dengan kepercayaan."

Sambil berjalan menuju ke ruanganku, kami sedikit mengobrol ringan. Ternyata, Yuan agak khawatir dengan hak memesan di kafe Ease karena dia hobi makan kue. Dan, kebetulan, Ease juga menyajikan kue. Bahkan, akhir-akhir ini, Ease merilis jadwal kue limited edition yang stoknya terbatas dan hanya bisa dibeli di tanggal atau musim tertentu.

Kalau mau, aku bisa meminta pegawai kafe Ease mengantar kue itu ke Yuan. Namun, Yuan menolak. Alasan yang sebenarnya adalah dia takut berat badannya naik karena terlalu banyak makan kue.

Aku tidak akan memaksa.

Akhirnya, kami tiba di ruang kerjaku. Di dalam ruangan hanya ada Mulisu dan Shu En. Mereka sontak bertanya ketika melihat Yuan bersamaku.

"Perempuan ini akan bekerja sebagai sekretarisku mulai hari ini."

"Oh...."

Sementara Mulisu memberi respons enteng, Shu En tidak merespon. Shu En tidak bergeming, tampak terkejut.

Sementara aku duduk di kursi sandar tinggi, Yuan berdiri di samping meja. Aku memberi sebuah map pada Yuan.

"Map ini berisi daftar divisi intelijen lengkap beserta nomor telepon dan ruangan mereka di gedung ini. Tugas pertamamu adalah menghubungi divisi kepegawaian dan mendaftarkan diri. Lalu kamu juga harus menghafalkan seluruh nomor telepon dan ruangan masing-masing divisi."

"Aku harus mengisi data diri?"

"Data diri terserah mau kamu isi apa. Kamu sebagai orang yang biasa bekerja di pasar gelap tahu lah apa yang harus dilakukan."

"Baik!"

Yuan menerima dokumen dengan sigap dan langsung berjalan pergi.

"Yuan,"

"Ya?"

Yuan berhenti sebelum mencapai pintu.

"Sebelum membuat kunjungan, telepon dulu divisi yang bersangkutan dari sini." Aku menunjuk telepon yang terletak di atas mejaku.

"Ah, ya, maaf."

Yuan menuruti perintahku. Dia membuat telepon dari depan meja dan mengatakan dirinya diperintahkan olehku untuk mengurus status kepegawaian. Dalam waktu singkat, Yuan mengakhiri telepon dan meninggalkan ruangan ini.

Yuan bekerja cepat. Kalau dia langsung datang dan mengenalkan dirinya, aku yakin divisi kepegawaian akan meragukannya walaupun dia menyebut namaku. Dengan membuat panggilan dari ruang kerjaku, divisi kepegawaian akan tahu kalau dia benar-benar utusanku.

Sama seperti anggota Agade yang kubawa ke sini, status Yuan bukanlah agen schneider, hanya sebatas pegawai intelijen. Kalau dia kudaftarkan sebagai agen schneider, aku harus mengurus prosedural dan meminta persetujuan dari Raja Bana'an, Fahren.

Meski secara tertulis status mereka hanya lah pegawai, aku juga memberi pekerjaan sebagai agen schneider, mengumpulkan informasi di pasar gelap. Dampak negatif adalah mereka semua hanya digaji sebagai pegawai, bukan sebagai agen schneider. Solusinya? Sebagian dari gajiku sebagai kepala intelijen kualihkan ke mereka.

Ke depannya, aku akan membuat divisi baru di bawah intelijen dimana pekerjaan mereka akan mencakup sebagai karyawan dan agen schneider. Gaji karyawan di divisi ini akan lebih tinggi dari agen schneider dan karyawan lain. Namun, status mereka bukanlah agen schneider, hanya karyawan, jadi aku tidak perlu meminta persetujuan Fahren. Hal ini kulakukan untuk mengakomodasi orang-orang dari Agade dan Akadia.

Untuk mendirikan divisi baru, butuh izin tertulis dari Fahren, yang adalah Raja. Apa dia akan memberi izin ini begitu saja? Tidak mungkin! Namun, aku akan memastikan dia menyetujuinya.

"Gin, apa dia–"

"Bukan, dia bukan anggota organisasi pasar gelap manapun." Aku menyela Shu En. "Daripada itu, bagaimana kemajuan seleksi calon siswa intelijen? Apa undangan seleksi sudah dikirim secara langsung ke masing-masing calon siswa?"

Mulisu menjawab, "saat ini, sudah 30 persen calon siswa didatangi. Dan, respons yang kita dapatkan bisa dibilang cukup positif. Kurang dari 5 persen yang menolak atau tidak lolos seleksi tahap awal."

"Lima persen dari total atau lima persen dari jumlah sementara?"

"Lima persen dari jumlah sementara." Shu En menjawab.

Menurutku, angka itu terlalu tinggi.

Undangan yang dimaksud tentu saja tidak dikirim ke rumah atau pos. Orang-orang dari divisi kepegawaian yang tersebar di seluruh kerajaan mendatangi anak-anak ini satu per satu dan memberi mereka penawaran sambil menunjukkan surat tugas. Yang mendatangi hanya karyawan, bukan agen schneider.

Tawaran yang diberi, bisa dibilang, sangat mencurigakan. Calon siswa ini hanya diberi tahu kalau mereka terpilih untuk menghadiri sekolah intelijen yang akan dibangun oleh kerajaan. Akan sangat normal kalau mereka menolak atau mengabaikannya.

Kalau setuju, calon siswa akan diberi sebuah smartphone kecil yang akan memberi daftar instruksi. Jika mengikuti instruksi sampai selesai, mereka dinyatakan lolos tahap awal dan diminta menunggu dihubungi lagi. Kalau mereka mencoba meretas atau mengotak-atiknya, smartphone itu akan langsung meledak dan mengirimkan pemberitahuan ke divisi kepegawaian.

Lihat selengkapnya