"Jadi, Ukin, bagaimana menurutmu?"
"Terdapat probabilitas sebesar 90 persen Lugalgin akan kalah, bahkan tewas."
"Sudah kuduga."
"Eh?"
Aku dan Ukin berbincang-bincang santai. Seharusnya, aku berjaga bersama anggota Agade yang lain. Sebelum operasi dimulai, secara tidak sengaja, aku melihat ada dua titik di langit. Awalnya aku mengira burung. Namun, setelah memperhatikan agak lama dan tidak ada pergerakan, aku mengira dua titik itu bukanlah burung, tapi orang yang melayang.
Melihat keberadaanku tidak memiliki pengaruh, aku pun meminta izin pada Lugalgin untuk pergi, mengecek orang yang mengawasi. Lugalgin memberi izin dan aku datang ke sini. Untuk berjaga-jaga, aku membawa tiga lipan pedang sepanjang lima meter bersamaku.
Ketika sudah dekat, aku benar-benar terkejut dengan sosok yang menonton. Sosok itu adalah Ukin dan seorang perempuan berambut dan mata biru. Aku mengenal perempuan itu. Dia adalah teman Lugalgin, Maila. Mereka berdua mengenakan pakaian militer.
Maila menonton serangan Lugalgin dengan wajah runyam. Tidak terlihat sedikit pun senyum di wajahnya. Di lain pihak Ukin terus menunjukkan senyum
Ukin menyadari kedatanganku, tapi dia tidak menyerang. Dia membiarkanku mendekat begitu saja. Bahkan, ketika aku datang, dia memberi sebuah teropong monokuler, mengajakku menonton sambil mengobrol. Aku pun menurut dan menonton di sebelah kirinya sementara Maila di sebelah kanan Ukin. Dan, perbincangan kami pun dimulai dengan pertanyaan Ukin.
"Mulisu, bukankah kamu di pihak Lugalgin, kenapa kamu malah setuju dengan Ukin?"
Dia baru bertemu denganku tapi sudah menggunakan kamu? Yah, sudahlah. Aku tidak peduli juga.
"Tapi itu adalah fakta, tidak peduli berada di pihak siapa aku."
"Tapi, kenapa? Maksudku, bahkan, saat ini, dia membantai orang-orang keluarga Alhold itu dengan mudah, kan?"
Saat mendengar pertanyaan Maila, aku dan Ukin saling melempar pandangan. Tanpa mengatakan apa pun, kami seolah sepakat memberi satu respon.
"Karena Lugalgin adalah master gerilya, master bertahan. Dia bukan lah master menyerang."
Aku dan Ukin menjawab bersamaan.
"Tapi, itu-"
"Maila," Ukin menyela. "Seperti yang kami bilang barusan, Lugalgin adalah master gerilya. Aku sudah bilang kan kalau yang membuat dia setara dengan kami adalah strateginya, kan?"
"Namun, saat ini," aku menambahkan. "Lugalgin sudah memiliki dua kekurangan. Pertama, dia menyerang, bukan bertahan."
"Tapi, Ukin bilang, dulu dia sering berpartisipasi dalam pembersihan, kan?"
Seolah tidak mau kalah, Maila terus menyanggah pendapatku dan Ukin. Saat ini, aku justru penasaran, sebenarnya siapa yang berada di pihak Ukin dan siapa yang berada di pihak Lugalgin.
"Itu adalah alasan lain kenapa probabilitas Lugalgin akan kalah menjadi sangat besar." Aku menjawab sanggahan Maila. "Maila, sekali lagi aku tegaskan, yang membuat Lugalgin mampu diakui Lacuna dan bersanding dengan kami adalah strateginya. Namun, saat ini, dia tidak menggunakan strategi sama sekali. Dia mengetuk dari pintu depan."
"Kalau Lugalgin yang dulu," Ukin melanjutkan. "Dia tidak akan pernah mengetuk dari pintu depan. Dia akan menyusup, memasang perangkap dan peledak dimana-mana. Lugalgin bisa memperkirakan jika ledakan terjadi di titik A, orang-orang akan kabur ke titik B. Di titik B, sudah terpasang banyak sekali perangkap. Dulu aku tidak menyadarinya. Tapi sekarang, aku bisa bilang berkat dia lah pekerjaan pembersihan kami menjadi sangat mudah."
Hoo, Ukin yang sekarang sudah lebih dewasa. Benar-benar berbeda dengan yang dulu.
Aku memberi tambahan pada ucapan Ukin. "Saat ini, Lugalgin membawa dua peti arsenal adalah contoh nyata dia tidak menggunakan strategi, hanya bergantung pada senjata."
"Lalu, bagaimana dengan kalian? Dia membuat anggota Agade dan intelijen kerajaan berjaga untuk membantunya, kan?"
"Sayangnya, aku ragu Lugalgin akan meminta bantuan kami." Aku menjawab. "Siang tadi, matanya tidak menunjukkan kepercayaan kepada kami. Dengan kata lain, kemungkinan besar dia akan mencoba menyelesaikan ini sendirian."
Aku tidak bisa menyalahkannya. Dalam beberapa minggu terakhir, kepercayaannya benar-benar dipermainkan. Ayahnya tiba-tiba berkhianat. Lalu kepercayaan Lugalgin pada Agade telah dikhianati oleh Ibla yang terlalu percaya diri. Belum berakhir, Ibla juga mengatakan agen schneider yang Lugalgin percayai pun berkhianat dan lebih memilih memberi laporan pada Yang Mulia Paduka Raja.
Dan lalu, melihat Maila berdiri bersama Ukin, aku bisa menebak kalau Maila adalah orang yang membuat Illuvia menyamar menjadi Sarru. Belum lagi aku yang berkali-kali berusaha memanipulasi Lugalgin dari bayangan, membuatnya berubah. Dan, aku yakin, Lugalgin mengetahui semua ini. Jadi, aku tidak bisa menyalahkannya kalau ingin membersihkan keluarga Alhold sendirian.
Suasana kembali tenang di antara kami. Hanya suara kami yang berhenti membuat suara. Suara angin bertiup kencang masih terdengar di telinga.
Melalui teropong, aku melihat Lugalgin yang dihempaskan oleh bola raksasa. Kalau orang melihat, Lugalgin seolah sudah memperkirakan datangnya bola itu dan membuat dirinya dihempaskan. Namun, Lugalgin yang dulu tidak akan membiarkan bola itu mencapainya. Ya, Lugalgin yang sekarang benar-benar berbeda dengan Lugalgin yang dulu.
"Jadi, Mulisu, apa kamu senang? Kamu yang telah mengubah Lugalgin, kan? Dan berkat kamu, hari ini, terdapat 90 persen kemungkinan Lugalgin akan tewas."
"Ini bukanlah perubahan yang aku inginkan. Aku hanya ingin dia tidak sedingin sebelumnya. Kamu tahu sendiri kan bagaimana dinginnya dia dulu?"
"Ya, benar. Kalau melihat dia yang dulu, kamu tidak akan pernah menduga Lugalgin bisa memulai sebuah keluarga, seperti sekarang."