"Gin, Ninlil dan Om Barun sudah menampakkan diri!"
Aku berteriak, memberi kabar pada Lugalgin.
Melalui kamera, terlihat dua orang melayang dari bangunan utama yang seperti kastel itu. Dua orang itu adalah Ninlil dan Om Barun. Ninlil mengenakan celana pendek dan singlet putih sementara Om Barun mengenakan kemeja biru dengan dua kancing dibuka dan celana formal.
Karena Ninlil dan Om Barun sudah tampak, pekerjaanku sudah selesai. Sekarang, aku harus membahas masalah lain yang baru muncul.
Aku mengetik beberapa kata di smartphone dan memunculkannya di proyeksi udara.
(Apa kamu mendengarnya?)
Emir mengangguk setelah membaca tulisanku. Di lain pihak, Yuan hanya memiringkan kepala dengan mulut setengah terbuka.
Emir mengetik kalimat lain dan menunjukkannya pada Yuan.
(Yuan, tolong fokus pada urusanmu. Biar Inanna dan aku yang mengurus ini. Dan tolong jangan katakan apa pun.)
Yuan mengangguk.
Perempuan ini menurut. Aku suka perempuan ini.
(Inanna, aku tidak terlalu pintar kalau diminta berpikir hal seperti ini. Jadi, aku serahkan keputusannya padamu. Tolong ya. Aku ingin membantu Lugalgin.)
Aku mengangguk.
Emir kembali melihat ke layar.
Sebelum misi dimulai, Mulisu memberiku dan Emir sebuah earphone. Earphone ini adalah tipe satu arah, hanya berperan sebagai penerima. Dan dari earphone ini juga lah, aku dan Emir mendengar mengenai kondisi Lugalgin dari percakapan Mulisu dan Ukin.
Apa ini berarti Mulisu tahu kalau Ukin akan mengamati serangan ini? Atau mungkin, sebenarnya, Mulisu ingin mengatakan hal lain pada kami dan kebetulan Ukin datang? Ya, urusan itu biar aku pikirkan nanti. Sekarang, aku harus fokus pada pesan Mulisu.
Mulisu, secara tidak langsung, ingin aku dan Emir meyakinkan Lugalgin untuk meminta bantuan. Namun, seperti ucapan Ukin, kalau Lugalgin meminta bantuan dan Ninlil mengalami luka berat, bisa-bisa dia akan kehilangan kepercayaannya pada kami.
Padahal, sebelum misi ini, aku dan Emir meragukan kepercayaan dan kesetiaan Lugalgin. Namun, sekarang, justru kepercayaan Lugalgin pada kami lah yang dipertaruhkan.
Apa yang harus kulakukan? Apa yang harus kami lakukan?
Emir berteriak, "GIN! Aku merasakan semua benda di sekitarmu bergetar!"
Tepat setelah Emir berteriak, ratusan pasak muncul dari tanah di sekitar Lugalgin. Tampaknya, Ninlil mengubah aluminium di sekitar Lugalgin dan menyerangnya dari semua arah. Meskipun semua proyektil yang digunakan berhasil dihentikan oleh dua peti Arsenal milik Lugalgin, dia terpaksa meninggalkannya.
Pasak-pasak itu, meskipun tidak bisa dikendalikan lagi, sudah memenuhi tujuannya, menghancurkan semua senjata yang dibawa oleh Lugalgin. Belum sempat Lugalgin bergerak, dia dihujani oleh proyektil aluminium kecil. Lugalgin pun terpaksa menggunakan minigun di tangan kiri dan perisai di kedua bahu untuk melindungi diri.
Sadar minigunnya tidak lagi berfungsi, Lugalgin membuangnya dan berlari ke samping. Ketika Lugalgin berhasil lari dari tempatnya berdiri, sebuah logam terbentuk silinder muncul dan melumatkan semua senjata yang ditinggalkan Lugalgin.
Sial! Setelah serangan yang barusan, Lugalgin praktis tidak memiliki senjata api sama sekali. Tampaknya, sejak awal, tujuan Ninlil memang melumpuhkan senjata api milik Lugalgin.
(Tidak! Masih belum! Lugalgin masih memiliki toya dan kedua pistolnya!)
Emir, kamu terlalu optimis!
Sial! Saat ini, perbincangan Ukin dan Mulisu menjadi kenyataan. Lugalgin benar-benar terdesak dan bahkan di ambang kematian.
Berpikir, Inanna! Berpikir!
"Gin, butuh bantuan?"
Tanpa meminta persetujuanku, Emir langsung menawarkan bantuan pada Lugalgin.
[Tidak! Kalian fokus saja mengawasi sekitar! Aku tidak mau orang lain datang dan melukai Ninlil!]
Dan Lugalgin mempertegas dugaan kami.
[Blarr Blarr Blarr]
Beberapa ledakan terdengar dari earphone. Di layar, terlihat Ninlil mengendalikan beberapa bazoka dan terus melepas tembakan ke arah Lugalgin. Kalau begini terus, Lugalgin bisa tewas.
"Gin–"
[Aku bilang aku tidak butuh bantuan!] Lugalgin berteriak, menyelaku.
Kali ini dia berteriak kencang. Bahkan, tanpa perlu mengenakan earphone, aku bisa mendengar suaranya dari dalam trailer. Apa dia memberi peringatan pada semua orang di sini?
Aku tidak akan menyerah begitu saja.
"Kenapa kamu begitu keras kepala? Kalau begini terus, kamu bisa tewas! Apa menurutmu Ninlil akan senang kalau kamu tewas? Tidak! Dia tidak akan senang! Bahkan, mungkin dia akan menyalahkan dirinya sendiri untuk seumur hidup. Apa kamu tega?"
[Setidaknya, dia, hidup,]