"Wow, aku benar-benar tidak menduganya."
"Sama, aku juga."
Inanna merespon ucapanku dengan santai. Bahkan mungkin, terlalu santai.
"Inanna, kamu tidak apa-apa?"
"Ah? Aku tidak apa-apa. Justru aku sedang merasa santai karena kamu membantuku."
Jujur, hari ini, aku merasa Inanna agak aneh. Moodnya naik turun drastis hari ini. Tadi siang, dia menangis ketika tahu Lugalgin meniduri Lacuna. Yah, aku juga sebenarnya ingin menangis sih, tapi masih bisa menahannya.
Kembali ke Inanna. Setelah siang menangis, baru saja dia marah dan membentak Lugalgin. Lalu, sekarang, dia bisa merespon cerita Enlil yang didengar dari earphone dengan tenang. Apa dia sedang masanya? Namun seharusnya, tanggalnya bukan sekarang.
Saat ini, aku dan Inanna duduk di antara puing-puing kediaman Alhold. Sementara Inanna mempertahankan dinding api di utara dan timur, aku mempertahankan dinding api di selatan dan barat.
Bersama kami, ada Om Barun dan Ninlil. Om Barun tampak kelelahan. Dia merebahkan diri di atas tanah. Ninlil masih tengkurap dengan tangan dan kaki terikat. Terkadang, dia masih meronta. Namun, karena aku mengikatnya dengan sebagian dari Krat, dia masih tidak bisa melepaskan diri.
Aku beruntung karena membawa botol minum kecil berisi teh herbal. Bukan hanya aku, Inanna juga membawa botol minum kecil. Kami pun tidak bosan atau haus karena harus menanti Lugalgin.
"Yuan, kamu mendengar semua cerita itu juga?" aku bertanya.
[Ya, aku mendengarnya juga.]
"Kami melarangmu menceritakan hal ini pada siapa pun juga tanpa izin dari kami bertiga. Mengerti?"
[Baik!]
Perempuan ini, Yuan, memberi respon yang cepat dan lantang. Inanna juga penurut, tapi dia jarang memberi respons seperti Yuan. Kalau seperti ini, malah tampak Yuan yang sudah menerima latihan militer dan belum.
Tunggu dulu, latihan militer? Apa ini berarti Yuan berasal dari militer? Bisa jadi. Di lain pihak, entah kenapa, aku merasa bisa mempercayai perempuan ini. Bahkan, aku merasa dia lebih bisa dipercaya daripada Jeanne. Kenapa ya?
Untuk Lugalgin, dia bilang bisa mempercayai Yuan karena yang membawa adalah teman baiknya, Jin, yang kebetulan adalah pemimpin Guan. Kalau sampai Yuan berkhianat, Lugalgin tinggal menganggap Jin dan Guan memang ingin menjadi musuh.
Lugalgin, enteng sekali kamu bilang membuat satu dari enam pilar sebagai musuh. Mereka satu dari enam pilar tahu! Enam pilar! Satu dari organisasi pasar gelap terbesar di Bana'an. Meskipun saat ini kamu memiliki kendali atas dua dari enam pilar, bukan berarti kamu bisa mendeklarasikan perang begitu saja.
Ah, sudahlah. Memikirkan logika Lugalgin hanya membuang waktu.
***
Membiarkan Enlil bercerita selama satu jam lebih adalah ide yang buruk. Meski tanpa pengendalian, dia masih mampu melancarkan serangan tangan kosong dengan cepat dan lihai. Karena ayah hanya menghabiskan stamina Enlil, dengan beristirahat dia bisa kembali normal seperti sebelumnya.
Sebuah tinju mendatangi kepala. Aku menggunakan tombak tiga mata untuk menangkisnya, lalu menggunakan bagian belakang untuk menghantam kepala Enlil. Enlil hanya perlu menahan seranganku dengan tangan kiri berlapis zirah, lalu melancarkan serangan lain dengan kaki.
Saat ini, posisiku tidak lebih baik dari ayah tadi. Aku lebih sering menghindar dan menghalau serangan Enlil daripada melancarkan serangan. Tidak! Posisiku lebih buruk. Enlil hanya kehabisan stamina dan kehilangan pengendalian, dan staminanya sudah pulih. Di lain pihak, aku sudah terluka parah gara-gara Ninlil. Kondisi tubuhku sama sekali tidak fit.
Enlil bertarung dengan mengenakan baju zirah, membuat seranganku hampir tidak efektif. Kalau aku ingin melubangi baju zirahnya, aku harus melancarkan serangan tusukan. Namun, hanya dengan memiringkan tubuh, Enlil membiarkan baju zirahnya didorong oleh tombakku. Bukan hanya tombak, shotgun dengan peluru karet ini juga tidak berfungsi.
Ketika aku mengincar persendian, terutama pinggang dan selangkangan Enlil, dia akan langsung meloncat mundur sambil menggunakan sarung tangan besi sebagai pelindung.
"Apa hanya segitu kekuatanmu, inkompeten?"
"Kau menghinaku memang karena benci atau sengaja ingin membuatku marah? Membuatku lengah?"
"Hehehe, yang mana ya?"
Enlil yang sekarang jauh lebih merepotkan dari yang sebelumnya. Kalau sebelumnya, dia hanya berteriak "inkompeten! Inkompeten!" dan menyerang membabi buta. Namun, sekarang, serangan Enlil menjadi terorganisir, lebih terhitung. Aku jadi sedikit menyesal atas perbuatanku.
"Enlil, aku ingin bertanya satu hal?"
"Apa?"
Kami berbincang di antara suara dentingan logam, di antara suara zirah dan tombak yang saling menghantam.
"Kenapa baru sekarang kau mengambil aksi frontal seperti ini? Kenapa sebelumnya tidak?"
"Karena komunikasimu dengan Raja sudah semakin intensif."
Aku melayangkan sebuah tendangan. Dengan alas bot besi menghantam, tubuh Enlil terhempas beberapa langkah ke belakang. Namun, dia masih berdiri, bahkan maju kembali. Kami pun melanjutkan pertikaian ini.
"Memangnya kenapa kalau aku berkomunikasi dengan Raja?"
"Kalau kau memiliki wewenang, dan didukung oleh Raja, tinggal menunggu waktu sebelum kau membersihkan kami. Sebelum itu terjadi, sudah selayaknya kami menyerangmu, kan?"
Well, aku tidak menyalahkan logika Enlil. Namun, sayangnya, dia sendiri tidak sadar sedang dimanfaatkan oleh Raja itu. Atau dia sadar? Coba kita pastikan.
"Siapa yang memberimu informasi mengenai komunikasiku dengan Raja sudah semakin intensif?"
"Apa itu penting?"
"Tidak juga. Sebenarnya, aku sudah tahu apa yang terjadi."
Ya. Seharusnya, pertemuanku dengan Fahren adalah hal yang paling rahasia di kerajaan ini. Bahkan, Agade dan Akadia, termasuk ibu, tidak mengetahui kalau aku beberapa kali berkomunikasi dengan Raja. Yah, setidaknya, itu sebelumnya sih. Sebelum aku memerintahkan mereka mengintai agen schneider.
Kalau ucapan Enlil benar, dimana dia bergerak karena komunikasiku dengan Fahren sudah semakin intensif, berarti ada pengkhianat. Dan, satu-satunya pihak yang terlintas di pikiranku adalah agen schneider. Agen Schneider adalah kaki, tangan, dan mata Raja. Jadi, normal kalau agen schneider tahu Fahren berkomunikasi denganku.
Dengan kata lain, ada agen schneider yang sengaja membocorkan informasi itu pada keluarga Alhold atau bahkan pada Enlil langsung. Dan, rekaman yang diberi Jin dan yang lain pagi ini memastikan semuanya. Dengan kata lain, Fahren sengaja mengadu domba keluarga Alhold dan aku.
"Apa kau sadar sedang dimanfaatkan oleh Fahren?"