Ya, satu-satunya hal yang terlintas di benakku ketika mendengar pertumbuhan daging yang cepat adalah kanker. Sebenarnya, saat ini, aku sangat ingin menggigit kuku. Namun, aku menahan diri dan hanya meletakkan tangan di dagu.
"Tapi ayah, Kak Lugalgin tidak memiliki gejala seperti orang yang terkena kanker, kan?"
"Ayah bilang seperti kanker. Tapi, yang dialami Lugalgin bukan kanker."
Ya, benar, yang terjadi di tubuh Lugalgin memang bukan kanker, hanya seperti kanker.
"A-"
"Inanna, sudah aku bilang kamu diam saja," Om Barun menyela. "Biar aku yang mengurus penjelasan ke mereka."
Om Barun, apa kamu tidak overprotektif? Aku dan Emir hanya kelelahan karena menggunakan pengendalian terlalu lama. Kami tidak perlu istirahat total hingga tidak berbicara.
"Jadi, Ninlil, anehnya, pertumbuhan daging abnormal kakakmu hanyalah terjadi ketika dia terluka. Tadi saat memeriksa Lugalgin, aku mencoba menyayat anggota tubuhnya yang tidak terluka. Di saat itu, tempat yang kusayat langsung mengalami pertumbuhan daging yang tidak normal. Jika luka normal butuh 1 – 2 hari untuk menutup, kakakmu tadi hanya membutuhkan beberapa jam."
Om Barun melanjutkan penjelasannya. Di satu sisi, hal ini memang benar-benar menolong Lugalgin. Seperti ucapan Ninlil, tidak peduli separah apapun luka yang dialami oleh Lugalgin, dia akan sembuh dengan cepat. Namun hal ini juga datang dengan hal negatif. Salah satunya adalah tulang dan daging Lugalgin yang terlalu padat.
Semakin padat daging dan tulang, akan semakin berat pula tubuh Lugalgin. Semakin berat tubuhnya, dia akan membutuhkan asupan kalori yang lebih tinggi. Untuk orang dengan badan seperti Lugalgin, normalnya berat badannya tidak akan mencapai angka 80 kg. Orang dengan berat 80 kg, dalam seminggu, hanya membutuhkan kalori sebanyak 2500.
Namun, karena berat Lugalgin hampir 100 kg, dia membutuhkan jumlah kalori yang jauh lebih banyak. Normalnya, kalau hal ini terjadi, berat tubuh orang itu akan berkurang. Namun, kalau hal ini terjadi pada Lugalgin, efeknya bukanlah berat tubuh yang berkurang, tapi kesehatan Lugalgin yang terganggu.
Jika Lugalgin kekurangan asupan kalori, tubuhnya akan mulai mengalami masalah, entah sulit bernafas, aliran darah tidak lancar, jantung berdetak lebih lambat, atau sebagainya. Hal ini karena jumlah kalori minimal tidak berubah. Seperti mesin yang kekurangan bahan bakar, tubuh Lugalgin akan rusak oleh beban yang dipikulnya.
Sederhananya, otot dan tulang yang lebih berat dan padat akan memberi beban berlebih pada tubuh Lugalgin.
"Jadi, dengan demikian, aku sarankan pada kalian untuk membujuk Lugalgin agar dia pensiun dari lini depan pasar gelap. Akan jauh lebih baik dan aman bagi Lugalgin kalau dia hanya sebagai ahli strategi."
Aku terdiam dan melihat ke kiri, ke arah Emir. Emir pun melihat ke arahku. Tanpa perlu mengeluarkan sepatah kata, kami sudah bisa berkomunikasi sederhana.
Yang menjadi kekhawatiran kami adalah apakah Lugalgin mau mendengarkan? Seperti yang dibicarakan oleh Mulisu dan Ukin, seharusnya, Lugalgin bukanlah tipe yang suka serangan frontal atau maju ke lini depan. Seharusnya, Lugalgin adalah tipe orang yang mengandalkan strategi dan jebakan.
Meski tadi dia melakukannya, aku tidak yakin dia akan mendengarkan lagi. Kalau Lugalgin dalam keadaan normal, dia akan mendengarkan. Kalau dalam kondisi kelelahan atau ada hal lain yang menimpanya, entahlah. Aku khawatir, jangan-jangan, Lugalgin maju ke lini depan adalah cara pelampiasan stresnya.
Kalau ucapan Mulisu dan Ukin adalah benar, dulu, mencari informasi dan membunuh keluarga Cleinhad mungkin adalah cara Lugalgin melampiaskan stres. Namun, setelah keluarga Cleinhad dibantai, Lugalgin seperti kehilangan media pelampiasan stres.
Aku sendiri tidak yakin, tapi menurutku dugaan itu adalah yang paling tepat. Jadi, sekarang, kami harus mencari sebuah sarana pelampiasan stres untuk Lugalgin.
"Sebagai catatan," Om Barun menambahkan. "Tadi, saat aku melakukan scan pada tubuh Lugalgin, aku mendapati syarafnya mendapat tekanan yang berlebih dari pertumbuhan tulang dan ototnya. Jadi, selain rasa sakit dari luka, Lugalgin juga akan mendapat rasa sakit dari proses penyembuhan. Bahkan, aku bisa bilang, rasa sakitnya jauh lebih parah dari yang dialami pasien kanker tulang."
Oke, itu mengganggu. Amat sangat mengganggu. Daripada Lugalgin tewas karena efek pertumbuhan daging dan tulang, bagiku, hal ini justru jauh lebih penting. Kamu pasti bercanda, kan? Selain rasa sakit dari luka, Lugalgin masih mendapat rasa sakit dari proses penyembuhan? Hal ini sama saja seperti penyiksaan.
"Meski aku mengatakan itu semua, aku sendiri tidak yakin dengan ucapanku," Om Barun memberi catatan tambahan. "Maksudku, sejak beberapa tahun terakhir, aku baru memeriksa tubuh Lugalgin malam ini. Bahkan, aku baru melakukan pemeriksaan mendetail tadi. Jadi, aku merasa kekurangan data."
Meski Om Barun mengatakan kekurangan data, tapi, sebagai ayah Lugalgin yang sering bertemu dengannya, dia memperhatikan Lugalgin sehari-hari. Jadi, pengamatan Om Barun terhadap Lugalgin sebenarnya sudah berjalan lama. Namun, pengamatan ini hanya sebatas observasi visual.
Dengan kata lain, Om Barun merendahkan dirinya. Mungkin, dia merasa bersalah karena baru bisa menarik kesimpulan atas semua yang terjadi pada tubuh Lugalgin sekarang, setelah 19 tahun.
"Inanna, Emir, mulai sekarang aku akan memberi kalian stok obat bius. Seperti yang kubilang sebelumnya, entah kenapa Lugalgin tidak bisa pingsan. Meskipun dia pensiun dari lini depan, ada kemungkinan dia diserang dan terluka. Jadi, satu-satunya cara untuk membuat Lugalgin terlepas dari rasa sakit yang dia alami adalah membuatnya tertidur dengan obat bius."