Ini adalah hari pertama Dava masuk sekolah setelah dua Minggu ia tak menginjakkan kakinya sama sekali di sekolahnya. Awalnya Dava sepakat diskorsing, tapi mengingat siapa papanya dia tidak jadi di skors.
Sebenarnya Dava sama sekali tidak berminat masuk sekolah kembali. Namun karena bujukan mamanya akhirnya dia menurut, dia tidak mau mengecewakan mamanya untuk kesekian kalinya.
"Dava!" Suara itu, Dava sangat kenal dengan pemilik suara tersebut. Ada sedikit rindu yang tidak bisa Dava ungkapkan kepada pemilik suara itu.
"Ra!" Jawab Dava seadanya sambil tersenyum tipis.
"Lo kemana ajah? Gue kira Lo udah diskors karena absen selama dua Minggu.
"Gue nggak kemana-mana kok, gue habis rapat sama Donald Trump jadi gue absen deh dua Minggu hahaha" Laura mengerutkan keningnya, nih orang lewat mana sih tadi? Ketempelan kali yah? Makin aneh nih orang, tapi gue makin cinta batin Laura.
"Ra! Lo kenapa kok senyum-senyum gitu?" Suara Dava membuyarkan lamunan Laura.
"Eh, gakpapa kok gue cuma seneng aja Lo bisa sekolah lagi"
Setelah itu tidak ada lagi obrolan diantara mereka, sibuk dengan pikirannya masing-masing.
***
Suasana didalam kelas yang ramai mendadak hening seketika saat guru yang dikenal kejam memasuki kelas sebelas MIPA 1 ini. Terlihat seseorang yang sedang menelungkup kan wajah dilipatkan tangannya tak bergeming sedikitpun, membuat sang guru geram dan langsung saja melempar murid tersebut dengan penghapus papan tulis yang ada dimeja guru tersebut.
Tuk..
Aaww..
Suara ringisan terdengar saat penghapus itu mendarat sempurna dikepala Dava. Ya, murid tersebut adalah Dava.
"Siapa suruh kamu tidur di jam saya" lantang guru tersebut.
"Saya ngantuk pak!" Jawab Dava dengan santainya, membuat semua murid terkejut bukan main. Masalahnya yang sedang berbicara dengan Dava itu adalah pak Yanto guru kimia yang kejnya ngalahin fir'aun.
"Kalau kamu ngantuk tidur dirumah ini sekolah bukan kamar tidur"
"Loh, terserah saya dong pak lagian saya sekolah disini bayar, jadi saya bebas nglakuin apa aja disini"
"Kurang ajar kamu, nggak pernah diajarin sopan santun sama orangtua kamu iya?"
"Bapak nggak usah bawa-bawa orangtua saya" suara Dava naik satu oktaf, dia mulai terpancing emosinya.