Suasana malam ini terasa sepi. Meskipun tidak jauh berbeda dengan malam-malam sebelumnya, namun kali ini Dava ngerasa ada yang berbeda kali ini. Dia merasa seperti ada yang mengawasi dia. Seperti akan ada bahaya yang akan siap menerjangnya. Dan itu membuat Dava gelisah.
"Itu pasti orang yang iri sama kamu Dava!" "Dia orang jahat Dava!" "Kamu harus sembunyi" "jangan berprasngka dulu" "dia bukan orang jahat Dava" "cepat sembunyi Dava!" "Sembunyi sekarang!" "CEPAT SWMBUNYI"
Suara-suara itu lagi Dava bingung harus mendengarkan suara yang mana semua benar-benar nyata. Suara itu. Orang-orang yang mengawasinya. Dan semua bahaya yang akan datang. Semua itu nyata.
Kembali, dia tidak bisa tidur malam ini. Dia masih sangat gelisah. Dia merasa takut. Panik dan perasaan yang nggak bisa dijelaskan lainnya.
***
Pagi harinya Dava sudah bersiap untuk pergi kesekolah. Bahkan tadi habis sholat shubuh ia sudah bersiap siap memakai setelan abu-abunya. Kantung mata yang terlihat jelas dibawah matanya menandakan bahwa ia memang benar-benar tak tidur semalaman. Bahkan saat sarapan tadipun mamanya sempat bertanya, tapi hanya alasan ada tugas yang diberikan Dava. Mamahnyapun percaya karena bukan sekali, dua kali Dava begadang hanya untuk mengerjakan tugas. Walaupun Dava bukan anak berprestasi disekolahnya, tapi untuk urusan tugas sebisa mungkin Dava mengerjakannya.
Dava berjalan santai melewati orang-orang yang tengah menatapnya. Ada banyak sekali arti tatapan itu. Mulai dari tatapan iri, sinis bahkan tak sedikit pula yang terang-terangan menatapnya dengan memuja.
Lagian siapa sih, disini yang tidak kenal dengan seorang Dava langit Pratama. Seluruh siswa bahkan guru-gurupun tau siapa si pemilik wajah tampan tersebut. Wajah putih bersih, lesung pipi yang tidak terlalu kentara karena chubby, mata sehitam malam, rambut lebat yang tak pernah tersentuh pewarna, satu lagi yang paling menarik perhatian adalah bulu mata yang lentik layaknya perempuan. SANGAT SEMPURNA.
Namun bukan karena itu dia menjadi terkenal disekolahnya. Pasalnya disekolah ini masih banyak sekali siswa-siswa tampan yang melebihi Dava. Secara sekolah ini bertaraf internasional. Dava terkenal karena memang sering menjadi perbincangan disekolahnya. Bukan hanya teman sekelasnya. Guru-guru bahkan seluruh warga sekolah SMA Garuda pernah menjadikan Dava bahan obrolan. Dari yang positif sampai yang negatif.
Dan ini yang membuat Dava makin kesel dengan orang tuanya. Bukannya apa. Karena kalau saja orang tuanya menuruti kemauannya untuk sekolah ditempat lain, yang menurut Dava lebih bisa menerimanya, kejadiannya nggak akan kayak gini. Dia tidak akan jadi bahan omongan orang-orang karena prestasinya yang kurang. Kalau aja orang tuanya menyekolahkannya disekolah biasa, mungkin Dava akan menjadi salah satu murid yang berprestasi. Mengingat dirinya juga pintar.
"DAVA..!!" Dava menolehkan kepalanya, melihat siapa gerangan yang memanggilnya?.
"Eh, Ra? Elo baru sampai juga?"
"Iya nih, bareng aja yuk kekelas"
Dava hanya menganggukkan kepalanya dan mengikuti langkah perempuan didepannya.
Laura Ananta Hermawan, ketua OSIS sekaligus murid teladan yang kini menjadi temannya, teman pertamanya Dava harap ini menjadi awal yang baik kedepannya. Dan Dava juga berharap akan punya banyak teman lagi kedepannya.
"Orang-orang itu sedang merhatiin kamu" "kamu harus waspada" "udah cuekkin aja" "kamu sedang diliatin mereka" "mereka pasti mau berbuat jahat"
Dava berjalan dengan gelisah. Dan itu tak luput dari pandangan Laura. Dava yang seperti orang yang tak nyaman membuat Laura langsung bertanya.
"Elo kenapa dav?"
"Ra, mereka kayaknya lagi merhatiin kita deh?, Emangnya ada yang salah ya sama gue?"
Dahi Laura mengerut. Diedarkan pandangannya pada siswa- siswa yang masih diluar kelas tersebut.
"Gak ada yang aneh dav. Mereka juga nggak merhatiin Lo ataupun gue. Lo gak usah aneh-aneh deh"
"Beneran Ra. Mereka tuh lagi merhatiin kita. Lagi ngawasin kita!" Laura makin bingung dengan sikap Dava.
"Gue nggak bohong Ra, mereka pasti mau berbuat jahat deh sama kita" Dava masih mencoba meyakinkan Laura dengan apa yang dia lihat.