Jam istirahat berbunyi.
Tak sampai lima menit kantin sekolah sudah ramai dengan siswa-siswi yang mengantri untuk mendapatkan makan siang. Termasuk Meira, Jessica dan Nina yang sudah duduk manis di sudut ruangan. Mereka bertiga memang mempunyai meja khusus di kantin. Sebenarnya sih meja kantin biasa, hanya saja mereka meng-claim meja tersebut. Siapapun tidak boleh duduk di meja tersebut karena milik putri sekolah.
Lebay sih.
Tapi memang begitu. Bagi siswa-siswi yang tidak mau mencari masalah, mereka lebih memilih meja lain daripada meja keramat tersebut.
“Jess, cari data si Deandra!” perintah Meira dengan nada dingin yang membuat Jessica merinding ketika mendengarnya. “Gue mau ngasih pelajaran sama dia,”
“Oke, besok gue cari,”
“By the way, gue punya informasi menarik.”
Meira melirik dengan tidak minat, “Apa?”
“Gue yakin lo bakal speechless sama berita ini,”
“Ga usah kelamaan deh,” tegur Nina
“Iya iya sabar. Semalem gue ketemu sama Al sama cewek di restoran.”
“Siapa?”
“Awalnya gue sih kayak ngga asing sama tuh cewek. Tapi setelah gue inget-inget ternyata dia anak sekolah kita. Ah, gue ada fotonya, bentar-bentar.” Jessica meraih ponselnya dan menunjukan sebuah foto.
Nina mengerutkan kening, “Gue tau nih cewek. Dia Natasha anak kelas XII IPA 1. Bukannya dia sekelas sama Al?”
“Natasha?” gumam Meira merasa asing.
“Ah, Natasha anak beasiswa yang ranking satu parallel itu?” cetus Jessica ketika berhasil menemukan ingatan sepenuhnya.
“Gila Mei, lo kalah sama modelan kayak Natasha,” gumam Jessica tidak percaya.
Meira menghela napas kesal, “Kirim foto itu ke WA gue,” perintahnya tak terbantah.
“Wajar aja sih dia kan pinter,” gumam Nina sambil menyesap minumanya.