I Am The Justice

Erika Angelina
Chapter #3

2

2

 

“Kita sudah sampai,” ucap Gary yang mematikan mobilnya. Saat ini kami telah parkir di area depan Markas Besar Oneiropólos.

Bangunan mansion yang digunakan sebagai Markas Besar Oneiropólos terang, tetapi terlihat sunyi dari luar bangunan pada hari sore menjelang malam ini. Tempat ini menjadi rumah ketigaku, setelah Kantor Kepolisian Pusat Highland dan flat tempat tinggalku. Bau rumput yang kuat setiap kali hujan turun, suhu udara yang lebih dingin karena mansion ini berada di dataran yang lebih tinggi, dan bunyi dedaunan yang bergesekkan dengan setiap hembusan angin.

Aku dan Gary segera turun dari mobil dan melangkah menuju pintu besar mansion. Gary meletakkan salah satu jarinya di alat scan yang ada di samping pintu. Belum lama ini sistem keamanan pintu diganti menggunakan sidik jari. Bangunan mansion ini terlihat seperti bangunan tua tetapi teknologi dan interior mansion sangat modern. Lebih modern dari sebagian besar bangunan di Highland.

Kami melangkah masuk dan langsung mendengar suara rendah orang-orang yang sedang mengobrol di lantai dua. Suara sepatu kami menggema di lobi yang kosong. Lobi mansion ini tidak pernah gagal membuat aku terpana. Atapnya yang tinggi dengan lampu gantung besar dan megah berkilauan di tengah lobi. Sebuah tangga besar dengan karpet hijau gelap yang bersih. Foto-foto anggota Organisasi Oneiropólos dari masa ke masa yang memenuhi kedua sisi dinding lobi ini. Kolom-kolom putih besar yang mengelilingi lobi dan menopang atap.

“Avabelle,” Ibu menghampiri kami dari atas tangga. Sapaannya terdengar kaku walaupun bibirnya memberikan aku senyuman. Aku memberi tanggapan berupa anggukan kepala singkat. Ibu menyapa Gary dengan menyentuh lengan Gary dan mengangguk.

Hari pertama aku datang ke Markas Besar Oneiropólos, perasaan pertama yang aku rasakan adalah kagum. Perasaan yang kedua adalah rasa bingung dengan begitu banyaknya pertanyaan yang ingin aku tanyakan di saat yang bersamaan. Ketiga, perasaan terkhianati oleh Ibu dan Gary.

Betul, Gary dan Ibuku sudah saling kenal dari sebelum mereka bertemu di rumah sakit saat merawat aku. Mereka berpura-pura tidak saling kenal di depanku karena Ibu memutuskan untuk menunggu saat aku sudah tahu mengenai Organisasi Oneiropólos dulu baru akan memberitahuku bahwa dia dan Gary saling kenal. Menurutnya itu akan mempermudah mereka untuk menjelaskan asal mula mereka kenal. Acting mereka sangat baik. Aku sama sekali tidak menyadari atau mencurigai bahwa mereka saling kenal selama dua minggu Ibu bersamaku.

Ibu sebenarnya terkejut saat melihat bahwa aku bekerja dengan Gary, bahkan memiliki hubungan dengan Gary. Ternyata di Organisasi Oneiropólos, Gary juga cukup tertutup sehingga Ibu tidak tahu menahu mengenai kehidupan pribadinya. Ibu tahu masa lalu Gary, tetapi selain itu Gary tidak pernah membagikan kehidupan pribadinya yang lain. Ibu sempat menunjukkan rasa tidak setujunya terhadap hubungan aku dengan Gary karena menurutnya Gary terlalu tua untukku.

“Oh ya, sekarang untuk hal ini Ibu merasa harus ikut campur dan menyelamatkan aku,” ucapku dengan sinis saat Ibuku menyatakan rasa keberatannya. Ibuku langsung terdiam dan tidak pernah membawa topik itu lagi saat berbicara denganku.

Sejujurnya, hingga hari ini tidak banyak topik yang bisa aku bahas dengan Ibu yang akan membuat kami tetap mengobrol dengan tenang selayaknya ibu dan anak. Hingga hari ini aku masih sering menangkap Ibu menatapku dengan tatapan bersalah. Terkadang aku merasa tidak enak karenanya dan ingin berbaikan saja dengan Ibuku. Tetapi setiap aku merasa seperti itu, pikiranku akan mengambil alih kembali. Jika tidak mau merusak hubungan denganku, tidak seharusnya Ibu membiarkan aku mengalami semua kesulitan sendirian selama itu. Kalimat itu selalu terpikirkan di kepalaku.

Hari dimana Gary dan tim kepolisian dapat menemukan aku adalah karena penglihatan yang Ibu dan Gary dapatkan. Mereka menyatukan setiap detail dari penglihatan mereka sampai akhirnya berhasil menemukan lokasiku. Waktu yang tidak mudah untuk aku, Ibu, dan Gary. Alhasil, setelah kejadian itu, mereka saling memastikan agar aku selalu ada dalam jarang pandang setidaknya salah satu dari mereka. Mata mereka selalu mengawasi aku untuk waktu yang cukup lama. Aku tidak dapat marah karena aku memahami kekhawatiran mereka. Selain itu, setelah kejadian itu aku juga kesulitan untuk dapat merasa tenang saat aku sendirian.

“Ava, ayo. Rapatnya sudah mau mulai,” Gary menarik tanganku pelan, menyadarkan aku dari lamunanku.

Kami berjalan menaiki tangga menuju ke aula utama mansion. Aula tersebut berada di lantai dua mansion dan terletak di sisi depan bangunan. Aula utama merupakan ruangan besar dengan pembatas kaca dan jendela tinggi pada sisi yang berlawanan. Jendela menghadap sisi depan bangunan. Tinggi atap di lantai dua sekitar empat meter. Terdapat meja panjang di tengah ruangan dengan empat puluh kursi yang terbuat dari kayu mahoni. Dinding ruangan memiliki cat berwarna hijau gelap dengan penggunaan kayu gelap untuk desain board and batten pada separuh bagian bawah dinding.

Sebagian kursi telah terisi, aku segera mengambil tempat duduk di sebelah Lucy. Gary duduk di kursi paling dekat dengan kursi para pemimpin Dewan. Dia merupakan salah satu dari total empat anggota Dewan, diluar tiga pemimpin Dewan.

“Hai, Luce,” aku menyapa Lucy dengan meletakkan tanganku di salah satu bahunya.

Lucy terlonjak, terlihat sangat terkejut hingga berdiri dan menepis tanganku dengan kasar. Aku terkejut. Sebagian orang di meja juga terkejut dan memerhatikan Lucy.

“Maaf, aku tidak bermaksud mengejutkanmu,” ucapku kepada Lucy. Tanganku masih berada di udara setelah ditepis olehnya. Lucy terlihat salah tingkah karena malu atas reaksinya yang menarik perhatian semua orang di meja.

“Tidak apa-apa, maaf. Aku sedang tenggelam dalam pikiranku jadi tidak memerhatikan sekitarku. Pasti reaksiku sangat konyol, maaf semuanya,” Lucy meminta maaf kepadaku dan yang lainnya. Dia tertawa kecil untuk mengatasi kecanggungan yang timbul. Kami segera kembali duduk. Aku tidak bertanya lebih lanjut dan tidak ambil pusing. Sibuk dengan pikiran sendiri memang salah satu karakter yang sering ada pada Oneiropólos.

Lucy Bolton adalah salah satu teman pertamaku di Organisasi Oneiropólos. Dia dua tahun lebih muda dari aku. Dia memiliki rambut lurus pendek yang berwarna cokelat gelap dan poni yang menutupi keningnya. Tinggi tubuhnya kurang lebih sama dengan aku, tetapi dia memiliki postur tubuh yang bugar. Lucy dapat memberi kesan jutek dari cara berbicaranya yang singkat dan nada yang datar, tetapi dia sebenarnya ramah jika kita sudah mengenal dia lebih jauh.

Lucy bilang penglihatan yang dia miliki adalah melihat penjahat, kurang lebih seperti aku. Penjahat yang dia lihat tidak melakukan aksinya hingga di tahap pembunuhan atau mutilasi seperti apa yang aku lihat, setidaknya itu apa yang dia katakan kepadaku. Tidak ada hal spesifik lain yang dia beritahukan untukku.

Lihat selengkapnya