14
Saat ini aku sedang berada di salah satu ruang pertemuan terbesar yang dimiliki Kantor Kepolisian Pusat Highland di lantai lima. Ruang ini telah diubah untuk digunakan oleh tim satgas yang telah terbentuk. Aku sudah menghubungi David dan meminta kesaksiannya. Mr. Till benar, dia mengaku bahwa dia tertidur tadi malam saat berjaga jadi tidak melihat apa-apa.
Jam kerja dan pulang David juga sesuai dengan yang terekam di sistem yang tadi telah kami minta dari Mr. Till. Aku juga telah memeriksa melalui CCTV mengenai waktu kedatangan dan perginya David dari lokasi. Saat ini, David bebas dari keterkaitan dengan kasus ini. Sekali lagi, kami tidak memiliki bukti baru. Maka itu, aku bersemangat untuk mulai bekerja dengan tim satgas yang berarti jumlah tenaga lebih banyak.
Aku menatap jam di dinding. Waktu menunjukkan pukul 1.10 siang, lima menit lagi pertemuan pertama Satgas akan segera dimulai. Aku, Gary, James, dan Laura telah duduk bersebelahan di ruangan ini. Divisi 13 juga mengirimkan tiga detektifnya untuk bergabung di satgas ini. Selain kami, ada sekitar dua puluh polisi yang terlibat juga di dalam satgas ini.
Papan kasus dari lantai tiga sudah kami pindahkan ke ruangan ini. Aku bersama James, Gary, dan Laura sibuk memindahkan informasi-informasi itu ke papan yang lebih besar di depan ruangan sekitar setengah jam lalu. Anggota satgas satu per satu mulai memenuhi ruangan dan mengisi ruaangan dengan suara rendah orang-orang mengobrol dan saling memperkenalkan diri satu sama lain.
Tugas memimpin satgas ini diserahkan kepadaku berdasarkan diskusi dari Jenderal Wong, Detektif Gary selaku pemimpin Divisi 4, dan Detektif Michaela selaku pemimpin Divisi 13. Jantungku berdebar, aku sedikit demam panggung untuk berbicara di depan semua anggota tim satgas karena ini pertama kalinya aku mendapatkan tanggung jawab untuk memimpin tim satgas.
“Detektif Avabelle,” sebuah suara memanggilku. Aku mengangkat kepala dan melihat Detektif Debby, kenalanku di Divisi 13.
“Halo, Detektif Debby,” sapaku segera berdiri dan menyalami tangannya.
“Jika ada butuh apapun dari Divisi 13, jangan segan-segan ya. Kami akan berusaha membantu semampu kami untuk segera menyelesaikan kasus ini bersama Divisi 4,” ucapnya dengan senyuman.
“Terima kasih, Detektif Debby,” jawabku membalas senyumannya.
Aku menatap jam di dinding yang telah menunjukkan pukul 1.15 siang, waktunya untuk mulai. Aku segera berdiri ke tengah papan dan seketika ruangan menjadi hening. Semua orang memberi perhatian penuh ke arah depan.
“Selamat siang rekan-rekan detektif dan polisi sekalian. Perkenalkan, saya Detektif Avabelle Vernice dari Divisi 4. Saya diberi tanggung jawab untuk memimpin satgas ini yang dibentuk khusus untuk menyelidiki dan menangkap pelaku dari kasus yang telah terjadi lima minggu ini dan telah menyebabkan delapan korban meninggal. Sebelumnya saya berterima kasih karena kesediaan Anda sekalian untuk bergabung di tim satgas ini dan mari kita bekerja keras bersama untuk menangkap pelaku ini,” bukaku.
Aku kemudian memberikan kesempatan untuk semua orang memperkenalkan dirinya secara singkat bergantian. Setelah perkenalan diri, aku langsung mulai menjelaskan ketujuh kasus yang telah terjadi, dimulai dari kasus Sarah Camille. Aku menggunakan projector untuk menampilkan informasi-informasi yang berhubungan dengan kasus seperti foto TKP, hasil autopsi korban, barang bukti, dan lainnya.
“Penyerangan dan pembunuhan pertama terjadi pada tanggal 18 Juli. Korban bernama Sarah Camille dan berusia 23 tahun. Korban meninggal sekitar pukul sebelas malam. Pelaku melumpuhkan korban dengan menggunakan palu sebelum dan saat melakukan aksi pemerkosaannya. Setelah itu, pelaku akan melepaskan tali yang mengikat tangan korban dan mencekik korban dengan tali itu hingga meninggal. Kemudian tindakannya setelah korban meninggal membuat kami yakin pelaku mengidap necrophilia[1] juga karena dia melakukan aksi seksual setelah korban meninggal. Dia memposisikan korban sedemikian rupa dan melakukan masturbasi di dekat tubuh korban. Bukti yang ditinggalkan pelaku pada kasus pertama adalah jejak sepatu dan pakaian dalam korban yang gagal dibawa pergi pelaku,” jelasku.
Aku lanjut menjelaskan korban-korban lainnya satu per satu dan barang bukti apa saja yang ditinggalkan pelaku, yang tentunya tidak banyak sehingga kami kesulitan melanjutkan proses penyelidikan ke tahap lebih jauh. Aku menjelaskan setiap kasus dengan detail. Korban-korban lainnya setelah Sarah Camille adalah Wanda McLight, Deniel McLight, Annalise Joan, Emilia Vani, Kimmy Hui, Lila Wan, dan yang terakhir dan baru terjadi, Mely Fowler. Informasi korban begitu banyak dan dapat membua siapa saja kewalahan. Terdengar suara desisan ngeri saat foto Mely Fowler dan hasil autopsi aku tampilkan. Betul, kami detektif dan polisi, tetapi bukan berarti kami mati rasa terhadap kejadian-kejadian mengerikan seperti ini.
Meskipun informasi yang diberikan sangat banyak dan dapat membuat siapa pun kewalahan, tetapi seluruh anggota tim satgas tetap mencatat dengan perhatian penuh hingga akhir penjelasanku. Aku memberikan waktu jeda beberapa kali dan pada setiap jeda aku memberikan waktu selama lima menit agar seluruh anggota dapat ke toilet, minum, atau sekedar istirahat sesaat untuk menyerap informasi yang sudah diterima dan bersiap untuk menerima informasi selanjutnya. Setiap beberapa saat akan ada pertanyaan dari anggota-anggota yang hadir yang kemudian aku jawab, terkadang dibantu dengan rekan Divisi 4 lainnya juga.