22
Elaine Jasmine
Elaine tidak ingat bagaimana caranya, tetapi yang dia sadari selanjutnya dia terbangun di atas kasurnya. Elaine masih menggunakan pakaian yang dia gunakan tadi malam di pesta ulang tahun Kelly. Tenggorokannya sangat perih dan matanya bengkak. Elaine meraih ponselnya dan melihat puluhan pesan dan telepon tidak terangkat dari Sarah.
Perlahan ingatan akan tadi malam menghampiri Elaine. Perlahan Elaine menangis hingga meraung. Tenggorokannya nyaris tidak dapat mengeluarkan suara lagi. Elaine dapat merasakan sakit di dalam hatinya dan di sekujur tubuhnya. Elaine merasa jijik dengan dirinya sendiri. Saat itu Mrs. Jasmine membuka pintu kamar Elaine dan terkejut saat melihat putrinya menangis hingga meraung-raung.
“Ada apa, Elaine?” tanya Mrs. Jasmine yang langsung mendekat dan memeluk Elaine.
Elaine tidak tahu harus bagaimana bercerita kepada ibunya. Dia merasa takut luar biasa. Seluruh tubuhnya gemetar dari ujung kaki hingga kepala. Perlahan dia mengucapkan kalimat yang tidak terbayang oleh setiap orang tua di bumi ini untuk keluar dari mulut putri mereka.
“Ibu…aku…aku…” gagap Elaine di tengah tangisannya.
“Ada apa, nak? Bicara dengan Ibu,” jantung Mrs. Jasmine berdebar sangat keras dan cepat.
“Ibu aku dilecehkan…Ibu aku diperkosa,” ucap Elaine dengan suara terkuat yang dapat dikeluarkan oleh tenggorokannya.
Begitu kata itu keluar dari mulutnya, semuanya menjadi semakin nyata. Elaine menangis semakin keras. Wajah Mrs. Jasmine pucat seketika. Mrs. Jasmine jatuh berlutut di depan putrinya dan ikut menangis bersama putrinya. Situasi rumah Keluarga Jasmine seketika kacau hari Minggu pagi itu. Ayah Elaine menonjok pecah cermin di kamar Elaine saat mendengar apa yang terjadi kepada putrinya.
“Bangsat!” maki Mr. Jasmine berteriak dengan keras membuat Elaine terlonjak dari tempat duduknya. Amarah Mr. Jasmine tidak pernah mencapai seperti ini. Amarah dan sakit hati yang dirasakan Mr. Jasmine membuat dia tidak menyadari bahwa darah mentes dari tangannya yang barusan menonjok pecah cermin di kamar Elaine. Air mata mengalir dengan deras dari kedua matanya. Mr. Jasmine segera menekan nomor di ponsel sambil berjalan menuju ruang keluarga.
“Martin! Kamu sedang dimana!?” teriak Mr. Jasmine saat teleponnya diangkat.
Martin yang dimaksud adalah Martin Hill yang bekerja seabgai polisi dan merupakan teman Keluarga Jasmine. Mr. Jasmine menjelaskan dengan singkat apa yang telah terjadi kepada Elaine. Tangis Mr. Jasmine tidak dapat tertahankan lagi saat kalimat tersebut keluar dari mulutnya.
“Elaine diperkosa, Martin. Bantu aku untuk menghukum bedebah yang sudah melukai dia,” ucap Mr. Jasmine dengan tidak jelas di tengah tangisannya.
Martin Hill yang sedang berlibur dengan keluarganya segera memotong liburannya dan dengan segera berkendara ke rumah Keluarga Jasmine. Keluarga Hill dan Keluarga Jasmine sangat dekat sehingga Elaine sudah seperti anak angkat dari Martin Hill dan istrinya. Hanya butuh waktu beberapa menit hingga Martin Hill dan Diana Hill berada di dalam mobil dan dalam perjalanan menuju rumah Keluarga Jasmine.
“Dimana Elaine?” tanya Diana Hill saat tiba di rumah Keluarga Jasmine. Dia segera masuk ke dalam kamar Elaine dan memeluk baik Elaine maupun Mrs. Jasmine.