Hari-hari berlalu. Aku semakin sering ke taman ini untuk sekedar melihatnya tersenyum walau kini senyum itu adalah senyum untuk pria yang selalu mengusik pandanganku. Ya, pria itu. Pria yang sama sejak pertama kali ku lihat. Entah kenapa mereka menjadi semakin dekat. Pria itu pun terlihat semakin menempel dengan gadis itu. Dan gadis itu seketika saja berubah menjadi bongkahan es yang mencair jika di dekat Pria itu.
"hah"
Aku menghembuskan nafas berat. Meremat pensil yang sejak tadi ku genggam. Perasaan ini. Perasaan perih yang ada di dadaku saat ini begitu membuang semua mood ku. Sudah satu jam aku duduk di sana bahkan tak ada setitikpun goresan di buku gambarku. Malas! Aku terlalu malas untuk menggambar dua sejoli yang aku benci itu. Walau begitu dalam hatiku merasa senang dan kesal secara bersamaan jika dua sejoli itu terlihat bahagia.
Aku lalu memilih untuk memotret mereka. Membidik mereka lalu segera menekan tombol foto yang ada di kamera ku. Namun alis ku mengernyit ketika kamera itu tak menampakkan gambar apapun. Aku segera memeriksanya. Dan tak kusangka kamera kesayanganku rusak. Tak ada gambar di dalamnya. Aku menghela nafas gusar. Bisa-bisanya dalam kondisi seperti ini ia rusak. Lalu dengan berat hati aku memilih untuk melukis mereka berdua. Walau dalam hati seakan enggan untuk melakukannya. Namun, entah kenapa ada dorongan kuat dalam diriku untuk selalu mengabadikan setiap detik moment gadis itu. Aneh.
Aku tersenyum kecil ketika gambarku telah rampung. Tidak begitu indah. Toh aku hanya mrnggambar mereka menggunakan pensil. Seperti biasanya.