"Andra! Jadi, pekerjaan kamu selama ini tukang parkir?!"
"Nadia?! Nadia, kamu ngapain di sini?! Aku ... aku ...."
Aku berusaha meraih lengan Nadia—kekasih yang sudah lama menemani hari-hariku tanpa pernah tahu profesi apa yang membuatku selama ini bisa cukup makan tiga kali sehari.
Nadia tak mau mendekat, ia menjaga jarak. Sangat jelas ia tidak menerimaku, tampak dari kening yang mengerut serta tatapannya yang tampak terkejut. Ia mungkin tidak mau menerima kenyataan bahwa kekasih yang selama ini selalu ada untuknya adalah seorang tukang parkir yang serba berkecukupan.
"Jangan deket-deket. Jangan mendekat! Gue nggak mau tangan kotor lo nyentuh kulit gue. Malu-maluin lo!"
Setelah membentakku dengan kasar, Nadia berjalan pergi dari seonggok raga yang kini bergeming tak berdaya memaksa ia untuk tetap tinggal.
Aku sangat tahu keadaanku, tetapi aku juga mencintainya dengan seluruh perasaan yang ada. Sejak SMA hingga ia berkuliah di kampus ternama saat ini. Namun, aku tak melanjutkan ke universitas hanya karena tidak punya biaya. Entahlah, mungkin aku hanya ditakdirkan menjadi orang serba berkecukupan.
-II-
Suatu peristiwa terberat yang pernah kuhadapi di masa lalu membuat diriku trauma dengan hubungan romansa. Mulai saat itu, aku memutuskan bekerja keras melakukan apa saja. Aku mengerjakan semua hal yang bahkan tidak bisa aku lakukan. Hanya kegigihan dan ketekunan yang mampu membuatku mengalahkan semua ego dan rasa malas yang bergelimang di dalam diriku. Aku pikir Tuhan tidak akan pernah menjadikanku seseorang dengan kelebihan atau memiliki kekayaan melimpah.