Malam yang cukup sunyi untuk hari kerja seperti hari Rabu. Aku dan Fira menyusuri jalan menggunakan mobil. Fira yang mengendarai, sedangkan aku menjadi penumpang saja. Rencananya, malam ini aku akan menginap di rumah Fira. Tenang saja, baju seragam dan lainnya sudah aku bawa juga. Jadi, besok pagi aku pergi ke sekolah dari sini bersama Fira.
Fira tidak ada hentinya bercerita tentang peristiwa tadi siang di sekolah yang membuatnya berakhir masuk ruangan BK. Ya… walau aku tahu, Fira memang langganan sekali keluar dan masuk BK dengan berbagai macam kasus. Untung saja ayahnya mempunyai pengaruh besar dalam pembangunan sekolah kami. Kalau saja tidak, mungkin Fira sudah dikeluarkan dari sekolah sedari awal.
Tadi pagi, Fira membuat kerusuhan di tengah lapangan ketika pelajaran olahraga sedang berlangsung. Fira mengajak bertengkar salah satu anak hitz di sekolah, yang tentunya anak itu memiliki dayang-dayang yang siap ikut mengkeroyok Fira. Nama anak hitz itu adalah Cindy. Fira sangat membenci Cindy, begitu pula sebaliknya. Mereka memang tidak pernah akur, selalu saja berakhir dengan jambak-menjambak jika bertemu. Dan puncak pertengkaran mereka yaitu disiang tadi. Fira dan Cindy saling menyerang menggunakan tongkat kayu baseball, yang kebetulan propeti tersebut sedang digunakan untuk praktik pelajaran olahraga. Masing-masing dari mereka berakhir memiliki memar biru dibeberapa bagian tubuh akibat dari pukulan tongkat yang mereka layangkan.
“Lo dengar ancaman dia, kan? Dia bilang, dia bakal bunuh gue kalau gue nggak nunduk sama dia,” Fira tersenyum meremehkan ketika mengingat-ingat ancaman Cindy di sekolah. Aku juga mendengar ancaman itu.
“Aku juga dengar, kok.” Kataku yang melirik Fira yang masih menyetir.
Fira menoleh ke arahku disela-sela kegiatan menyetirnya. Tangan kanannya memegang setir, sedangkan tangan kirinya menarik syal tebal pada lehernya guna menutupi bekas luka akibat pertengkaran tadi siang di sekolah.
“Kalau gue nanti kenapa-kenapa, lo pasti tahu siapa pelakunya, kan?”
Dahiku mengernyit, tidak mengerti apa yang dibicarakan Fira kepadaku. “Maksudnya?’
“Maksud gue, kalau ada hal-hal buruk yang terjadi sama gue. Pelakunya itu pasti Cindy and the genk,”
“Kok, ngomong gitu, sih? Ancaman Cindy pasti Cuma gertakkan saja, Ra.”
“Gue cuma berjaga-jaga saja, sih. Lo tahu sendiri bokap Cindy sekaya apa, bisa aja dia melenyapkan gue dengan mudah.”
“Hush! Nggak boleh ngomong kayak gitu!” Kataku yang mulai tidak suka dengan arah pembicaraan di antar kami.