Fei mengerucutkan bibirnya kesal. “Ya sudah.” katanya ketus.
Lalu kedua makhluk tersebut kembali sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
Sudah sepuluh menit berlalu dan kini Fei telah berhasil menghabiskan sarapannya sampai tak bersisa sedikit pun.
“Yifan apa jadwal hari ini?” tanya Fei memastikan. Ini hari Minggu dan seharusnya ia sama sekali tidak memiliki jadwal terkecuali jadwal untuk bersenang-senang sesuka hatinya.
“Jadwalmu hari ini kosong. Kau bisa bersenang-senang sesukamu sampai kau harus menyelesaikan rapatmu terlebih dahulu.” balas Yifan.
Fei membalakan matanya tidak percaya. “Rapat! Dengan siapa? Harusnya seseorang tahu ini hari Minggu dan tidak membuat janji pertemuan seperti ini.” ucapnya tidak terima.
Yifan menghela nafas kemudian mengacak surai hitamnya yang mulai kubas. “Rapatmu denganku. Ada hal yang sangat penting perlu kita bahas, tidak bisa ditunda.” jawabnya tegas.
Fei mendecak tidak terima. “Denganmu toh? Bisa ditunda. Bagaimana pun juga kita masih punya banyak waktu, ini hari Minggu Yifan apa kau sendiri tidak mau refresing barang sejenak.” rayunya.
“Tidak bisa ini penting. Kalau saja seandainya hal ini tidak begitu penting mungkin sejak tadi aku sudah meninggalkanmu dan pergi ke salon untuk memanjakan diriku.” ucap Yifan dengan nada suara yang dibuat sengaja centil.
Fei meringis merasa geli melihat tingkah laku Yifan yang terlihat centil secara dibuat-buat. “Jangan jadi seperti banci. Lagi pula untuk apa kau pergi ke salon?” Fei terlihat penasaran.
Yifan menunjuk ke arah rambutnya sendiri. “Lihat warnanya sudah kubas. Tentu saja aku ingin pergi untuk mencatnya ulang.”
“Kalau begitu kenapa tidak kau lakukan saja dengan sihirmu untuk mengubah warna rambutmu ketimbang harus pergi ke salon?”
“Karena aku ingin pergi ke sana untuk mendapatkan pijatan plus-plus Seouli. Kau tidak akan pernah merasa senikmat itu saat mendapat pijatan darinya.”
Fei menganga tidak percaya. “Mesum dasar mesum.” Fei memegang kepalanya yang mendadak merasa pusing saat mengetahui kadar kemesuman Yifan masih belum juga berkurang namun malah sebaliknya.
“Eits aku ke sana memang karena pijatannya enak. Tapi kebetulan Seouli memiliki paras dan bentuk tubuh yang sama-sama cantik membuatku semakin betah dengan pijatannya. Astaga Fei, Seouli itu benar-benar luar biasa ukuran dadanya sangat jumbo.” goda Yifan. Seperti biasa Yifan akan mulai mengatakan hal-hal berbau mesum pada Fei dengan maksud sengaja menggoda remaja laki-laki tersebut.
“Memangnya berapa ukuran cup dadanya Seouli? Apakah sangat besar sampai-sampai kau bisa memendamkan wajahmu di dadanya, hm....” Kali ini tidak seperti biasanya Fei tampaknya sudah mulai terbiasa dengan godaan mesum yang dilontarkan oleh Yifan karena itu ia dengan santainya juga menanggapinya.
Cukup terjekut dengan reaksi Fei yang terlihat santai Yifan pun pada akhirnya hanya membalas seadanya untuk menutup percakapan kotor seperti ini. “Sangat-sangat besar. Sampai-sampai dua wajah sekaligus dapat ditampung
oleh dadanya.” balas Yifan dengan kotornya. Yifan kemudia mengibaskan tangannya sekali lalu berusaha membuka topik pembicaraan yang lain. Mau bagaimana pun juga kemontokan dada Seouli bukanlah prioritas yang patut dibicarakan untuk saat ini.
Yifan berdehem memberi jeda sebentar. “Ehem. Dengar sebaiknya kita tidak usah membahas ukuran dada Seouli dulu karena ada hal yang jauh lebih penting yang perlu kubahas denganmu.”
“Ah iya…iya silahkan.” Mendadak Fei menjadi canggung. Fei sadar rupanya otak mesum Yifan juga telah ikut menular pada dirinya.