Mereka bilang belajar dari ‘pengalaman’ adalah guru yang terbaik. Namun bagiku, belajar dari ‘masa depan’ tidak ada tandingannya.
Ketika orang-orang diluar sana mengajarkan prinsip sebab akibat, diriku sanggup melihat dampak dari sesuatu yang bahkan belum kuperbuat.
Aku tahu bahwa sebentar lagi diriku akan segera meninggalkan dunia ini.
Namun sebelum itu terjadi, akan segera kuabadikan kisah hidupku ini.
Aku yakin, kebanyakan dari antara kalian tidak akan memercayai fenomena ajaib yang telah Aku alami. Namun setidaknya ada satu manusia lain yang dapat mengerti dan mengakui kebenaran dari kisahku ini. Dia akan menjadi pembaca pertamaku ketika raga ini tak ada lagi.
My name is Maudy. And this is my story.
TIGA DEKADE SEBELUMNYA
“Maudy! Main yuk!”
Suara yang aku tunggu-tunggu sejak siang tadi akhirnya menggema juga. Saat orangtuaku memaksaku untuk tidur siang dan aku tak bisa memejamkan mata, panggilan itulah yang aku nantikan agar segera tiba. Mawar, sahabat kecilku. Teman bermainku.
“Mama, Maudy main dulu sama Mawar ya.” Ujarku sambil bergegas keluar.
“Eh tunggu dulu. Sini mama liat mata kamu.” Tiba-tiba Mama mencegatku.
Dilihatnya mataku dengan begitu saksama. Jantungku berdebar kencang. Semoga tidak ketahuan.
“Kamu pasti tadi pura-pura bobo siang ya? Mata kamu masih seger banget itu.” Tembak Mama.
“Ti,tidur kok ma! Tapi cuman lima menit, habis itu kebangun dan gak bisa tidur lagi deh.” Kucoba untuk berkilah sebisa mungkin.
“Belum satu jam tidur siangnya. Gak boleh main.” Tegas Mama.
“Yahhh. Ma, tolong dong. Aku udah janji mau main sama Mawar ma. Please yahh. Please! Besok sama besok lusa Maudy gak main deh.” Kupasangkan wajah manis nan manja untuk meluluhkan hati mamaku.
“Dasar ya anak ini mikirnya main aja terus! Kamu ini sekarang udah kelas tiga nak. Katanya mau jadi dokter kayak papa? Sekali-kali belajar dong. Mau jadi apa coba kalau kamu main aja kerjaannya?”
“Nanti aku janji bakal belajar habis main ma. Please ma. Ijinin aku kali ini yaa..”
“Ok tapi janji ya nanti bakal belajar? Awas aja nanti ketiduran lagi kayak kemarin-kemarin. Ya udah kamu sekarang boleh main. Tapi inget, cuman satu jam aja ya. Pokoknya Sebelum maghrib kamu harus udah pulang.”
“Siap komandan!” Jawabku dengan selantang mungkin. “Makasih ya mamaku sayang. Maudy main dulu ya.” Dengan segera kudaratkan ciuman di pipinya.
Mawar tampak tersenyum lebar melihat diriku yang berlari kencang dari dalam rumah menuju halaman teras.
“Mawar! Kita main apa sekarang?” teriakku dengan penuh semangat.
“Main Gobak sodor yuk. Temen-temen dari RT 3 katanya pada mau ikutan juga.”