"Ya ampun..kenapa repot-repot?"tanyaku
"Suka gak?" Tanya Sejin balik
"Hmmm...lumayan suka baguss..." Jawabku sambil membolak-balikan sepatu.
Sepatu hitam mengkilat dengan hak kotak di bagian belakangnya,bagian depannya tertutup tidak seperti sepatu lamaku,dan modelnya agak moncong seperti model sekop.
"Mau coba pake gak?" Tanya Sejin
"Ha?apa? Tanyaku balik
"Mau coba dipake gak?Tanya Sejin lagi.
"Mauuu...eh enggak bisa kan masih agak sakit kakinya" jawabku
"Kan bisa tanpa berdiri" Sejin meraih sepatu di tanganku
Seketika Aku kaget,dengan pupil mata membesar,dan tubuh yang kaku,Aku membiarkan Sejin mengambil sepatu di tanganku,tak kusangka,dengan postur tinggi tegap dia bisa bersikap lembut dan memakaikan sepatu seperti ayah ke anak balitanya.
"Ternyata pass..."seru Sejin
Triiiittt...triiittt
Suara dering telpon Sejin membuatku terkejut ketika sedang memperhatikannya,sontak Aku segera mengalihkan perhatian ke arah lain.
"Bentar ya?" Sejin meminta izin untuk mengangkat telpon
Aku menjawab dengan anggukan kepala.
Kuperhatikan Sejin yang keluar dari ruanganku,seiring dirinya yang kian menjauh,Aku membentur-benturkan sepasang sepatu yang sudah bertengger di kakiku,layaknya seorang anak kecil yang diberi sepatu baru.
Senyum mengembang di bibirku.
"Bagus,Simple tapi elegan,boleh juga selera mode-nya,tapi kenapa dia baik banget,padahal gak kenal,dia malaikat atau apa sih? Jadi curiga deh.."
"Sej...." Kalimatku terhenti,melihat sosok yang masuk ke ruang rawatku bukanlah Sejin.
"Permisi mbak Yeri,sudah siap untuk pemeriksaan?" Tanya suster